Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dollar AS Jatuh Ke Level Terendah 2 Bulan, Ini Sebabnya

Mata uang yang dijuluki greenback ini tertekan ketika penghitungan suara untuk pemilihan AS yang kontroversial perlahan bergerak menuju pemerintahan yang terpecah. Investor memperkirakan lebih banyak kerugian untuk mata uang AS tersebut.

Investor berspekulasi bahwa calon Demokrat Joe Biden akan menjadi presiden berikutnya, tetapi Partai Republik akan mempertahankan kendali Senat, yang akan menyulitkan Demokrat untuk meloloskan paket bantuan virus corona yang lebih besar yang telah mereka dorong.

Perlunya lebih banyak stimulus digarisbawahi pada hari Jumat, ketika pemerintah AS melaporkan bahwa pengusaha mempekerjakan pekerja paling sedikit dalam lima bulan pada bulan Oktober.

Hal itu adalah bukti paling jelas bahwa akhir dari stimulus fiskal sebelumnya dan ledakan infeksi virus corona baru telah melemahkan momentum pemulihan ekonomi.

Lonjakan kasus baru virus corona yang mencapai rekor di beberapa negara bagian AS juga dapat menghambat aktivitas ekonomi.

"Kami masih berpandangan bahwa ekonomi AS sedang melambat, dan itu terjadi pada dolar yang melemah secara nyata," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions.

Biden berada di ambang memenangkan kepresidenan AS pada Jumat (6/11/2020), ketika ia memperluas keunggulan tipisnya atas Presiden Donald Trump di negara bagian Pennsylvania dan Georgia. Memenangkan 20 suara elektoral Pennsylvania akan menempatkan mantan wakil presiden itu melebihi 270 yang dia butuhkan untuk mengamankan kursi kepresidenan.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun menjadi 92,235, mencapai level terendah sejak 2 September.

Untuk minggu ini, indeks dollar jatuh sebanyak 1,9 persen, di jalur penurunan terbesar sejak Maret.

Penurunan besar dalam imbal hasil obligasi jangka panjang AS karena ekspektasi untuk stimulus fiskal yang lebih sedikit, dikombinasikan dengan reli ekuitas dan aset berisiko lainnya, telah menempatkan dolar di bawah tekanan jual yang konsisten, yang kemungkinan besar akan berlanjut.

“Sejauh ini investor telah siap untuk mengabaikan ancaman pemilihan yang diperebutkan, mungkin melihat inisiatif hukum Donald Trump sebagai 'sembrono' dan kondisi ramah ini telah menghasilkan penurunan dolar secara luas," kata ahli strategi di ING.

Dolar jatuh lebih jauh terhadap yen Jepang, diperdagangkan pada 103,255 yen pada Jumat (6/11/2020), mendekati level terendah delapan bulan.

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah berjanji untuk bekerja sama dengan otoritas luar negeri guna menjaga pergerakan mata uang tetap stabil, karena penguatan yen secara luas dipandang sebagai ancaman bagi ekonomi Jepang.

Yang pasti, dollar bisa menguat jika penghitungan suara AS terus mengulur.

"Semakin lama penghitungan suara berlangsung, semakin gugup pasar dan itu benar-benar dapat menghasilkan aliran safe-haven untuk greenback," kata Manimbo dari Western Union Business Solutions.

Dia memperkirakan adanya potensi sentimen dollar AS untuk terus terkikis dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara mata uang China, yuan dalam negeri naik menjadi 6,5868 per dolar, yang terkuat dalam lebih dari dua tahun.

Banyak investor berharap pemerintahan Biden akan sedikit mengurangi perang perdagangan Trump dengan China, yang seharusnya menguntungkan yuan.

Terhadap euro yang menguat, dollar diperdagangkan pada 1,1882 dollar AS setelah jatuh 0,87 persen di sesi sebelumnya.

Mata uang tunggal Eropa itu telah meningkat tajam minggu ini karena melemahnya dollar AS. Selain itu , berita tentang Uni Eropa yang semakin mendekati kesepakatan anggaran juga menopang euro.

https://money.kompas.com/read/2020/11/07/093300426/dollar-as-jatuh-ke-level-terendah-2-bulan-ini-sebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke