Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pandemi Covid-19 Hancurkan 22 Juta Pekerjaan di Negara Kaya

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development) mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah menghancurkan 22 juta pekerjaan di negara-negara kaya.

Organisasi yang berbasis di Paris ini mengingatkan munculnya risiko peningkatan angka pengangguran jangka panjang akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan itu, pekerjaan di negara-negara OECD diperkirakan tidak akan pulih ke tingkat pra-pandemi sebelum 2023.

"Pemulihan ekonomi yang kuat yang sedang berlangsung di negara-negara OECD, belum sepenuhnya diterjemahkan ke dalam pekerjaan baru yang cukup untuk mengembalikan tingkat pekerjaan ke tingkat pra-pandemi di sebagian besar ekonomi anggota," tulis laporan itu, sebagaimana dikutip CNN, Jumat (9/7/2021).

Laporan memperkirakan, pandemi telah membengkakkan peringkat pengangguran di negara-negara OECD dengan total lebih dari 8 juta pada tahun 2020.

Sebanyak 14 juta orang lainnya tidak aktif mencari pekerjaan.

Kemudian, pada akhir 2020, jumlah orang yang menganggur melonjak sebesar 60 persen di atas tingkat pra-pandemi.

Angka tersebut terus tumbuh pada kuartal I tahun 2021 dan secara tidak proporsional mempengaruhi kelompok yang sudah rentan.

Studi ini dilakukan di tengah lonjakan perekrutan di beberapa negara ekonomi utama, saat bisnis harus menaikkan upah untuk memerangi kekurangan pekerja.

Di Inggris salah satunya, laporan IHS Markit menunjukkan kenaikan gaji awal mencapai yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Anak muda paling terhantam

Menurut laporan yang sama, kaum muda dan individu berpenghasilan rendah menjadi pihak yang paling terpukul oleh pandemi.

Pada tahun 2020, jam kerja pada pekerja bergaji rendah turun lebih dari 28 persen di seluruh negara maju, atau 18 poin lebih besar dari penurunan yang terjadi pada pekerjaan bergaji tinggi.

Jumlah anak muda yang tidak bekerja meningkat hampir 3 juta, membalikkan tren dalam satu dekade terakhir.

Sebetulnya, tingkat pengangguran di negara OECD telah turun dari 8,8 persen pada April 2020 menjadi 6,6 persen pada Mei 2021.

Tapi, posisi itu tetap 1,3 poin lebih tinggi dibanding bulan Februari 2020.

Dari negara-negara OECD, Amerika Serikat mencatat pemulihan yang paling mencolok dalam penciptaan pekerjaan saat pandemi Covid-19, dengan tingkat pengangguran turun dari puncaknya mendekati 15 persen pada puncak pandemi menjadi 5,9 persen bulan lalu.

Laporan itu lantas menyarankan, pemerintah harus melatih pekerja agar mampu bekerja di industri hijau dan digital, sambil mengarahkan dukungan pekerjaan ke sektor-sektor yang masih sangat terpengaruh oleh jarak sosial.

Dukungan tersebut perlu diarahkan dari waktu ke waktu. Sebab, penarikan dukungan fiskal terlalu cepat akan berisiko membahayakan pemulihan.

"Di sisi lain, mempertahankan dukungan menyeluruh terlalu lama juga akan berisiko membahayakan kekuatan dan kualitas pemulihan jangka panjang. Itu memperlambat realokasi yang diperlukan dari modal dan tenaga kerja di seluruh perekonomian," kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann.

https://money.kompas.com/read/2021/07/09/111731226/pandemi-covid-19-hancurkan-22-juta-pekerjaan-di-negara-kaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke