Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

KCIC Ungkap Ada 3 Kendala Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

"Ada kendala proyek yang paling besar yaitu pendanaan, pandemi Covid-19, dan teknis konstruksi," ujar Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI, Senin (7/2/2022).

Ia menjelaskan, dalam hal pendanaan, 4 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mendapat penugasan pada proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tak bisa memberikan modal secara penuh akibat kondisi keuangan perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, masalah ini ditangani dengan pemerintah menyuntikan dana melalui penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI untuk menutup kekurangan setoran modal. Hal ini sekaligus mengganti leading sponsor dari sebelumnya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ke KAI.

Sebagai informasi, KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, Beijing Yawan HSR Co.Ltd dengan skema business to business (B2B).

"Setoran modal KAI kepada KCIC lewat PSBI telah dilakukan pada 31 Desember 2021 dan akan diikuti pula oleh Beijing Yawan," kata Dwiyana.

Menurutnya, setoran modal tersebut akan digunakan untuk pembayaran sewa barang milik negara (BMN) Rumija Tol dan pengganti investasi PT PLN (Persero) karena harus merelokasi sejumlah tower saluran udara tegangan tinggi (SUTT).

Selain itu, untuk investasi clearance peralatan Telkomsel untuk implementasi GSM-R, serta pembayaran ke kontraktor, konsultan supervisi, asuransi, hingga pajak.

Kendala pandemi Covid-19

Kendala utama lainnya adalah pandemi Covid-19 yang membuat pengerjaan proyek terhambat. Dwiyana mengatakan, ada sebanyak 491 pekerja yang terkonfirmasi positif Covid-19 sepanjang periode 1 Juni 2021 hingga 1 Februari 2022.

"Setiap pekerja yang terkonfirmasi positif berdampak terhadap 3-5 pekerja yang perlu melakukan isolasi karantina mandiri. Ini mempengaruhi pekerjaan di beberapa lokasi," jelas dia.

Sementara untuk kendala teknis konstruksi, kata Dwiyana, KCIC harus menghadapi kondisi geologi dan clay shale pada tunnel 2, 4, dan 6. Artinya dari total 13 tunnel yang dimiliki sudah 10 yang rampung dan 3 lagi masih berproses.

Khusus pada tunnel 2, seharusnya penyelesaian eskavasi rampung pada Agustus 2021, namun akhirnya ditargetkan selesai pada April 2022 mendatang. Kondisi ini akan tentu akan mempengaruhi tahapan pengerjaan selanjutnya.

"Masih berprogres untuk tunnel 2, 4, dan 6. Adapun tunnel 6 ini menjadi tunnel yang terpanjang di Indonesia untuk sektor transportasi," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Dwiyana, KCIC juga dihadapkan persoalan harus melakukan relokasi 126 tower SUTT. Relokasi tersebut pun sempat mengalami permasalahan penolakan dari warga, sehingga relokasi menjadi rampung pada 3 Februari 2022 dari target awal 21 Mei 2021.

"Isu penolakan warga di beberapa lokasi diselesaikan dengan konsinyasi melalui jalur pengadila sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 27/2018, saat ini relatif sudah terselesaikan," pungkas Dwiyana.

Adapun saat ini progres fisik pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 79,90 persen. Terdiri dari progres pekerjaan jembatan atau bridge 89,30 persen, subsgrade 78,41 persen, dan tunnel 98,07 persen,

https://money.kompas.com/read/2022/02/07/182844326/kcic-ungkap-ada-3-kendala-pembangunan-kereta-cepat-jakarta-bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke