Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rupiah Fluktuatif, Pemerintah Perlu Kaji Ulang Rencana Impor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kurs rupiah terhadap dollar AS semakin fluktuatif.

Usai sempat melemah hingga hampir menyentuh level Rp 17.000 per dollar AS, rupiah pada siang hari ini, Selasa (24/3/2020) mampu bertahan di teritori positif.

Berdasarkan data Bloomberg siang ini, rupiah berada di level Rp 16.495 per dollar AS, menguat 80 poin (0,48 persen) dibanding penutupan Senin, yakni Rp 16.574 per dollar AS.

Rupiah pada awal pembukaan perdagangan sempat menyentuh level Rp 16.492 per dollar AS atau menguat 90 poin.

Kendati demikian, kurs rupiah dinilai masih sangat fluktuatif usai menjadi mata uang paling perkasa di kawasan.

Terbukti sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah sempat mendekati level ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, yakni Rp 16.650 per dollar AS.

Begitu pun menjadi mata uang yang jatuh paling dalam di kawasan.

Fluktuatifnya nilai tukar membuat impor komoditas seperti bawang putih, gula, dan daging kerbau yang dilakukan pemerintah guna menjawab kebutuhan puasa dan lebaran 2020, terdampak.

Ekonom institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, akibat pelemahan rupiah, pemerintah nampaknya perlu mengkaji ulang kebutuhan stok sebelum melakukan impor.

Sebab, pembayaran kepada negara pengimpor mengikuti pada nilai kurs yang berlaku di pasar spot.

"Karena memang kalau misalkan melakukan impor sekarang berarti kursnya menggunakan spot hari ini. Akan ada penyesuaian pada harga. Jadi memang harus dikaji ulang kebutuhan stoknya," kata Bhima kepada Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Bhima khawatir, impor yang dipaksakan justru akan menyebabkan inflasi yang ditanggung oleh konsumen.


Padahal seharusnya, inisiasi impor sendiri dilakukan pemerintah guna menurunkan harga komoditas yang langka di pasar.

Ditambah dengan adanya fenomena Covid-19, Bhima menilai konsumsi masyarakat saat puasa dan Lebaran 2030 terhadap daging akan menurun dibanding tahun lalu.

Bila virus corona masih berlanjut, bukan tidak mungkin masyarakat meliburkan aktifitas ke luar rumah yang kerap dilakukan saat puasa.

"Jelang Ramadhan, jelas Lebaran belum tentu kebutuhan daging akan meningkat seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena aktifitas ke luar rumah, makan di restoran, kumpul acara ramadan, acara keagamaan, itu berkurang drastis. Jadi komsumsi daging akan mengalami penurunan," terang Bhima.

Sebelum memutuskan impor, Bhima menilai pemerintah hendaknya lebih mendorong substitusi produk dalam negeri.

"Karena dari sisi harga cenderung tidak ada inflasi di dalam negeri," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2020/03/24/133300026/rupiah-fluktuatif-pemerintah-perlu-kaji-ulang-rencana-impor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke