Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Imbas Perang Dagang, Kini Giliran Apple dan Microsoft Surati Trump

NEW YORK, KOMPAS.com — Setelah Nike, Adidas, dan perusahaan ritel lain, kini giliran perusahaan teknologi yang melayangkan surat komplain ke Gedung Putih karena kebijakan tarif yang diambil Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Tidak dimungkiri lagi, mereka telah merasakan sengatan dari perang dagang antara AS-China. Saat ini, mereka telah mencoba mencegah usulan babak tarif baru yang ditujukan pada banyak teknologi Amerika. 

Dikutip dari CNN, Jumat (21/6/2019), tak hanya 1 atau 2 perusahaan, tapi lebih dari setengah lusin perusahaan teknologi menyurati Trump dan meminta tak memukul produk yang mereka hasilkan di China dengan tarif tambahan.

Pasalnya, Gedung Putih telah mempertimbangkan RUU yang akan melayangkan tarif 25 persen pada 300 miliar dollar AS barang China yang belum terkena dampak tarif. Tarif tersebut akan berlaku untuk berbagai produk, dari kerbau hidup, primata, hingga kaus dan sepatu.

Tarif ini juga akan berlaku pada bidang teknologi, seperti laptop, konsol video game, baterai, dan produk lain. Hal ini tentu membuat konsumen merogoh kocek lebih dalam, bahkan bisa merusak keuntungan perusahaan teknologi.

Adapun perusahaan teknologi yang menyurati Donald Trump adalah Apple (AAPL), Dell Technologies (DELL), HP (HPQ), Intel (INTC), Microsoft (MSFT), Sony (SNE), dan Nintendo (NTDOY). Merek meminta produk buatannya dikecualikan dari daftar barang yang dikenai tarif.

Tak sampai situ, Asosiasi Teknologi Konsumen juga mengirimkan surat. Mereka meminta pemerintah mempertimbangkan proses bagi perusahaan yang meminta produknya dikeluarkan dari tarif. Mereka menilai, kenaikan tarif adalah cara yang salah untuk meningkatkan hubungan perdagangan AS-China.

"Tidak ada yang menang dalam perang perdagangan, dan kenaikan tarif yang meningkat akan menimbulkan kerusakan besar pada bisnis, pekerja, dan konsumen Amerika," sebut Asosiasi dalam suratnya.

Surat-surat itu diajukan sebelum rapat dengar pendapat umum awal minggu ini.

Diketahui, tarif yang saat ini diajukan adalah kelanjutan dari sengketa perang tarif AS-China. Bulan lalu, AS telah menaikkan tarif eskpor China senilai 200 miliar dollar AS dari 10 persen menjadi 25 persen. Kemudian, China meresponnya dengan meningkatkan tarif barang-barang AS, seperti kapas dan biji-bijian.

Kedua negara adidaya itu juga telah mempersiapkan balasan lain, termasuk larangan ekspor yang dijatuhkan AS kepada perusahaan teknologi Huawei.

Perang dagang nampaknya telah memaksa perusahaan teknologi mencari lokasi baru di luar China, sebagian besar beralih ke negara-negara Asia Tenggara. Tapi, meninggalkan China bukan hal yang mudah sebab akan memakan waktu dan biaya.

Apalagi, China telah mengumpulkan bakat, infrastruktur, dan pemasok memadai yang dibutuhkan untuk manufaktur.

Dalam suratnya, Apple menyoroti kontribusinya terhadap ekonomi AS. Pihaknya adalah perusahaan pembayar pajak terbesar AS dan bertanggung jawab atas lebih dari 2 juta pekerjaan di seluruh negeri.

Perusahaan pun menegaskan tarif tambahan akan mengurangi kontribusi ini dan dapat mengancam kemampuan Apple untuk bersaing dengan perusahaan teknologi asing.

"Produsen China yang bersaing dengan kami di pasar global tidak memiliki kehadiran yang signifikan di pasar AS sehingga tidak akan terpengaruh oleh tarif AS," tulis Apple.

"Tidak akan ada pesaing besar dari non-AS. Oleh karena itu, tarif AS akan memiringkan lapangan permainan demi pesaing global kita," tulisnya lagi.

Apple bahkan melampirkan daftar hampir 20 produknya, termasuk iPhone, MacBook, dan AppleTVTV, yang ingin dikecualikan dari tarif.

Surat lain datang dari Dell, HP, intel, dan Microsoft yang meminta pemerintah untuk mengecualikan laptop dan tablet dari daftar barang yang dikenai tarif. Sebuah studi dari Asosiasi Teknologi Konsumen, kenaikan tarif dapat menaikkan harga eceran rata-rata laptop sebesar 120 dollar AS.

Sementara Sony, Nintendo, dan Microsoft meminta agar konsol video game dikecualikan.

Adapun pelayangan tarif atas barang-barang China sebagai respons dari kekhawatiran pencurian China atas kekayaan intelektual perusahaan AS. Pihak Dell mengatakan, alasan ini merupakan kekhawatiran yang sah. Tapi, berpendapat kenaikan tarif yang berkelanjutan tidak akan banyak membantu.

"Menerapkan tarif tambahan pada laptop dalam praktiknya akan melemahkan prioritas kebijakan administrasi dalam penyelidikan China ini," tulis Dell dalam suratnya

Pekan depan, Trump dan para pemimpin China diperkirakan bertemu pada KTT G-20 di Jepang. Banyak yang berharap jika pembicaraan berjalan baik, Trump mungkin memutuskan untuk tidak memaksakan usulan kenaikan tarif.

Asosiasi Teknologi Konsumen dalam suratnya meminta Trump untuk meninggalkan strategi tarif, secara khusus menyebut pertemuan G-20 sebagai kesempatan untuk mulai meningkatkan hubungan AS-China.

"Kami lebih lanjut mendesak pemerintah untuk meningkatkan aksi multilateral, bergabung dengan perjanjian perdagangan strategis yang menggerakkan China menuju transparansi, persaingan dan pasar terbuka," bunyi surat itu.

"Sambil menolak pengenaan pajak dan hambatan perdagangan yang akan terus membahayakan kepentingan Amerika, risiko masa depan ekonomi kita, dan membahayakan kepemimpinan teknologi kita," katanya.

https://money.kompas.com/read/2019/06/21/080432726/imbas-perang-dagang-kini-giliran-apple-dan-microsoft-surati-trump

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke