Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menko Airlangga Sebut Kartu Prakerja “Success Story” Indonesia

KOMPAS.com – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Republik Indonesia (RI), Airlangga Hartarto mengatakan, pelatihan dan insentif program Kartu Prakerja adalah success story Indonesia dalam memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat.

“Semua terjadi dalam kurun waktu dua tahun dan ekosistem ini (Kartu Prakerja) tentu akan berkembang dan memberikan nilai dan manfaat bagi angkatan kerja di Indonesia,” katanya dalam Webinar Impact Evaluation of Kartu Prakerja as Covid-19 Recovery Program yang dilaksanakan melalui Zoom, Rabu (9/2/2022).

Menko Airlangga mengatakan itu menanggapi hasil riset lembaga Presisi yang dipaparkan dalam webinar tersebut. Adapun riset tersebut didanai oleh Pemerintah Jepang melalui United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia dan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu). 

Pada kesempatan tersebut, Airlangga memaparkan, penyelenggaraan Kartu Prakerja juga memberikan beberapa pembelajaran. Pertama, pemerintah bertransformasi dalam melayani publik dengan memanfaatkan teknologi digital.

Seperti diketahui, program Kartu Prakerja bisa diakses secara digital, sehingga masyarakat tidak perlu datang ke kantor-kantor pemerintahan untuk mendapatkan pelayanan.

“Dengan digital, kita mampu memproses di awal 200.000 bantuan (Kartu Prakerja) per minggu, sekarang kapasitas yang dimiliki mencapai 800.000 per minggu,” ujarnya.

Kedua, penyelenggaraan program Kartu Prakerja dilakukan melalui kerjasama dengan sektor swasta. Airlangga menyebutkan, pihak swasta sangat diperlukan dalam pengembangan program, sehingga pemerintah cukup bermain dalam regulasi, standar, dan pelaksanaan.

Pelajaran berikutnya, kata dia, program Kartu Prakerja dapat mendorong sektor education technology dan learning management system sehingga membuat inovasi bermunculan.

“Ini bisa jadi opsi untuk pendidikan ke depan. Pendidikan pasca-Covid-19 bisa ada dua jalur, yakni pendidikan berbasis offline dan online, yang efektivitasnya sudah secara bersamaan bisa dirasakan masyarakat,” ujarnya.

Airlangga juga menilai, setiap inovasi membutuhkan space atau ruang untuk tumbuh. Dalam proses ini, inovasi akan terus dibuka agar tingkat pelayanan terus meningkat dan akan lebih banyak lagi masyarakat yang menikmati.

“Terutama untuk menjawab disparitas infrastruktur, gender, dan meningkatkan kemampuan mereka yang senior dibandingkan dengan mereka yang berusia muda,” paparnya.

Sebelumnya, Country Representative UNDP, Norimasa Shimomura dalam webinar tersebut mengatakan, penelitian Presisi memperlihatkan hasil-hasil yang menjanjikan, terutama dalam meningkatkan kompetensi, kewirausahaan, dan bantuan sosial.

Hal senada diungkapkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji. Dia menuturkan, Pemerintah Jepang mendukung program Kartu Prakerja untuk membangun proyek ketahanan masyarakat.

Sementara itu, Ketua Executive Director Manajemen Pelaksana (PMO) Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari mengatakan, keberhasilan Kartu Prakerja tak lepas dari tim yang mampu bergerak cepat dan berbasis empati.

Denni menyebutkan, pihaknya menciptakan program Kartu Prakerja sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harus menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. 

Selain itu, program Kartu Prakerja juga harus responsif dalam menjawab kebutuhan penerima atau user. Caranya dengan menyediakan kanal atau saluran bagi penerima untuk menyampaikan kebutuhannya.

“Kami melengkapi fitur-fitur yang bermanfaat dengan kebutuhan mereka. Mereka bisa proaktif sesuai dengan keinginan. Kalau pun malas, misalnya, mesin sudah bisa mencarikan lowongan yang sesuai sesuai profil peserta,” paparnya yang hadir sebagai penanggap dalam webinar tersebut.

Adapun penanggap lainnya, Honorary Associate Professor The Arndt-Corden Department of Economics Australian National University, Chris Manning mengatakan, program Kartu Prakerja berjalan sangat baik karena telah berbasis digital.

Dengan digital, kata dia, program Kartu Prakerja bisa menjangkau orang di berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan pelatihan dan pekerjaan.

Ia pun bahkan mengatakan keberhasilan program Kartu Prakerja bisa diadopsi negara berkambang lainnya.

“Ini (kartu Prakerja) adalah inovasi yang sangat penting. Tidak banyak negara yang mengembangkannya, dan Indonesia melakukannya. Jadi saya sangat mendukung keterlibatan program ini (di negara lain),” katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Bappenas/PPN Mahatmi Parwitasari Saronto berharap program Kartu Prakerja bisa memberikan pelatihan yang lebih variatif.

Mahatmi merekomendasikan program Kartu Prakerja ke depan dapat menawarkan menu-menu pelatihan yang bervariasi sesuai kebutuhan tenaga kerja di suatu daerah. 

“Sebagai contoh, kebutuhan pelatihan di Kabupaten Aceh Tamiang yang ekonominya pertanian berbeda dengan Bekasi atau Jakarta yang merupakan wilayah dengan banyak sektor industri atau jasa yang sifatnya high value added,” katanya yang juga menjadi penanggap dalam webinar tersebut.

Mahatmi mengatakan, jika program Kartu Prakerja ke depan bakal menjadi bagian dalam pelatihan vokasi, maka kaidah-kaidah vokasi dalam Kartu Prakerja perlu dipenuhi.

Kaidah vokasi yang dimaksud adalah seperti menggunakan kurikulum berstandar, melaksanakan praktik dalam proses pembelajaran, serta ada uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi.

Paparan studi Presisi

Pada kesempatan itu, peneliti Presisi Widdi Mugijayani memaparkan, program Kartu Prakerja dapat meningkatkan kompetensi kerja, produktivitas, dan daya saing penerima manfaat.

Tidak hanya itu, Kartu Prakerja juga meningkatkan keterampilan kewirausahaan penerima manfaat dengan memberikan ide-ide dan strategi baru yang dapat memotivasi mereka untuk memulai bisnis.

“Penerima manfaat dapat meningkatkan kompetensinya sebesar 77 persen lebih tinggi daripada bukan penerima manfaat.  Sementara itu, peningkatan produktivitas, daya saing, dan keterampilan wirausaha penerima manfaat masing-masing sebesar 24 persen, 52 persen, dan 150 persen lebih tinggi dibandingkan non-penerima,” kata Widdi Mugijayani.

Hasil riset Presisi menemukan peningkatan kompetensi penerima manfaat di luar Jawa lebih besar daripada di Jawa.  Hal ini membuktikan program Kartu Prakerja merupakan saluran efektif peningkatan kompetensi yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Adapun berdasarkan kelompok usia, dampak program Kartu Prakerja terhadap kompetensi, produktivitas, daya saing dan keterampilan kewirausahaan, paling optimal untuk kelompok usia 26-35 dan 36-45 tahun.

Penerima manfaat Kartu Prakerja berusia 26-35 tahun mengalami peningkatan kompetensi sebesar 84.3 persen lebih tinggi dibandingkan non-penerima dalam kelompok usia sama.  Peningkatan lebih besar terjadi pada kelompok usia 36-45 tahun, sebesar 126 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan non-penerima dalam kelompok usia yang sama.

Efektif sebagai bansos dan kurangi angka pengangguran

Hasil riset Presisi mendapati bahwa Kartu Prakerja dapat menjadi program bantuan sosial (bansos) yang efektif pada masa Pandemi Covid-19.

Menurut riset ini, sebagian besar penerima manfaat menggunakan dana insentif Kartu Prakerja untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan modal kerja.

“Hal ini menunjukkan kartu prakerja telah berhasil menjalankan fungsinya sebagai program bantuan sosial,” kata Widi.

Bukan hanya itu, riset Presisi juga menyatakan bahwa program Kartu Prakerja telah membantu para penerima manfaat untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Menurut riset ini, selama PSBB dan PPKM, terjadi peningkatan pengangguran pada kelompok penerima Kartu Prakerja, dari 563 responden menjadi 639 responden.

Setelah PPKM dan kondisi perekonomian berangsur-angsur membaik, jumlah penerima yang menganggur menurun menjadi 364 responden

“Hal ini dapat mengindikasikan Program Kartu Prakerja telah berhasil dalam membantu penerimanya untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha dengan lebih mudah, karena adanya keterampilan baru yang dimiliki,” kata Widi.

Kartu Prakerja berdampak pada kenaikan upah

Meningkatnya kompetensi kerja, produktivitas, dan daya saing penerima manfaat sejalan dengan peningkatan upah yang mereka terima.  Menurut Widi, meningkatkan upah para penerima Kartu Prakerja masuk dalam temuan penelitian presisi.

Widi mengatakan, hasil penelitian Presisi mengestimasi, program Kartu Prakerja berkorelasi pada peningkatan upah sebesar 17-21 persen atau sekitar Rp 255.000-315.000, jika rata-rata upah penerima sebesar Rp 1,5 juta per bulan.

“Kenaikan upah terjadi lebih tinggi lagi yaitu 31,6 persen pada sampel yang mengalami perubahan status kebekerjaan, dari menganggur pada 2020 menjadi bekerja pada 2021,” kata Widi.

Dampak peningkatan kompetensi dan upah tersebut juga terjadi kepada perempuan yang menjadi penerima manfaat Kartu Prakerja. Studi Presisi menyatakan perempuan penerima manfaat Kartu Prakerja dapat meningkatkan kompetensinya sebesar 95 persen lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan non-penerima.

Adapun koefisien peningkatan kompetensi perempuan penerima program lebih besar jika dibandingkan laki-laki, Hasil studi Presisi menyatakan, koefisien peningkatan kompetensi perempuan, yaitu 96 persen, sedangkan koefisien laki-laki 54 persen. Pola serupa terjadi untuk koefisien produktivitas, daya saing dan keterampilan kewirausahaan.

Lebih tingginya peningkatan kompetensi, produktivitas, daya saing, dan keterampilan wirausaha perempuan menunjukkan perempuan mempunyai kemampuan belajar yang sama, bahkan mampu mempersiapkan dengan lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.

Peningkatan tersebut menjadi sinyal yang baik untuk mempersempit kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan di Indonesia.

Namun, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih terjadi. Hal ini terlihat dari rata-rata upah laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan perempuan. Salah satu penyebabnya, perbedaan karakteristik kerja.

Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasific (APEC) pada 2020 menyatakan kesenjangan upah antara perempuan dan laki-laki terjadi karena perempuan mempunyai beban atau tanggung jawab yang lebih besar untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak.

Meningkatkan literasi digital perbankan

Hasil riset Presisi juga menyatakan bahwa program Kartu Prakerja telah mampu meningkatkan inklusi keuangan para penerima manfaat. Peningkatan ini terjadi karena sistem pembayaran insentif Kartu Prakerja kepada penerima disalurkan secara cashless atau nontunai.

Para penerima harus mempunyai rekening bank atau atau e-wallet. Sementara itu, 80 persen penerima manfaat baru pertama kali membuka rekening bank atau e-wallet ketika dikonfirmasi menjadi penerima program Kartu Prakerja.

Dengan begitu, program Kartu Prakerja terbukti membantu para penerima manfaat dalam meningkatkan pengetahuan keuangan. Buktinya, sekitar 72 persen penerima memilih menggunakan e-wallet sebagai akun keuangan mereka.

Keberhasilan tersebut bisa menjadi modal berharga bagi Indonesia yang akan menjadi presiden G20 di Bali pada tahun ini. Pasalnya, transformasi digital dan ekonomi merupakan salah satu isu utama dalam G20.

Untuk diketahui, riset presisi yang dilakukan dari 24 September 2021 hingga 1 November 2021 melibatkan 19.535 calon responden dengan response rate sebesar 11 persen.

Sebanyak  2156 responden, terdiri dari dua kelompok, yakni 1.078 penerima dan 1.078 non-penerima.

Margin of error dari riset presisi ini adalah kurang lebih sebesar 3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan power test 5 persen.

Teknik pengambilan data dilakukan secara kuantitatif melalui survei online kepada 2.156 responden, dan kualitatif melalui wawancara mendalam kepada 188 penerima melalui saluran telepon.

https://money.kompas.com/read/2022/02/09/195907126/menko-airlangga-sebut-kartu-prakerja-success-story-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke