Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

NTP Semua Subsektor Pertanian Naik Kecuali Peternakan, Ini Alasannya

KOMPAS.com – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono memaparkan, nilai tukar petani (NTP) semua subsektor pertanian mengalami kenaikan, kecuali subsektor peternakan.

“Secara keseluruhan NTP untuk semua subsektor mengalami kenaikan, kecuali subsektor peternakan yang turun karena harga telur di pasaran belum membaik," jelas Margo dalam berita resmi BPS yang disiarkan melalui streaming, Senin (1/11/2021).

Sebagai informasi, NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (lt) terhadap indeks harga yang dibayar petani (lb).

NTP menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.

Selain itu, NTP juga dapat menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk biaya produksi.

Margo menyebutkan, terdapat dua subsektor pertanian yang mengalami kenaikan besar, yaitu subsektor tanaman pangan yang naik 0,59 persen menjadi senilai 99,35 dan subsektor hortikultura yang baik 0,81 persen menjadi senilai 99,45.

Menurutnya, kenaikan NTP pada subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh naiknya harga sejumlah komoditas seperti gabah, singkong, ketela pohon, dan ketela rambat.

Adapun kenaikan NTP pada subsektor hortikultura dipengaruhi oleh naiknya harga cabai rawit, cabai merah, dan daun bawang.

Selanjutnya, Margo memaparkan, subsektor perkebunan rakyat naik sebesar 2,01 persen menjadi senilai 127,60.

Kemudian, subsektor perikanan kini mencapai nilai 105,28 atau naik sebesar 0,32 persen.

“Nilai NTP pada bulan Oktober 2021, jika dibandingkan dengan NTP sebelumnya mencapai 106,67 atau naik sebesar 0,93 persen month to month (MtoM)," kata Margo.

Selain NTP, kata dia, nilai tukar usaha tani (NTUP) periode Oktober 2021 juga mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen MtoM sehingga kini mencapai 106,49.

“NTUP pada tanaman pangan (naik) 0,58 persen, hortikultura 0,81 persen, tanaman pangan 1,78 persen dan peternakan turun -0,20 persen,” paparnya.

Margo menyebutkan, kenaikan NTUP tersebut terjadi lantaran indeks yang diterima petani naik sebesar 1,05 persen.

Sementara itu, ia mengatakan, harga gabah di tingkat petani pada periode Oktober 2021 turut mengalami kenaikan besar.

Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata harga gabah kering panen (GKP) yang naik sebesar 1,32 persen MtoM.

“Kemudian harga beras di penghilangan September-Oktober naik 0,31 persen," tutur Margo.

Adapun rata-rata harga gabah kering guling (GKG) mengalami penurunan sebesar 0,63 persen.

Margo melaporkan, secara nasional, NTP periode Januari-Oktober 2021 mencapai 104,01 dengan nilai It sebesar 112,09 dan Ib sebesar 107,77.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri yang ditemui secara terpisah mengatakan bahwa kenaikan NTP dan NTUP patut disyukuri.

Sebab, kata dia, kenaikan tersebut menunjukkan hasil upaya pemerintah dalam menjaga kesejahteraan petani.

“Mari kita dukung terus aktivitas petani dalam melakukan peningkatan produksi,” ajaknya.

Ia pun meminta semua pihak terus menjaga momentum kenaikan NTP dan NTUP dengan baik.

“Seperti yang kita tahu, pertanian adalah penyelamat dan juga bantalan ekonomi nasional," terangnya.

https://money.kompas.com/read/2021/11/01/182311226/ntp-semua-subsektor-pertanian-naik-kecuali-peternakan-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke