Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

AS Perpanjang Fasilitas GSP, Peluang Genjot Ekspor Tekstil

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menyebutkan, ekspor tekstil ke AS sekitar 35 persen dari total ekspor nasional setiap tahunnya sehingga pasar AS sangat penting. Namun demikian, Redma Gita Wirawasta, Sekjen APSyFI beranggapan, fasilitas GSP yang diberikan sebenarnya belum terlalu signifikan.

"Fasilitas GSP yang diberikan untuk tekstil dan produk tekstil (TPT), menurut saya tidak terlalu signifikan karena lebih banyak diberikan untuk produk-produk yang tidak dikonsumsi secara besar. Meskipun cukup bermanfaat untuk beberapa produk," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11/2020).

Jadi pengaruhnya, kata Redma, untuk ekspor tidak akan lebih dari 5 persen saja. Adapun jenis produk kain yang mendapatkan fasilitas GSP meliputi kain sutra, kain cotton yang dibuat dengan hand-loom, hand-loom karpet. Memang kebanyakan yang terkait dengan buatan tangan, sementara untuk produk tekstilnya kebanyakan sarung tangan dan produk kerajinan tangan, serta sedikit beberapa jenis pakaian wanita.

Mengenai kebijakan perdagangan Pemerintah AS, menurut Redma, di produk tekstil saat ini tidak terlalu protektif. Walau demikian, produk Indonesia masing kalah dari beberapa negara produsen lainnya yang mempunyai perjanjian dagang seperti Meksiko dan Vietnam.

Negara-negara tersebut punya perjanjian dagang dengan bea masuk lebih rendah bahkan sebagian besar 0 persen. Namun seiring terjadinya perang dagang AS - China, terjadi proteksi barang-barang dari China secara besar-besaran.

Hal itu dapat menjadi peluang negara lain untuk mempenetrasi pasar AS, termasuk produk tekstil asal Indonesia. Redma menilai, kebijakan presiden AS saat ini Donald Trump pun sebenarnya sangat nasionalis yang berorientasi melindungi pasar domestik.

"Ini membuat upaya penetrasi pasar kita ke AS menjadi sempit. Maka fasilitas GSP yang diberikan pun dipilah khusus untuk produk-produk yang memang mereka perlukan dengan jumlah konsumsi domestik yang tidak terlalu besar," katanya.

Bahkan saat ini ada upaya penerapan trade remedies untuk beberapa produk tekstil.

Kata Redma, pekan lalu, AS sedang menginisiasi penerapan anti dumping untuk benang tekstur polyester. Terciptanya dua kubu akibat pemilu di AS antara Trump dan Biden, menurut Redma, tidak akan memberikan dampak besar pada perubahan kebijakan perdagangan.

Ia melihat, dengan pasar domestik dan konsumsinya yang sangat besar serta neraca perdagangan defisit yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonominya ditambah dengan upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, siapa pun Presiden AS terpilih sepertinya akan mengambil kebijakan yang sama. Meski ada kemungkinan kebijakan yang diambil Joe Biden jika ia menang tidak seketat Donald Trump. (Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Perpanjangan fasilitas GSP jadi peluang menggenjot ekspor produk tekstil ke AS

https://money.kompas.com/read/2020/11/04/120100926/as-perpanjang-fasilitas-gsp-peluang-genjot-ekspor-tekstil

Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke