Melansir data RTI, pukul 09.09 WIB, IHSG berada pada level 6.467,79 atau turun 13,97 poin (0,23 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.481,77.
Sebanyak 203 saham melaju di zona hijau dan 169 saham di zona merah. Sedangkan 207 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,4 triliun dengan volume 2,2 miliar saham.
Pagi ini bursa saham asia menghijau dengan kenaikan Nikkei 1,75 persen, Hang Seng Hong Kong 1,18 persen, Strait Times menguat 0,25 persen, dan Shanghai Komposit 0,3 persen.
Wall Street pada penutupan Jumat pekan lalu negatif dengan penurunan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 0,03 persen, indeks S&P 500 sebesar 0,19 persen, dan indeks acuan saham teknologi AS Nasdaq 0,51 persen.
Sebelumnya, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper mengatakan, secara teknikal tren penguatan jangka menengah masih cukup kuat disertai indikator stochastic membentuk golden cross dan MACD dalam tren akumulasi.
"IHSG berpeluang menguat, investor masih akan mencermati hasil kongres AS serta rencana tapering oleh The Fed. Dari dalam negeri investor akan menanti rilis data retail sales untuk bulan Agustus,” kata Dennies dalam rekomendasinya.
Rupiah menguat
Semenara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini menguat.
Melansir data Bloomberg, pukul 09.01 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.215 per dollar AS, atau naik 7 poin (0,05 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 14.222 per dollar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah pagi ini ditopang oleh harga aset berisiko yang menguat pagi ini. Indeks saham Asia juga positif, dan nilai tukar regional juga bergerak menguat terhadap dollar AS.
"Rupiah berpeluang menguat terhadap dollar AS hari ini. Penguatan rupiah terbantu dengan kenaikan harga komoditas tambang yang bisa membantu memperbesar surplus perdagangan RI," kata Ariston kepada Kompas.com.
Di sisi lain, pasar masih mewaspadai kenaikan yield obligasi pemerintah AS pasca dirilisnya data tenaga kerja AS Jumat kemarin. Yield tenor 10 tahun sudah bergerak di atas 1,6 persen yang merupakan level tertinggi sejak 4 Juni 2021.
"Kenaikan yield, sebagai respon pasar atas potensi tapering di akhir tahun. Kenaikan yield tersebut bisa menahan penguatan rupiah terhadap dollar AS," jelas Ariston.
Ariston memproyeksikan hari ini rupiah bisa bergerak pada kisaran Rp 14.200 per dollar AS hingga Rp 14.230 per dollar AS.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
https://money.kompas.com/read/2021/10/11/092706326/ihsg-awal-sesi-merah-rupiah-menguat