Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupah sore ini terjadi karena indeks dollar terus menguat dan mencapai level tertinggi di 93,1. Kenaikan indeks dollar sejalan dengan kenaikan imbal hasil Treasury AS karena kekhawatiran inflasi.
“Imbal hasil Treasury AS 10 tahun terakhir di level 1,75 persen, atau tertinggi dalam 14 bulan. Hal ini terjadi karena percepatan vaksinasi, tanda-tanda pemulihan ekonomi, dan stimulus besar-besaran AS memicu kekhawatiran inflasi,” ujar Ibrahim dalam siaran pers.
Percepatan pemulihan ekonomi AS juga didorong oleh rencana Presiden AS Joe Biden mengeluarkan biaya tambahan untuk infrastruktur akhir pekan ini. Dana itu mencakup dana untuk perawatan anak dan perawatan kesehatan setelah liburan Paskah.
Sementara itu dari domestik, upaya Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas, dinilai membuat rupiah tidak melemah lebih dalam.
“Rupiah secara fundamental masih undervalue di bawah Rp 15.000 per dollar AS dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat. Intervensi Bank Indonesia bisa menjaga mata uang garuda stabil,” kata Ibrahim.
Sementara itu, rilis data ekonomi dalam negeri yang positif dinilai tidak mampu mendorong penguatan rupiah secara signifikan.
Data dalam negeri berupa Purchasing Managers Index (PMI) berada di atas level ekspansif 50 atau 50,9 persen. Selain data manufaktur, realisasi investasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2021 lebih tinggi dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
“Dari beberapa indikator ekonomi yang mengalami tren perbaikan membuat pemerintah tetap optimis terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai dikisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen,” ucap dia.
https://money.kompas.com/read/2021/03/30/155626826/rupiah-ditutup-melemah-ini-penyebabnya