Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Sandwich Generation yang Banyak Dijumpai di Negara Berkembang

Sandwich generation merupakan sebutan yang diberikan kepada individu yang harus mencukupi kebutuhan ekonomi banyak pihak dalam waktu bersamaan. Mencakup dari diri sendiri, keluarga intinya dan orang tua.

Sandwich generation banyak dijumpai pada negara berkembang seperti Indonesia yang kental dengan nilai-nilai kekerabatannya.

Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo mengatakan, memutus pola generasi sandwich bukanlah perkara yang mudah.

Namun bila hal ini terjadi, maka kuncinya adalah mengelola pendapatan sebaik mungkin, bergaya hidup sederhana agar bisa mengalokasikan dana untuk tabungan dan berinvestasi masa depan.

Hal lainnya adalah mengomunikasikan batasan finansial yang menjadi tanggungan dan memberikan solusi dalam menyiasati agar kebutuhan bisa tetap terpenuhi, namun tidak membebani secara sepihak.

“Sebagai seorang sandwich generation tentu tidak mudah, tetapi tidak dapat juga dihindari. Anda perlu mengomunikasikan batasan pertanggungan, misalnya pos-pos pengeluaran apa saja dan jumlah yang sanggup Anda penuhi,” kata Yan melalui siaran media, Senin (20/7/2020).

Yan juga menyebut peran serta dan komunikasi yang sehat kepada keluarga besar - bersama membantu menanggung kehidupan orang tua, dan mengajak semua anggota keluarga berkomitmen untuk hidup hemat adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir beban dan tanggung jawab sandwich generation.

“Jika Anda bisa berbagi tugas menanggung biaya hidup orang tua bersama anggota keluarga lain tentunya akan meringankan tanggungan Anda. Namun, harus diingat kerja sama tersebut tetap bergantung kepada kemampuan finansial masing-masing,” ungkap Yan.


Komunikasi terkait dengan finansial memang cukup penting. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir persoalan keuangan yang berujung pada kondisi stres karena harus memikirkan sendiri persoalan keuangan.

Selain itu, jika tidak dikomunikasikan bisa membuat Anda terpaksa berutang karena cenderung memaksakan diri menanggung biaya kehidupan orang lain lebih dari kemampuan finansial diri Anda.

“Jika Anda sudah membiayai kebutuhan listrik, belanja bulanan, dan pulsa telepon maka mungkin tidak perlu membiayai pos-pos kebutuhan tersier, seperti jalan-jalan atau belanja barang yang bukan kebutuhan pokok,” ucap Yan.

Selain itu, jika pengeluaran Anda sedang banyak, misalnya ada pembayaran uang masuk sekolah anak, maka Anda perlu memberitahukan pada pihak tertanggung, bahwa transferan pada bulan depan akan berkurang jumlahnya.

Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengamankan pos-pos pengeluaran utama, yaitu kebutuhan rumah tangga seperti belanja bahan makanan, biaya listrik dan air, sekolah anak, transportasi, cicilan rumah, kendaraan, dan tagihan kartu kredit.

Anda juga perlu menyisihkan dana untuk asuransi. Ini mengingat pentingnya asuransi sebagai pelindung dari risiko hidup yang bisa mengganggu keuangan masa depan. Selain itu, Anda juga harus menyisihkan dana untuk investasi jangka panjang.

“Namun, Jika ada kelebihan dana maka Anda bisa mengalokasikannya pada pos yang sifatnya sekunder dan tersier, misalnya hiburan, belanja, nonton, beli baju baru, rekreasi, tetapi tetap dengan perhitungan matang dan bijaksana, dan hindari pemborosan,” kata dia.

Di sisi lain, pembayaran utang seperti cicilan rumah, kartu kredit dan lain sebagainya perlu disesuaikan. Untuk cicilan kartu kredit, Yan mengimbau agar Anda bijak dengan tidak melakukan pembayaran minimum dan menunda pembayaran.

https://money.kompas.com/read/2020/07/20/112105626/mengenal-sandwich-generation-yang-banyak-dijumpai-di-negara-berkembang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke