Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

RI Catat Ekspor Tertinggi Sejak 2011, Akibat Depresiasi Rupiah?

Capaian ekspor tersebut tumbuh 20,31 persen secara bulanan (month to month/mtm) maupun 30,47 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Kepala BPS Suhariyanto menyebut, capaian tersebut termasuk yang tertinggi dalam ekspor RI.

"Tadi saya sampaikan (capaian ekspor) tinggi sekali, 18,35 miliar dollar AS. Ini yang tertinggi sejak Agustus 2011. Waktu itu mencapai 18,64 miliar dollar AS," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis (15/4/2021).

Kendati demikian, Kecuk tak memungkiri depresiasi rupiah jadi salah satu penyebab ekspor RI tumbuh tinggi. Selama bulan Maret 2021, rupiah sudah terdepresiasi 1,89 persen.

Mengutip data Bloomberg pukul 13.38 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kini di level Rp 14.624. Terjadi pelemahan sebesar 22 poin atau 0,15 persen setelah pembukaan pagi tadi di level Rp 14.617.

"Betul bahwa selama Maret ada depresiasi, ketika rupiah melemah harga produk jadi lebih murah sehingga lebih kompetitif dan jadi meningkatkan (ekspor). Kemungkinan iya (karena depresiasi, tapi jawaban yang lebih komplit lebih pas kalau dari Bank Indonesia," ungkap dia.

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Kecuk ini berujar, kinerja ekspor impor yang impresif akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021.

Tercatat RI kembali membukukan surplus neraca perdagangan 1,57 miliar dollar AS. Sepanjang kuartal I, Indonesia telah mengalami surplus neraca perdagangan sebesar 5,52 miliar dollar AS.

"Dengan kenaikan ekspor yang tinggi tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kuartal Ip2021. Karena kalau lihat share ekspor 20,21 persen sebagai faktor penambah, sementara impor sebagai faktor pengurang 19,20 persen," papar dia.


Kendati, capaian positif pertumbuhan ekonomi baru akan terlihat ketika BPS sudah mengumpulkan berapa data. Sebab, kinerja ekspor impor hanya mencakup data ekspor impor barang.

"Nanti ada tambahan mengenai ekspor impor jasa yang jadi pelengkap perhitungan pertumbuhan ekonomi. Tentunya kembali, bahwa bagusnya ekspor impor akan berpengaruh pada ekonomi kuartal I 2021," pungkas Kecuk.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekspor pada bulan Maret 2021 terjadi di semua sektor baik migas maupun non migas. Ekspor non migas tumbuh 5,28 persen (mtm) sementara non migas tumbuh 21,21 persen. Industri pertanian mencatat capaian terbesar dengan pertumbuhan 27,06 persen.

Pertumbuhan ekspor pada industri pertanian terjadi pada komoditas sarang burung, tanaman obat, aromatik dan rempah, cengkeh tembakau, serta lada putih.

Secara tahunan, industri ini tumbuh mencapai 25,04 persen (yoy), dengan komoditas seperti tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah, sarang burung, serta hasil hutan bukan kayu lainnya.

Sementara itu, industri pengolahan naik 22,27 persen (mtm) dengan komoditas minyak kelapa sawit, kimia dasar organik, hingga besi dan baja. Demikian pula untuk ekspor pertambangan yang tumbuh 13,68 persen (mtm).

"Sebanyak 95,06 persen ekspor Indonesia berasal dari sektor non migas, di mana sumbangan dari sektor industri mencapai 80,84 persen (dari total keseluruhan ekspor)," sebut Kecuk dalam konferensi video.

https://money.kompas.com/read/2021/04/15/143100126/ri-catat-ekspor-tertinggi-sejak-2011-akibat-depresiasi-rupiah-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke