Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengintip "Hijaunya" Bisnis Tanaman Hias yang Tembus Eropa hingga AS

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivitas bertanam atau budi daya tanaman hias saat ini sedang menjadi tren di kalangan masyarakat.

Banyak yang memilih mengisi waktu luang di tengah pandemi dengan merawat tanaman hias.

Namun, tak sekadar hobi, ada pula yang menjadikan budi daya tanaman hias sebagai ladang bisnis.

Cuan yang didapatkan cukup menggiurkan, seiring dengan tingginya permintaan.

Salah satu yang menikmati keuntungan dari tingginya permintaan tanaman hias adalah Mas Ayu Febiryanti, penjual tanaman hias dengan akun instagram @floraayunusantara.

Penjualannya bahkan telah tembus ke pasar ekspor.

Ia memulai bisnis tanaman hias pada tahun 2018. Mulanya, ia menjalani aktivitas tersebut sebagai hobi.

Kala itu, dirinya mengunggah foto tanaman hias yang dimiliki pada media sosial Instagram.

Tak disangka, unggahan itu ternyata menarik banyak peminat, termasuk dari luar negeri.

"Tapi saat itu tanamannya masih bukan jenis yang sekarang banyak diincar, masih tanaman sejenis bromelia, yah jenis-jenis tanaman landscape," ungkap Ayu kepada Kompas.com, dikutip Selasa (8/12/2020).

Seiring berjalannya waktu, bisnis tanaman hias Ayu kian berkembang dengan seluruh permintaan datang dari luar negeri.

Utamanya dari Amerika Serikat (AS), Kanada, Eropa salah satunya Islandia, hingga Uni Emirat Arab (UEA), salah satunya Dubai.

Dia mengungkapkan, pada dasarnya seluruh jenis tanaman hias diminati oleh pembeli luar negeri, namun saat ini yang paling banyak dibeli adalah tanaman jenis philodendron, anthurium, dan monstera atau yang dikenal juga dengan nama tanaman janda bolong.

Menurut Ayu, umumnya harga ekspor tanaman hias yang cocok di pasar luar negeri yakni berkisar 25 dollar AS hingga 50 dollar AS per pot.

"Tapi kan, mereka enggak mungkin pesennya hanya satu-dua, selalu banyak, minimal 12 pot, jadi lumayan pendapatannya," ungkapnya.

Ayu mengatakan, rata-rata nilai penjualan tanaman hiasnya mencapai Rp 40 juta-Rp 50 juta per bulan.

Puncaknya, penjualan tertinggi terjadi pada Mei 2020 yang mencapai Rp 500 juta-Rp 600 juta per bulan.

"Namun setelah itu kembali menurun, sampai di angka yang stabil sekitar Rp 40 juta-Rp50 juta per bulan," kata dia. 

Permintaan Meningkat Pesat di Tengah Pandemi

Ayu mengakui, seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19 di seluruh dunia, permintaan akan tanaman hias meningkat pesat.

Bahkan, melonjak hingga 10 kali lipat dari penjualan di masa normal atau sebelum pandemi.

Permintaan yang tinggi tak hanya datang dari konsumen di luar negeri, tapi juga dalam negeri.

Berkat itu, sejak bulan lalu Ayu pun mulai menjual tanamannya di pasar domestik.

Ia mengungkapkan, nilai penjualan tanaman hias di pasar dalam negeri mencapai Rp 70 juta hingga Rp 80 juta pada bulan lalu.

Menurut Ayu, pendapatannya dari hasil penjualan tanaman hias yang bermula dari hobi sangatlah lumayan.

Apalagi ia merupakan ibu rumah tangga yang punya waktu luang untuk berbisnis budi daya tanaman hias.

"Untuk ukuran saya yang ibu rumah tangga, itu sudah lumayan banget. Walaupun bersihnya enggak diterima segitu karena harus beli tanaman lagi, tapi ini tetap cukup menyenangkan karena bisa bekerja di rumah, tanpa ke mana-mana," ujar dia.

Tips Menembus Pasar Ekspor ala Ayu

Ayu mengatakan, banyak hal yang dipelajarinya untuk bisa menembus pasar ekspor.

Mulai dari mendapatkan konsumen, proses ekspor, hingga pengemasan tanaman hias yang tepat.

Ia mengungkapkan, semua pengetahuan tersebut didapatkan dengan banyak riset di internet serta bertanya ke orang yang sudah lebih berpengalaman.

"(Untuk bisa ke pasar ekspor) kita harus banyak membaca dan bertanya," kata Ayu.

Ayu menjelaskan, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menggalakkan program tiga kali ekspor yang bertujuan meningkatkan kinerja ekspor produk pertanian dalam negeri.

Dukungan ekspor ini tak hanya berlaku untuk produk bahan pokok, tapi juga tanaman hias.

Kesempatan ini yang menurut Ayu harus dimanfaatkan. Menurut pengalamannya, infromasi mengenai proses ekspor cukup mudah didapatkan dari pihak Kementan.

Informasi itu bahkan bisa ditemui di laman resmi Kementan.

Di sana, terdapat penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan serta persyaratan yang perlu dipenuhi.

Salah satunya, seperti syarat Phytosanitary Certificate yang diterbitkan oleh Badan Karantina Kementan.

Sertifikat ini merupakan dokumen mutlak pada proses ekspor-impor apabila negara tujuan mempersyaratkan.

"Untuk proses pengiriman itu perlu ada Phytosanitary Certificate yang dikeluarkan Badan Karantina, nah itu perlu tahu syaratnya apa saja yang harus dipenuhi, jadi memang harus banyak baca dan bertanya," kata Ayu.

Untukmpengemasan yang tepat untuk tanaman hias bisa sampai dengan aman ke tangan pembeli di luar negeri, Ayu mempelajarinya dari internet.

Ia mengaku, lebih banyak mencari informasi tersebut di video-video yang tersebar di platform Youtube.

Menurutnya, banyak orang yang sudah memberikan video mengenai sistem pengemasan yang baik.

"Karena banyak orang kan yang bikin video, bagaimana caranya bisa sampai dengan baik. Atau bisa dilihat dan dipelajari juga dari video unboxing packing yang dibuat orang luar negeri. Jadi itu dibahas semua di sana," saran Ayu.

https://money.kompas.com/read/2020/12/08/134927726/mengintip-hijaunya-bisnis-tanaman-hias-yang-tembus-eropa-hingga-as

Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke