Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tuntutan Baru Karakter Wirausaha Setelah Badai Krisis Berlalu

KRISIS selalu membawa perubahan ke arah yang berbeda dibandingkan masa prakrisis bagi individu, organisasi dan masyarakat.

Jangan terlalu banyak berharap kondisi akan kembali seperti sedia kala, saat sebelum krisis terjadi.

Krisis merupakan kejadian berkemungkinan kecil terjadi, tetapi berdampak parah pada individu, organisasi dan masyarakat (Doern, 2016) karena kejadian yang ekstrem, tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi, namun menuntut respons dari organisasi (Doern, 2019).

Bagi Kuhn (1970) krisis dimulai ketika paradigma tidak dapat berfungsi secara tepat untuk menjelaskan suatu fenomena.

Sungguh, krisis lebih dari sekadar bencana jika tidak dikelola dengan tepat dan cepat.

Para peneliti kewirausahaan merasa bahwa karakter wirausaha yang menjadi standar baru di masa depan telah berubah.

Situasi krisis telah mengubah karakter kritikal yang harus dimiliki wirausaha agar lebih siap menghadapi kemungkinan krisis yang lebih hebat di masa depan.

Jika mengacu pada karakter yang berorientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation), wirausaha setidaknya harus memiliki lima ciri (Rauch dkk, 2009).

Pertama, otonomi, yaitu tindakan independen yang dilakukan oleh wirausaha secara langsung agar usaha baru memberikan hasil.

Bertindak bebas dan tidak terikat pada rasa takut agar inovasi yang ditawarkan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.

Kedua, agresivitas kompetitif (competitive aggressiveness), yaitu intensitas sebuah usaha agar dapat mengalahkan kompetitor.

Wirausaha yang tangguh memiliki semangat juang untuk mengalahkan pesaing dengan cara-cara yang sesuai aturan.

Ketiga, inovatif, yaitu memperkenalkan produk dan jasa baru seperti kepemimpinan teknologi melalui proses riset dan pengembangan tanpa henti.

Keempat, proaktif. Wirausaha adalah pencari dan pencipta peluang, bukan menunggu peluang datang.

Memiliki perspektif jauh ke depan dengan karakter produk dan jasa baru serta mengantisipasi permintaan di masa depan.

Kelima, berani mengambil risiko dengan perhitungan matang (calculated risk-taking) dan berkomitmen pada sumber daya yang tersedia untuk menghadapi lingkungan yang tidak pasti.

Sejatinya dengan kondisi sebagian anak muda yang kini pasif maka disindir sebagai generasi “rebahan” ciri proaktif menjadi modal utama untuk menggerakkan karakter yang lain.

Tanpa proaktif hampir mustahil untuk memiliki semangat berkompetisi, otonomi, inovatif dan mengambil risiko.

Pada masa prakrisis, kelima karakter itu dipandang telah memenuhi tuntutan zaman. Sekarang dengan kondisi yang berbeda, dirasa tidak cukup.

Banyak wirausaha mengibarkan bendera putih menyerah dengan kondisi krisis berkepanjangan. Ketidakpastian begitu tinggi.

Tuntutan baru

Ada dua karakter yang kini menjadi pusat perhatian, yang diyakini dimiliki wirausaha yang bisa bertahan dan bahkan berkembang ketika krisis perlahan mereda, yaitu resiliens (tahan banting) dan agile (lincah).

Wirausaha yang memiliki karakter resiliens dapat beradaptasi secara positif tatkala menghadapi stres dan trauma (Sills dan Steins, 2007).

Seseorang yang memiliki pola pikir positif memungkinkan untuk mencari pengalaman baru dan memandang hidup sebagai pekerjaan yang mengalami kemajuan. Tidak melulu merasa mundur, jalan di tempat apalagi bodoh sendiri.

Krisis yang hingga kini belum sepenuhnya berlalu, bagi sebagian wirausaha telah mendatangkan stres berkepanjangan.

Tidak sedikit yang pesimis dan melihat tidak ada lagi peluang untuk bertahan apalagi berkembang.

Jika wirausaha dapat bertahan karena resiliens yang dimiliki, karakter agile, menjadi penentu langkah berikutnya untuk maju.

Menurut Plonka (1997), agility adalah keadaan di mana individu bersikap terbuka untuk mencari pengetahuan baru.

Dia juga terbuka untuk pengembangan diri, memiliki kemampuan memecahkan masalah, dan ini yang terpenting, dia merasa nyaman dengan pengalaman, teknologi, dan ide-ide baru tersebut.

Tentu saja dia siap untuk menerima tantangan dan tanggung jawab baru.

Karakter resiliens dan agile, tampaknya menjadi kunci, mengapa ada sebagian wirausaha yang berhasil, namun tidak sedikit yang terkapar.

Tantangan pembelajaran

Bagi dunia pendidikan, kondisi yang berubah semestinya menuntut adaptasi praktik pembelajaran, terutama untuk melahirkan wirausaha baru masa depan.

Tiada pilihan lagi, selain lima karakter “klasik” yang telah disebutkan, resiliensi dan agility harus dibangun.

Semangat untuk menghargai proses dan kepercayaan bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil harus ditanam dalam benak anak muda, ketimbang cara-cara instan yang tidak membangun mental tahan banting.

Yang ada malah dibanting oleh situasi ketika arah jalan hidup berubah.

Vliet dan kawan-kawan (2019) menyebutkan bahwa agility seseorang dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman dan kemampuan diri.

Praktis, karakter agile tiap individu pasti berbeda karena tiap orang memiliki tingkat intelegensi, kecepatan penguasaan skill, kompetensi dan kemampuan kolaborasi yang berbeda-beda juga (Breu, Hemingway, Strathern, Bridger, 2002).

Memang faktor eksternal dari lingkungan sosial dapat memengaruhi karakter agile seseorang, namun dapat ditingkatkan dengan pemberian motivasi atau pemberdayaan yang lebih pada diri seseorang. Kemampuan berkolaborasi patut memperoleh perhatian lebih.

Tidak ada wirausaha yang berhasil tanpa memperoleh sinergi dari soliditas kolaborasi.

Akhirnya krisis telah mengajarkan kepada kita banyak hal. Proses pembelajaran kewirausahaan yang telah banyak diterapkan di tingkat sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi tampaknya perlu ditata ulang kembali.

Tantangan yang makin tidak pasti di masa mendatang tidak bisa disikapi dengan cara biasa (business as usual), jika tidak mau terpuruk lagi.

*Frangky Selamat, Dosen Tetap Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Tarumanagara

https://money.kompas.com/read/2022/04/05/061500526/tuntutan-baru-karakter-wirausaha-setelah-badai-krisis-berlalu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke