Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mobil Listrik dan Plastik

Menawarkan solusi atas “padatnya” emisi di kota-kota besar akibat aktivitas kendaraan bermesin bensin/diesel yang kini sering disebut sebagai mesin konvensional.

Gas buang kendaraan bermesin konvensional membuat polusi udara, dan polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan biasanya dikelompokkan sebagai hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx) dan karbon monoksida (CO).

Polutan ini menghasilkan gas rumah kaca yang sebetulnya berguna menghangatkan bumi, namun karena produksinya terlalu banyak maka bumi menjadi terlalu hangat.

Inilah pemicu pemanasan global di mana suhu rata-rata bumi meningkat dalam jangka waktu yang lama, disebabkan gas rumah kaca yang terjebak di stratosfer.

Maka kendaraan bermesin konvensional dianggap memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim sehingga menyebabkan krisis iklim.

Karenanya perlu ada alternatif kendaraan sebagai alat transportasi dan mobil listrik dinilai sebagai solusinya karena mobil dengan teknologi elektrik tidak memiliki knalpot dan tidak mengeluarkan gas buang.

Cerita plastik

Tiba-tiba teringat artikel di Kompas.com yang berjudul “Kantong Plastik, Awalnya dibuat untuk Selamatkan Bumi”.

Dalam artikel tersebut diceritakan bahwa dulu, kantong plastik dibuat untuk menyelamatkan bumi. Berdasarkan BBC, kantong plasik pertama kali dibuat pada 1959 oleh ilmuwan asal Swedia, Sten Gustaf Thulin. Penemuannya dipatenkan pada 1965.

Pada awalnya dibuat untuk menyelamatkan bumi dan membantu lingkungan. Sebelum diciptakannya plastik, bidang industri bergantung sepenuhnya pada alam: salah satunya kertas yang berasal dari kayu.

Kertas mudah dibentuk dan ringan, namun tidak kuat, tidak tahan lama, dan menghabiskan persediaan kayu yang penting bagi ketersediaan oksigen dan pelestarian lingkungan.

Sehingga munculnya ide pembuatan kantong plastik untuk menggantikan kantong kertas yang dibuat dari bahan baku pohon.

Perkembangan kertas dimulai dari zaman Mesir kuno dengan penemuannya “Papyrus” yang digunakan untuk media tulis menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi bahkan meluas ke Eropa.

“Papyrus” inilah yang menjadi asal kata dari “Paper” (kertas dalam Bahasa Inggris). Bahwa kertas dibuat dari bahan baku pohon/kayu yang menjadi habitat mahluk hidup serta 1 pohon bisa menghasilkan oksigen untuk menghidupi tiga orang.

Setiap proses produksi kertas umumnya berasal dari kayu. Satu batang pohon usia sekitar 5 tahun diolah menjadi pulp (bubur kertas), hasil yang diperoleh sekitar 50 persennya saja.

Karena sekitar setengah dari pohon yang diolah berupa mata kayu, lignin atau bahan lainnya yang tidak bagus untuk membuat kertas.

Diperkirakan pertengahan 1960-an, negara kita mulai akrab dengan plastik. Namun kini mulai kewalahan serta sulit lepas dari plastik, tetapi harus tetap diupayakan karena plastik berbahaya bagi lingkungan.

Dan akankah cerita yang sama dialami mobil listrik, karena masih menjadi perdebatan apakah mobil listrik adalah solusi terbaik untuk mengurangi emisi karbon.

Cerita mobil listrik

Dalam jurnal Tinjauan Perkembangan Kendaraan Listrik Dunia Hingga Sekarang, Nyoman S Kumara, I Wayan Sukerayasa dalam pendahuluannya mengungkapkan, teknologi kendaraan listrik telah berkembang sejak lebih dari seratus tahun silam.

Pada awalnya, kendaraan bertenaga listrik lebih dulu populer dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak. Bahkan kendaraan listriklah yang membantu meningkatkan popularitas kendaraan motor bakar di masyarakat.

Kendaraan listrik merupakan kendaraan yang jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak atau bertenaga uap.

Hal ini disebabkan, pada saat itu, kendaraan listrik tidak bising, lebih mudah dihidupkan, jalan raya baru ada di dalam kota saja sehingga jarak tempuh masih bisa dengan mobil listrik serta mendapatkan bahan bakar tidak semudah pada saat ini.

Namun ketika semua permasalahan tersebut dapat direduksi, maka kepopuleran mobil listrik perlahan meredup, bahkan hilang tergantikan mobil berbahan bakar minyak.

Dan kini mobil listrik kembali menjadi perbincangan dengan pertimbangan bumi mulai mengalami krisis iklim dan cadangan minyak dunia yang semakin berkurang.

Tidak lagi isu lokal yang menjadi alasan dan berangkat dari problem lingkungan, hampir sama dengan kemunculan plastik. Akankah mobil listrik dapat menjadi alat transportasi utama di jalan-jalan raya semua negara?

Semangat menyelematkan kota-kota besar dari emisi karbon berbahaya menciptakan bahaya lingkungan di tempat penambangan bahan baku utama komponen inti mobil listrik.

Perdebatan tidak berhenti di situ, pengisian baterai mobil listrik, khususnya di Indonesia, juga dinilai kurang ramah lingkungan mengingat pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia dari 73.736 megawatt (MW) atau 73,74 gigawatt (GW) Pembangkitan listrik di Indonesia hingga November 2021.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih menjadi andalan, menjadi kontributor pembangkitan terbesar dengan 36,98 GW atau 50ri total pembangkitan listrik.

PLTU batubara ini salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.

Dan perdebatan terus berlanjut hingga masalah penanganan sampah baterai. Peningkatan produksi kendaraan listrik berisiko membawa pada persoalan baru, yaitu peningkatan volume sampah baterai litium kendaraan-kendaraan tersebut.

Baterai litium memiliki dampak langsung bagi lingkungan apabila dibuang secara tidak bertanggung jawab.

Baterai jenis ini mengandung berbagai kandungan logam seperti kobalt (Co), tembaga (Cu), nikel (Ni), dan timbal (Pb) yang berisiko mencemari lingkungan sekitar tempat pembuangan.

Sebelum semua perdebatan menghasilkan kesimpulan yang mampu menyelamatkan lingkungan, ada baiknya kita menunda mengganti kendaraan konvensional kita menjadi kendaaran listrik (electric vehicle (EV)).

Namun upaya menyehatkan lingkungan harus tetap dilakukan. Lebih baik beralih menggunakan kendaraan umum untuk mengurangi emisi dan polusi yang akhir-akhir ini mulai menjadi-jadi.

Jika memungkinkan maksimalkan penggunaan kendaraan umum yang sudah menggunakan listrik, seperti di Jakarta ada KRL, LRT, MRT dan TransJakarta.

Demi lingkungan dan masa depan. Jangan sampai cerita plastik kembali terulang. Plastik yang mulanya dibuat sebagai substitusi kertas yang dianggap merusak lingkungan, namun kini kita kewalahan menghadapi pencemaran lingkungan karena plastik.

https://money.kompas.com/read/2022/08/01/112123326/mobil-listrik-dan-plastik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke