KOMPASIANA---Kebiasaan memikirkan kekurangan, kesalahan, dan masalah meningkatkan risiko masalah kesehatan mental.
Itulah dampak buruk jika kita terlalu sering overthinking atau memikirkan sesuatu secara berlebihan.
Dampak langsungnya bisa terus dihantui perasaan benar atau tidak atas apa yang sudah atau akan dilakukan.
Oleh karena itu, bila kita kerap membiarkan overthinking maka bisa membuat hidup tidak nyaman dan sulit berkembang.
1. Overthinking Karena "Victim Mentality", Harus Bagaimana?
Apakah pernah merasa atau menganggap diri sendiri terlalu lemah hingga tidak bisa bersaing dengan rekan kerja di kantor?
Jika sering merasakan itu, bisa jadi, kini sedang mengalami victim mentality.
Victim mentality adalah suatu keadaan atau suatu kondisi seseorang selalu mengira atau merasa kalau ada yang selalu salah dalam dirinya atau merasa tidak pantas mendapatkan sesuatu yang baik dalam hidup.
Menurut Kompasianer Sigit Eka hal seperti itu bisa diatasi secara perlahan dengan tahu bagaimana mesti membawa diri.
"Memiliki karakter dan pembawaan diri akan membuat nyaman, kuat, dan selalu mencintai diri sendiri," tulisnya.
Dengan begitu kita akan selalu memiliki mental menerima diri, memiliki harga diri yang tinggi, dan jati diri yang tangguh. (Baca selengkapnya)
2. Cara Mengatasi Overthinking yang Merasuki Dunia Pekerjaan
Begitu banyak aspek utama maupun aspek pendukung yang membuat seseorang menjadi overthinking.
Segala macam pikiran, tulis Kompasianer Desy Indah, mampu berputar-putar menghiasi isi kepala para pelaku overthinking, yang kerap kali diartikan memikirkan sesuatu secara berlebihan, dan terus menerus.
"Mengemban overthinking di dunia pekerjaan tidaklah mudah, overthinking yang hadir menghiasi pikiran para pelakunya mampu menimbulkan berbagai macam stigma negatif," lanjutnya.
Akan tetapi jika kita bisa mengurangi overthinking dapat menurunkan stres, membantu tidur lebih nyenyak, dan secara positif mempengaruhi karier.
Pada dasarnya, menurut Kompasianer Desy Indah, memaksakan kehendak untuk selalu tampil sempurna di mata orang lain memang tidaklah baik, karena semua itu bagaikan percuma. (Baca selengkapnya)
3. Perempuan Lebih Sering "Overthinking"?
Overthinking bisa dipicu rasa sakit hati atau luka batin akibat perkataan atau perlakuan seseorang dalam interaksi sosial.
Apalagi ketika ketika mendapat perlakuan atau perkataan kurang menyenangkan dari pihak lain, sering juga situasi ini menggiring waktu lebih lama untuk berhenti memikirkannya.
Sebagai perempuan, Kompasianer Martha Weda kerap merasa overthinking saat mengingat kesalahan-kesalahan di masa lalu.
"Ketika saya tidak mampu mengendalikan pikiran dan terpuruk dalam perilaku overthinking, suami selalu memberikan pencerahan dengan kalimat-kalimat menyejukkan dan membangkitkan semangat," tulisnya. (Baca selengkapnya)
***
Simak beragam ulasan guna memperbaiki diri dan tidak selalu membanding-bandingkan dengan orang lain lewat Topik Pilihan Kompasiana: Overthinking.
https://money.kompas.com/read/2021/03/30/111100726/-kurasi-kompasiana-overthinking-karena-victim-mentality-mengatasi-overthinking