Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Holding Ultra Mikro Dorong UMKM Naik Kelas

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira, aksi korporasi yang dilakukan BRI ini merupakan bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro bersama dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

“Holding BUMN ultra mikro akan bergantung pada pemanfaatan dana right issue,” ungkap Bhima dalam siaran pers.

Bhima mengungkapkan ada banyak manfaat yang didapat oleh UMKM melalui pembentukan holding ultra mikro BUMN. Salah satunya adalah mendorong literasi perbankan, meningat ada 91,3 juta orang yang berprofesi sebagai pengusaha mikro masih unbankable (tidak mendapat layanan lembaga keuangan formal).

“Melalui holding ultra mikro, pasar pembiayaan segmen mikro masih terbuka lebar. Harapannya dana hasil right issue bisa mengalir sepenuhnya untuk pembiayaan mikro yang murah,” ujar dia.

Adapun korporasi BUMN yang terlibat dalam holding ini, yakni BRI, Pegadaian, dan PNM. Korporasi tersebut juga dinilai bisa saling menunjang. Di sisi lain, jika seluruh hasil right issue digunakan untuk memberdayakan usaha ultra mikro maka akan sangat berimbas pada penyerapan tenaga kerja.

“Serapan tenaga kerja dan rasio wirausaha akan meningkat. Selama masa pandemi ada 19 juta tenaga kerja yang terdampak, sebagian terpaksa menjadi pengusaha mikro agar bertahan. Jadi support pendanaan sangat penting agar mereka bisa bertahan," ujar dia.

Bhima mengatakan Holding ultra mikro juga bermanfaat dalam hal scale up untuk pelaku usaha mikro. Melalui scale up, diharapkan meningkatkan kemampuan usaha pelaku mikro untuk berkembang, utamanya meningkatkan potensi dan peluang usahanya.

"Harapannya satu tahun mendapat pembiayaan ultra mikro, kemudian menjadi usaha kecil dan seterusnya naik kelas lepas dari kategori UMKM,” ujarnya.

Holding ultra mikro juga berdampak terhadap digitalisasi pembiayaan. Namun, tentunya butuh integrasi dari sisi logistik, bahan baku sampai digitalisasi pemasaran.

“Jika BRI bisa mendorong integrasi layanan dan kolaborasi dengan pemain digital lain maka bisa melengkapi ambisi mendorong scale up usaha mikro dan ultra mikro,” jelas dia.

Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, dana kelola yang dipegang oleh holding, bisa dipergunakan untuk mendorong UMKM, terutama usaha mikro dapat naik kelas pada kemudian hari.

Salah cara mendorong UMKM naik kelas salah satunya melalui holding. Menurut dia melalui holding, akan ada revitalisasi pada masing-masing institusi untuk dapat mendorong UMKM bertumbuh.

“Naik kelasnya usaha mikro ke usaha kecil dan ke usaha menengah saya kira secara tidak langsung juga bisa mengisi gap usaha menengah yang proporsinya terhadap total usaha di Indonesia masih relatif kecil,” ucapnya.

Menurut Yusuf, BRI merupakan bank yang juga fokus terhadap pembiayaan usaha mikro. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk perluasan pembiayaan yang lebih besar. Sedangkan Pegadaian dan PNM mempunyai kekhususan peran dan kapasitas masing-masing yang selama ini dijalaninya.

“Pegadaian, kita tahu sebenarnya hadir untuk memberikan likuiditas jangka pendek bagi masyarakat yang membutuhkan, sementara PNM melayani perusahaan yang relatif baru dan belum memiliki akses terhadap perbankan sehingga memerlukan jasa modal ventura,” ungkapnya.

Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya mengungkapkan, holding ultra mikro (UMi) akan menjadi solusi dalam kemajuan segmen usaha melalui akses pendanaan yang lebih murah dan cepat. Menurut dia, ketika pemerintah berbicara tentang Indonesia maju, maka di dalamnya ada kemajuan segmen ultra mikro melalui penguatan ketahanan ekonomi.

"Tentunya pemerintah secara keseluruhan memiliki solusi besar untuk menunjukan keberpihakan kepada sektor ultra mikro. Kami sudah memetakan sinergi yang dapat dilakukan di BUMN untuk menguatkan keberpihakan kepada pengusaha ultra mikro,” ujar Erick.

Tanpa holding BUMN di segmen UMi saat ini, banyak kendala yang dihadapi dalam akses pembiayaan. Seperti, biaya overhead yang tinggi karena model pemberdayaan membutuhkan pendampingan dan penyuluhan intensif.

Selain itu juga, kurangnya sumber daya manusia membuat UMi sulit dijangkau. Sementara dari sudut pandang perseroan, tanpa adanya holding, segi pendanaan berbiaya relatif tinggi karena mengandalkan pinjaman dari pasar modal.

“Pembiayaan pun bergantung kondisi pasar sehingga terdapat potensi kegagalan refinancing. Holding pun dilakukan dengan tetap mempertahankan model bisnis gadai dari Pegadaian, konsep pemberdayaan sosial dari PNM, dengan BRI sebagai pendorong pertumbuhan karena merupakan perseroan terbesar dari ketiga BUMN tersebut,” jelas Erick.

https://money.kompas.com/read/2021/08/03/091000626/holding-ultra-mikro-dorong-umkm-naik-kelas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke