Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Penyebab Bank Tak Segera Turunkan Bunga Kreditnya

Catatan BI menunjukkan sejak bulan Juni 2019 penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan secara rata-rata baru turun 116 bps. Praktis, hal ini menyebabkan spread SBDK BI7DRR cenderung melebar dari 5,27 persen pada Juni 2019 menjadi 6,36 persen per Desember 2020.

Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede sejatinya suku bunga kredit pergerakannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pertama, biaya dana atau cost of fund (COF) yang dipengaruhi oleh kondisi likuiditas sektor perbankan. Kedua, overhead margin cost perbankan dan ketiga adalah risk premium yang terindikasi dari kondisi risiko kredit perbankan.

Nah, penurunan suku bunga kredit menurut pengamatan Josua dalam dua tahun terakhir dipengaruhi oleh penurunan cost of fund yang terindikasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta kondisi likuiditas perbankan yang terkendali (manageable).

Selain itu, penurunan suku bunga juga dipengaruhi oleh penurunan overhead margin cost yang juga mengalami penurunan seiring dengan meningkatkan efisiensi perbankan.

Meski begitu, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi domestik dalam dua tahun terakhir ini dan secara khusus dampak dari pandemic COVID-19 yang mempengaruhi kinerja keuangan sebagian besar sektor ekonomi, risiko kredit cenderung meningkat yang selanjutnya membatasi penurunan risk premium.

"Penurunan suku bunga diperkirakan akan cenderung terus berlanjut dalam jangka pendek merespon penurunan suku bunga acuan BI yang turun sebesar 125bps sepanjang tahun lalu serta penurunan sebesar 25 bps pada bulan Februari 2021," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2/2021).

Hal itu merupakan kombinasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta bauran kebijakan BI untuk mendorong ketersediaan likuiditas juga mendorong penurunan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

Dengan tren suku bunga PUAB yang cenderung menurun mengindikasikan kondisi likuiditas perbankan membaik sehingga selanjutnya diharapkan dapat mendorong penurunan cost of fund yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit sehingga mendorong transmisi pelonggaran kebijakan moneter yang menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Hanya saja, penurunan suku bunga kredit akan sangat dipengaruhi juga oleh kondisi perkembangan risiko kredit perbankan dalam jangka pendek ini mengingat peningkatan risiko kredit yang terindikasi dari kenaikan NPL perbankan berpotensi mendorong peningkatan risk premium.

Kemuddian, di saat yang bersamaan, permintaan kredit pun cenderung masih lemah di tengah aktivitas perekonomian yang belum pulih secara signifikan.

Bila dilihat secara historikal, penurunan suku bunga perbankan cenderung tidak mempengaruhi Net Interest Margin (NIM) secara signifikan, hal ini terbukti bahwa di tengah penurunan suku bunga sejak 2014, baik net interest income maupun NIM perbankan cenderung stabil hingga 2019.

Bila dilihat secara historikal, penurunan suku bunga perbankan cenderung tidak mempengaruhi Net Interest Margin (NIM) secara signifikan, hal ini terbukti bahwa di tengah penurunan suku bunga sejak 2014, baik net interest income maupun NIM perbankan cenderung stabil hingga 2019.

Namun, pada tahun 2020, net interest income cenderung mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan kredit perbankan, diikuti oleh kenaikan Dana Pihak Ketiga yang signifikan sehingga kemudian mendorong penurunan NIM perbankan.

"Ke depannya, sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi yang berimplikasi pada peningkatan permintaan kredit dan risiko kredit termitigasi dengan baik, maka penurunan suku bunga kredit pun cenderung diperkirakan akan terus berlanjut untuk mendorong proses pemulihan ekonomi nasional," imbuh Josua.

Kemudian, pada Rapat Dewan Gubernur pekan lalu, selain BI memangkas suku bunga acuan BI7RR dan melonggarkan kebijakan makroprudensial pada Kredit Kendaraan Bermotor dan Kredit Pemilikan Rumah, BI menyebutkan bahwa BI mempublikasikan asesmen transmisi kebijakan kepada Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).

Menurut Josua, hal ini bertujuan agar perbankan terpacu untuk menurunkan suku bunganya lebih rendah lagi.

Di sisi lain, BI melalui surveinya menyebutkan bahwa terdapat kenaikan permintaan dari kredit korporasi per Januari. Kenaikan ini diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan kredit dari sisi korporasi.

"Adanya peningkatan permintaan kredit, proyeksi pemulihan ekonomi, serta kebijakan terbaru BI, diproyeksikan secara simultan mampu mendorong penurunan bunga kredit perbankan dalam jangka pendek," pungkasnya.

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Ini alasan bank sulit menurunkan suku bunga kredit menurut ekonom

https://money.kompas.com/read/2021/02/28/190000226/ini-penyebab-bank-tak-segera-turunkan-bunga-kreditnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke