Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Bisnis di Balik Pemilihan Nama Olimpiade Tokyo 2020, Bukan 2021

JAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin banyak orang bertanya, kenapa Komite Olimpiade Internasional (IOC) memilih menggunakan nama Olimpiade Tokyo 2020, bukan Olimpiade Tokyo 2021 sesuai dengan tahun penyelenggaraan.

Secara resmi dikenal dengan Games of the XXXII Olympiad, Olimpiade Tokyo 2020 adalah ajang olahraga internasional yang semula dijadwalkan untuk diselenggarakan di Tokyo, Jepang, pada tanggal 24 Juli-9 Agustus 2020.

Namun lantaran adanya pandemi Covid-19, penyelenggaraan Olimpiade harus ditunda. Tokyo sendiri terpilih sebagai kota tuan rumah dalam sidang IOC ke-125 di Buenos Aires, Argentina tahun 2013. Menyisihkan Madrid yang jadi pesaing kuat saat itu.

Jadi mengapa penyelenggara tidak memutuskan untuk mengubah tahun Olimpiade? Rupanya hal tersebut berkaitan dengan permasalahan uang alias perhitungan bisnis.

Dilansir dari Sportingnews, keputusan untuk tidak mengubah nama resmi Olimpiade sesuai dengan tahun penyelenggaraan, karena panitia penyelenggara sudah memulai produksi banyak merchandise dengan nama Tokyo 2020.

Merchandise ini sudah dibuat jauh sebelum merebaknya pandemi Covid-19. Di sisi lain, penjualan merchandise adalah salah satu pemasukan terbesar bagi IOC.

Menguban nama Olimpiade Tokyo 2020 menjadi Olimpiade Tokyo 2021 akan membuat produk-produk merchandise yang sudah terlanjur diproduksi menjadi tidak berguna.

Tak hanya soal produk merhandise, perubahan nama juga akan membuat berbagai barang yang sudah diproduksi akan terbuang seperti tiket yang sudah dicetak, papak nama, jersey, bendera, iklan yang sudah dibuat, dan masih banyak lagi.

Secara bisnis, hal itu adalah kerugian besar. Sebuah pergantian resmi nama yang sudah jadi ikon tak menguntungkan secara bisnis.

Ahli Pemasaran Olahraga, Michael Lynch, mengatakan bahwa nama sebuah event adalah hak kekayaan intelektual yang bernilai sangat mahal, apalagi sekelas Olimpiade. 

Bagi IOC, nama Olimpiade Tokyo 2020 adalah aset berharga. Membuang nama dengan menggantinya adalah kerugian besar dari sisi hitung-hitungan bisnis. 

"Aset utama yang dijual IOC dan Komite Penyelenggara Tokyo adalah kekayaan intelektualnya dan kekuatan merek terkait dengan merek, logo, penunjukan, simbol, dan sebagainya," kata Lynch kepada Yahoo Sports.

"Semua yang terkait Olimpiade Tokyo bermerek 2020, termasuk sponsor kreatif, tiket, barang dagang berlisensi, papan nama tempat acara, apa saja. Ini akan menjadi biaya yang sangat besar sehingga tidak perlu mengubah nama," ungkapnya.

IOC sendiri mengumumkan penggunaan nama tetap pada Tokyo 2020 cukup cepat usai pandemi Covid-19 merebak. Meski saat itu belum ada kepastian kapan penyelenggaraan olimpiade dimulai setelah penundaan.

Nama Olimpiade Tokyo 2020 secara resmi tetap dipakai pada 24 Maret 2020 setelah komite memutuskan untuk menundanya di tahun 2021. Disepakati bahwa Olimpiade akan tetap menggunakan nama Olimpiade Tokyo 2020.

Setidaknya, tetap menggunakan nama Olimpiade Tokyo 2020 bisa mengurangi kerugian bisnis karena pandemi.

Sebagai contoh, IOC harus menderita kerugian cukup besar akibat tidak adanya penonton yang hadir dalam olimpiade, yang artinya tidak ada pemasukan dari penjualan tiket.

https://money.kompas.com/read/2021/07/29/072615626/alasan-bisnis-di-balik-pemilihan-nama-olimpiade-tokyo-2020-bukan-2021

Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke