Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Dampak Rambatan Kenaikan Harga BBM Subsidi, Inflasi Tinggi hingga Sebabkan Stagflasi

Dengan naiknya harga BBM subsidi, laju inflasi Tanah Air diyakini akan melonjak tinggi. Padahal, data terakhir menunjukan tingkat inflasi sudah mencapai 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Jika ada kenaikan BBM akan membuat inflasi akan semakin tinggi, bisa mencapai lebih dari 7 persen jika Pertalite dinaikkan," ujar Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda kepada Kompas.com, Sabtu (20/8/2022).

Lebih lanjut ia bilang, kenaikkan harga itu juga berpotensi menggerus daya beli rumah tangga, sebab BBM merupakan salah satu komoditas primer masyarakat. Ini pada akhirnya akan mengganggu perekonomian nasional.

"Konsumsi rumah tangga bisa terkontraksi, berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi kita yang tengah membaik," katanya.

Berpotensi picu stagflasi

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memastikan kenaikan harga Pertalite akan mendongkrak tingkat inflasi Tanah Air. Ini akan semakin memperparah kondisi masyarakat bawah, yang sudah dihadapi oleh lonjakan harga pangan selama beberapa bulan terakhir.

"Apa kondisi masyarakat miskin saat ini siap hadap kenaikkan harga BBM, setelah inflasi bahan pangan hampir sentuh 11 persen secara tahunan per Juli 2022," ujar dia.

Bukan hanya kalangan bawah saja, Bhima menyebutkan, kenaikan harga Pertalite juga akan berdampak kepada masyarakat kalangan menengah. Menurutnya, alokasi anggaran belanja masyarakat untuk membeli BBM RON 90 itu menjadi tidak terhindarkan.

"Kalau harga Pertalite juga ikut naik maka kelas menengah akan korbankan belanja lain. Imbasnya apa? Permintaan industri manufaktur bisa terpukul, serapan tenaga kerja bisa terganggu," tutur Bhima.

Dengan asumsi tersebut, ia menilai, ancaman stagflasi di Indonesia menjadi nyata. Stagflasi berpotensi terjadi dengan inlasi yang melesat, disertai pelemahan faktor pertumbuhan ekonomi nasional.

"Imbas nya bisa 3-5 tahun recovery terganggu akibat daya beli turun tajam," ucap Bhima.

Asal tahu saja, pada kuartal II-2022, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional, dengan porsi mencapai 51,47 persen. Konsumsi rumah tangga tercatat masih mengalami pertumbuhan pada peride April-Juni 2022.

https://money.kompas.com/read/2022/08/20/142946526/dampak-rambatan-kenaikan-harga-bbm-subsidi-inflasi-tinggi-hingga-sebabkan

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+