Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inovasi Jadi Kunci Industri Bertahan di Masa Pandemi

JAKARTA, KOMPAS.com - Inovasi diperlukan untuk menjaga keberlangsungan industri apapun, terlebih lagi di tengah kondisi krisis seperti pandemi Covid-19.

Merebaknya virus corona melemahkan daya beli konsumen dan perekonomian sehingga imbasnya sangat terasa di semua sektor industri.

Inovasi bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi produksi, maupun menawarkan produk baru yang lebih baik bagi lingkungan dan konsumen.

Hal ini tentunya membutuhkan modal dan transformasi organisasi yang tidak mudah untuk dilakukan di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu. Oleh sebab itu, perlu dukungan tambahan dari pemerintah berupa kebijakan yang tepat.

Direktur Eksekutif Apindo Danang Girindrawardana menyatakan, di era pandemi ini banyak perusahaan besar yang harus gulung tikar akibat tekanan krisis ekonomi dan ketidakmampuan mereka untuk berinovasi.

"Terlebih karena Indonesia tengah beranjak menuju tahap pemulihan pasca-Covid 19 dan industri harus terus bertahan guna menjaga perekonomian negara tidak semakin terpuruk," kata Danang webinar Apindo akhir pekan lalu.

Adapun Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan, senjata utama bangkitnya dunia usaha saat ini tidak bisa hanya bergantung pada kebijakan fiskal dari pemerintah, tetapi juga pada kemampuan industri dalam berinovasi menciptakan produk yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut dia, kebijakan stimulus untuk kegiatan investasi riset industri dalam rangka inovasi, pemerintah memprioritaskan pemberian insentif secara tepat sasaran untuk industri yang bisa menghasilkan nilai lebih.

“Industri harus punya riset untuk berinovasi, kami akan dukung dengan insentif seperti super tax deduction yang memang ditujukan untuk mendorong terlaksananya riset di Indonesia sehingga terjadi transfer pengetahuan dan teknologi,” jelas Febrio.

Sementara itu, staf Khusus Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gatot Sudariyono memandang, di saat kondisi pandemi seperti saat ini, industri dituntut cepat merenspons pasar dengan cara berinovasi agar dapat mempertahankan bisnisnya.


Di era new normal ini, Indonesia tidak bisa lagi hanya menjadi penghasil bahan mentah, tetapi juga harus bisa melakukan terobosan atau inovasi.

“Di era normal baru ini akan ada perubahan yang sangat cepat, industri 4.0 yang kita harapkan baru 5 tahun lagi, juga akan datang lebih cepat,” ungkap dia.

Berbagai program tengah dipersiapkan Kementerian Perindustrian untuk mengakselerasi industri 4.0 di Indonesia sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) hingga 2024.

Dalma kesempatan yang sama, Bawono Kristiaji, DDTC Fiscal Research dari Danny Darussalam Tax Center (DDTC) mengatakan, Indonesia sudah memiliki beragam kebijakan insentif fiskal.

Akan tetapi jika mengacu pada data Bank Dunia, rapor Indonesia di bidang penelitian dan pengembangan (litbang) masih rendah.

“Desain insentif pajak (untuk litbang) harus dilihat juga dari sisi definisi (struktur) biayanya sendiri, apakah hanya untuk tenaga kerja saja, atau untuk uji coba, agar insentif yang diberikan bisa menarik minat industri untuk menggunakan” ujar Bawono.

Bawono memaparkan, untuk menarik perusahaan berinvestasi di bidang inovasi dan litbang perlu adanya insentif yang tepat sasaran. Sebagai contoh, mobil listrik yang memiliki eksternalitas rendah, maka dipungut pajak yang lebih rendah juga.

“Itu poinnya, bagaimana instrumen pajak bisa mendorong inovasi. Kemungkinan cukai bisa juga menjadi instrumen yang tepat,” ucap Bawono.

https://money.kompas.com/read/2020/06/22/201232826/inovasi-jadi-kunci-industri-bertahan-di-masa-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke