Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perusahaan Tekstil Terbesar Indonesia Gagal Bayar Bunga Obligasi, Bank Mandiri Kaget

Gagal bayar kupon obligasi itu tak hanya mengagetkan investor, tetapi juga perbankan. Pasalnya, rekam jejak perusahaan ini ke para kreditor terbilang baik-baik saja.

Salah satunya adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) yang memiliki eksposure pinjaman bilateral ke Duniatex Grup.

“Kami juga kaget dengan berita itu,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmojo seperti dikutip dari Kontan.co.id, Selasa (23/7/2019).

Menurut Tiko, panggilan akrabnya, selama ini Duniatex belum pernah menunggak sekali pun dalam pembayaran kredit. Bank Mandiri sempat memiliki eksposure kredit sampai Rp 5,5 triliun untuk pengembangan usaha salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia.

Namun, sejak 2015 Bank Mandiri sudah melakukan penurunan eksposure kredit ke Duniatex, seiring perusahaan ini juga melakukan penurunan kewajibannya. Hingga akhir Desember 2018, kredit Bank Mandiri di grup ini sudah terpangkas menjadi tinggal Rp 3,5 triliun.

“Saat ini tersisa Rp 2,2 triliun karena tujuh bulan yang lalu mereka melakukan pembayaran Rp 1,24 triliun,” ujar Tiko.

Tak ingin berspekulasi terhadap kondisi perusahaan tersebut, manajemen Bank Mandiri kini dalam proses meminta keterangan atas kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan tekstil yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah, ini.

Tiko pun memastikan bahwa Bank Mandiri memiliki jaminan mesin dan tanah yang memadai atas kredit ke perusahaan yang dimiliki oleh Hartono, pengusaha gaek asal Solo ini.  

“Proses negosiasi restrukturisasi secara bilateral dengan debitor kini tengah dilakukan,“ ujar Tiko.

Sementara Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan bahwa proses meminta penjelasan atas kondisi terkini dari Duniatex tengah dilakukan.

“Dengan tahu apa masalahnya kami bisa memberikan ‘obat’ yang sesuai dengan masalah perusahaan, apakah restrukturisasi, pelonggaran pembayaran, pelunakan atau size streaming atas kreditnya,” ujar Rohan.

Jika merujuk analyst meeting Bank Mandiri pada 17 Juli 2019, Bank Mandiri mengaku telah menyiapkan cadangan atas eksposure kreditnya yang berasal dari aset tetap Duniatex yang dijaminkan atas utangnya dengan rasio mencapai 160 persen dari total utang. Bank Mandiri juga mengaku sudah bertemu dengan Duniatex sejak pekan lalu.

Tak hanya Bank Mandiri. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) juga tercatat memiliki eksposure kredit ke Duniatex.  

BNI disebut memiliki eksposure kredit senilai Rp 789 miliar. Meski memiliki tagihan dalam kredit sindikasi ke Duniatex, manajemen BNI menampik jumlahnya segede Rp 789 miliar.

“Porsi BNI dalam sindikasi tersebut Rp 301 miliar,” kata Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan.

Namun, Putrama enggan menjelaskan kondisi kredit itu.

Publik memang dibuat terkejut dengan kasus gagal bayar obligasi anak usaha Duniatex Group, PT Delta Merlin Dunia Textile. Pasalnya, kegagalan terjadi hanya empat bulan berselang pascapenerbitan obligasi perusahaan ini sebesar 300 juta dollar AS. Bertenor lima tahun, obligasi Delta Merlin ini menjanjikan kupon sebesar 8,625 persen.

Tak hanya itu, dua perusahaan pemeringkat, Fitch Ratings dan Standard and Poor's (S&P) Global Ratings menyematkan obligasi Delta Merlin dengan peringkat awal di posisi BB-. Kala itu, Fitch beralasan, peringkat awal Delta Merlin itu didorong oleh posisinya sebagai perusahaan tenun terbesar di Indonesia, struktur biaya yang rendah, serta hubungannya yang mapan dengan pelanggan.

Peringkat tersebut, menurut Fitch, dengan asumsi bahwa Delta Merlin akan mengumpulkan dana yang cukup dari penerbitan obligasi untuk membiayai kembali berbagai fasilitas kredit dari perbankan.

Sementara S&P Global Ratings juga menilai Delta Merlin sebagai anak usaha inti Duniatex memiliki profil kredit mandiri yang kuat. Kontribusi pendapatan dan laba yang ke Duniatex Group, induk usaha, substansial.

Pekan lalu, akhirnya dua lembaga pemeringkat S&P dan Fitch memangkas peringkat kredit obligasi dollar yang dijual oleh anak perusahaan Duniatex Group itu. S&P memangkas menjadi menjadi CCC-(junk bond) dari sebelumnya BB-. Tantangan likuiditas yang signifikan menjadi masalah anak usaha perusahaan tekstil yang bermarkas di Solo, Jawa Tengah, ini.

Adapun Fitch Ratings juga memangkas skor kredit Delta Merlin Dunia Textile menjadi B- dari sebelumnya BB-. Ini mencerminkan peningkatan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas. Fitch menyebut, perusahaan ini menghadapi efek tular dari afiliasi yang dapat membatasi akses perbankan dan pasar modal. (Titis Nurdiana)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Bank Mandiri kaget anak usaha Duniatex gagal bayar kupon obligasi


https://money.kompas.com/read/2019/07/23/083900426/perusahaan-tekstil-terbesar-indonesia-gagal-bayar-bunga-obligasi-bank-mandiri

Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke