Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cetak Sejarah Baru, Pupuk Kaltim Tak Henti Berinovasi

KOMPAS.com – PT Pupuk Kalimantan Timur atau Pupuk Kaltim (PKT) mencatatkan laba mencapai Rp 6,17 triliun pada 2021 dan Rp 10 triliun pada semester 1 di 2022. Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi menyatakan bahwa pencapaian itu merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

“Hal ini bisa dicapai berkat semangat, kinerja yang prima, dan kesiapan seluruh karyawan PKT dalam menghadapi dinamika pasar. Tidak bisa dimungkiri bahwa pencapaian ini bisa terjadi karena efek windfall pasar global,” kata Rahmat dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Dengan pencapaian tersebut, Rahmad meminta karyawan PKT untuk fokus pada pertumbuhan berkelanjutan mengacu pada roadmap PKT yang telah dirancang untuk 40 tahun ke depan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya telah menyiapkan strategi mitigasi untuk jangka panjang, yakni Growth Strategy.

“Kami akan mengembangkan hilirisasi industri petrokimia yang berbasis renewable resources guna mencapai dominasi pasar di wilayah Asia Pasifik melalui (penerapan) Growth Strategy,” ucap Rahmad.

Lebih lanjut, Growth Strategy yang dijalankan PKT dibagi menjadi 3 pilar. Pertama, Operational and Supply Chain Excellence, yaitu fokus pada keunggulan operasional dan rantai pasok melalui efisiensi energi dan optimalisasi infrastruktur.

Kedua, Diversification Excellence, yaitu fokus pada keunggulan diversifikasi dengan mengembangkan bisnis di sektor hilirisasi petrokimia serta energi baru terbarukan (EBT).

Ketiga, Geographical Expansion Excellence, yaitu fokus pada keunggulan jangkauan pasar dengan peningkatan kapasitas domestik dan ekspansi di pasar global.

“Dengan target dan semangat yang optimistis untuk membawa industri petrokimia Indonesia bersaing di pasar Asia Pasifik dalam 5 tahun ke depan, tentunya PKT akan memanfaatkan keunggulan yang kami miliki,” ujar Rahmad.

Rahmad menambahkan bahwa PKT memiliki tiga keuntungan kompetitif yang mampu membuat perusahaan lebih unggul dalam merealisasikan targetnya. Pertama, PKT memiliki pabrik yang dapat diandalkan dengan konsumsi energi yang rendah sehingga proses produksi menjadi lebih efisien dan kompetitif.

Kedua, memiliki lokasi yang strategis, yaitu berada di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim). Ketiga, memiliki fasilitas logistik dan greenport yang baik. Kehadiran greenport diharapkan dapat menciptakan efisiensi di bidang produksi sehingga rasio per ton pupuk dan produk lain yang dihasilkan semakin meningkat.

“Keunggulan-keunggulan ini semakin dimaksimalkan oleh sumber daya manusia (SDM) di PKT yang mumpuni karena terdiri dari para profesional terbaik di industri petrokimia. Dengan adanya budaya perusahaan yang agile dan adaptif, kami yakin mampu menjawab tantangan yang ada dan keluar sebagai pemenang,” jelas Rahmad.

Pengembangan berkelanjutan sesuai ESG

Dengan fokus yang telah ditetapkan, yaitu pertumbuhan berkelanjutan, PKT juga akan menerapkan praktik bisnis sesuai kaidah Environmental Social Governance (ESG). Salah satunya adalah dengan mengurangi dan offset emisi gas karbon hingga 30 persen pada 2030.

“Hal ini sejalan dengan target PKT, yaitu mencapai net zero emission pada 2060. Pada dekade pertama, kami akan fokus pada konsep ekonomi sirkular dan offset karbon,” jelas Rahmad.

Untuk merealisasikan hal itu, PKT juga telah melaksanakan program pengembangan berkelanjutan dalam bingkai ESG. Pertama, Hutan Komunitas yang merupakan program bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penanaman 10 juta pohon hingga 2030.

“Hutan Komunitas merupakan wujud komitmen PKT dalam mencapai target pengurangan emisi karbon hingga 32,50 persen pada 2030. Program ini diharapkan bisa berkontribusi terhadap potensi penyerapan emisi karbon sebesar 5.379 ton karbon dioksida (CO2) per tahun,” jelas Rahmad.

Kedua, program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang merupakan salah satu kegiatan dari ekosistem EBT di lingkungan PKT. Rahmad menjelaskan, kehadiran PLTS atap mampu mengoptimalkan energi bersih dan menekan emisi gas karbon secara optimal.

Ketiga, penggunaan sepeda dan motor listrik untuk transportasi operasional perusahaan PKT. Selain itu, PKT juga melakukan uji emisi berkala pada kendaraan bermotor operasional di wilayah perusahaan.

“Untuk dekade kedua, kami fokus pada low carbon sourcing dan carbon capture storage dengan menggandeng beberapa stakeholders terkait, seperti penyedia teknologi, produsen minyak dan gas (migas), dan offtaker produk sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia,” jelas Rahmad.

Dengan proyeksi tersebut, Rahmat berharap bahwa implementasi ESG dapat melibatkan banyak pihak, termasuk masyarakat. Sebab, ia ingin program berkelanjutan PKT tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga bagi pemberdayaan masyarakat.

“Dalam mencapai target, tidak hanya soal angka. Kami memiliki filosofi bahwa keberadaan sebuah perusahaan harus membawa berkah. (Kami mau berkah yang dibawa) tidak hanya untuk karyawan, tetapi juga untuk masyarakat sekitar,” ungkap Rahmad.

Sebagai informasi, PKT memiliki berbagai program sebagai implementasi ESG. Salah satunya, konservasi mangrove dan terumbu karang.

“Konsep ESG akan menjadi motor penggerak dan menjadi arah bisnis PKT. Oleh sebab itu, dalam pengembangan usaha, kami mengusung konsep ekonomi sirkular dalam penerapan pilar diversifikasi,” ucap Rahmad.

Selain itu, PKT juga membangun pabrik abu soda (soda ash) di Bontang, Kaltim. Pabrik itu diprediksi dapat menyerap CO2 hingga 174.000 ton per tahun. Rahmad menjelaskan bahwa pabrik abu soda merupakan salah satu proyek hilirisasi gas alam yang menjadi fokus PKT.

Hilirisasi lebih optimal

Rahmad melanjutkan bahwa saat ini, PKT pun tengah mengembangkan hilirisasi yang sejalan dengan target besar pemerintah. Menurut Rahmad, hilirisasi yang dilakukan PKT sejauh ini sudah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dengan meningkatkan peluang usaha, memperbaiki nilai jual komoditas, dan membuka lebih banyak lapangan kerja.

“Hilirisasi yang dilakukan PKT sejalan dengan tren permintaan global yang mengedepankan pencarian produk-produk yang diproses dalam konsep ramah lingkungan. Hal ini harus dijawab oleh PKT dalam misi mencapai target untuk mendominasi pasar di Asia Pasifik,” jelas Rahmad.

Ia menambahkan bahwa PKT juga membuat rencana hilirisasi melalui pembangunan pabrik di sejumlah daerah. Contohnya, pabrik amonium nitrat (amnit) yang terletak di Kawasan Industri PT Kaltim Industrial Estate Bontang.

“Pada 2024 mendatang, permintaan amnit diperkirakan mencapai 221.441 ton dan memenuhi sekitar 0,8 persen kapasitas amnit global,” ucap Rahmad.

PKT juga membangun pabrik abu soda di Bontang untuk mengisi potensi pasar di dalam negeri yang sudah sangat besar. Dengan kapasitas 300.000 metric ton per year (MTPY), pabrik tersebut diharapkan mensubstitusi impor kebutuhan abu soda nasional hingga 30 persen.

Selain itu, PKT juga mendirikan pabrik metanol dan pabrik Pupuk Papua Barat. Proyek pendirian kedua pabrik itu nantinya memiliki kapasitas produksi amonia sebesar 2.500 metric ton per day (MTPD), 3.500 MTPD pupuk urea, dan 3.000 MTPD metanol.

“Pembangunan proyek ini bukan hanya untuk menambah kapasitas produksi pupuk nasional, melainkan juga mengurangi ketergantungan impor metanol di Indonesia,” ujar Rahmad.

https://money.kompas.com/read/2022/09/30/211200426/cetak-sejarah-baru-pupuk-kaltim-tak-henti-berinovasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke