Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melirik Potensi Industri Tekstil dan Pakaian Nasional

DALAM salah satu artikel Kompas.com pada 4 Juli 2020, dikatakan bahwa tidak ada wadah yang menampilkan busana sebagai status seseorang.

Akibat hal ini, fungsi dari pakaian yang dahulu juga melambangkan citra, pamor dan status mayoritas berubah menjadi hanya sekadar untuk pelengkap tubuh manusia yang dipakai untuk alasan kenyamanan ataupun kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Walaupun demikian, hal ini dapat berubah kembali jika aktivitas kembali menjadi normal. Data yang dilansir Statista.com untuk tahun 2019-2020 menunjukkan bahwa sebagai salah satu dari 5 besar negara yang berpopulasi penduduk terbesar di dunia, hanya Indonesia yang tidak masuk dalam jajaran produsen kapas dunia. Padahal kita tahu bahwa kapas adalah salah satu komoditi utama yang banyak digunakan dalam industri tekstil dan pakaian dunia.

Tidak hanya itu, kebutuhan bahan baku lain juga banyak diimpor dari negara lain karena jumlah produsen lokal untuk bahan baku ini minim. Akibat dari hal ini jelas, industri tekstil besar mau tidak mau harus mengimpor dari negara lain.

Bahkan, untuk membuat bahan-bahan sintetik ataupun yang terbuat dari bahan hewani, seperti sutera dan wol, masih jarang digunakan. Padahal, secara jelas ada potensi yang besar dengan luas daratan yang masuk 15 besar dunia.

Seperti yang diajarkan sejak kecil, sandang merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan dan papan.

Jika ukuran ini yang dilihat badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang ini, Industri Sandang Nusantara Persero bahkan belum termasuk BUMN papan atas nasional dan belum termasuk salah satu BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri hulu di sektor BUMN ini pun belum tampak potensinya.

Sebagai indikator pertumbuhan sektoral, perusahaan swasta yang bergerak pada industri tekstil dan pakaian memang lebih baik dengan ada 21 perusahaan yang terdaftar di BEI tetapi dari seluruh perusahaan tersebut ternyata masih ada saja yang tidak menggunakan instrumen digital secara optimal di tengah kondisi pascapandemi global ini.

Bisa dibayangkan tata kelola sektor ini secara umum bagi perusahaan yang belum terdaftar di BEI.

Sebagai salah satu sektor yang berpotensi menghasilkan banyak lapangan pekerjaan, tentu saja sektor ini layak untuk dipertimbangkan bagi sektor publik maupun sektor privat dikembangkan pada masa depan baik untuk industri hulu maupun industri hilirnya.

Tentu saja, tantangan bisnis akan tetap ada di tengah semakin ketatnya kompetisi global. Kita tentu bangga jika sektor ini bisa menjadi salah satu sektor yang dibanggakan pada tingkat global.

Seperti yang dilansir oleh Kompas.com pada 10 Desember 2020, Sri Prakash Lohia adalah salah satu dari 15 orang terkaya di Indonesia yang bergerak di sektor ini.

Ini berarti jika dikelola dengan tepat, sektor ini bisa menghasilkan keuntungan yang tidak kalah dengan sektor lain. Apalagi sektor ini juga dikembangkan dengan gencar oleh negara maju dunia seperti bahan katun Amerika Serikat, bahan sutera Tiongkok dan bahan wol Australia.

Potensi ke arah situ jelas ada, apalagi saat ini banyak diketahui merek lokal di sektor hilir yang mulai dilirik dunia seperti The Executive milik PT Delamibrands Kharisma Busana, Eiger milik PT Eigerindo Multi Produk Industri dan Damn I Love Indonesia milik PT Dinamika Anak Muda Nasional.

Ada pula beberapa model busana asal Indonesia juga dikenal dunia mode internasional, seperti Tracy Trinita, Ayu Gani dan Nadya Hutagalung.

Richard Andrew, SE, MM
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2021/04/12/051200626/melirik-potensi-industri-tekstil-dan-pakaian-nasional

Terkini Lainnya

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke