Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Tips yang Bisa Dilakukan Perusahaan untuk Menghindari "Quiet Quitting" Karyawan

JAKARTA, KOMPAS.com - Quiet quitting ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. Quiet quitting adalah konsep di mana karyawan memilih bekerja cukup sesuai cakupan tanggung jawab dan tingkatan gaji.

Quiet quitting berakar dari kekecewaan karyawan akan minimnya penghargaan perusahaan atas usaha yang mereka telah berikan, terutama di saat pandemi di mana efisiensi pegawai berimbas pada menumpuknya volume kerja di karyawan yang tersisa.

Selain itu, quiet quitting timbul di tengah semakin sadarnya karyawan akan pentingnya menghindari burnout dengan bekerja seimbang.

“Fenomena quiet quitting menangkap perhatian berbagai perusahaan, yang mencoba menelaah imbas fenomena tersebut pada produktivitas bisnis. Sebetulnya, dengan cara pandang dan pendekatan yang tepat, quiet quitting bisa menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk mengulas kembali sistem dan kebijakan kepegawaian untuk melihat bagaimana perusahaan bisa memperkuat kepuasan kerja karyawan,” ujar Chief Customer Officer (CCO) Mekari Arvy Egadipoera dalam siaran resminya, dikutip pada Kamis (3/11/2022).

Arvy menuturkan, solusi digital juga mempermudah perusahaan dalam menghargai performa kerja, sehingga karyawan termotivasi untuk berkarya.

Ia pun membagi 5 tips bagaimana perusahaan bisa menggunakan solusi digital untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan, dengan demikian mencegah quiet quitting.

Pertama adalah mengetahui akar ketidakpuasan. Menurut dia, bisa jadi, karyawan merasa bahwa kenaikan karier terlampau sulit atau apresiasi perusahaan terhadap performa kerja sangat minim sehingga motivasi mereka terkikis.

Mengetahui akar dari ketidakpuasan akan memungkinkan perusahaan untuk merancang program yang tepat untuk mengembalikan antusiasme karyawan.

Tips kedua adalah mengetahui target transparan. Arvy mengatakan, Key Performance Indicator (KPI), atau indikator kinerja utama menjadi garis dasar saat menilai performa karyawan.

Oleh sebab itu, perusahaan dan karyawan harus duduk bersama untuk menyelaraskan antara target kerja dengan aspirasi karier.

Solusi digital memungkinkan perusahaan untuk mematok dan memantau pencapaian target kerja oleh karyawan secara real-time. Dengan demikian, baik perusahaan dan karyawan bisa saling mengetahui kemajuan pencapaian target dan melakukan penyesuaian, apabila perlu.

Kemudian tips ketiga adalah melakukan penilaian menyeluruh. Arvy menjelaskan, metode 360 degree feedback, atau masukan 360 derajat, semakin lazim diterapkan oleh perusahaan saat mengukur performa karyawan.

Melalui metode ini, kinerja seorang karyawan dapat diukur berdasarkan masukan dari berbagai sudut pandang, termasuk kolega.

"Kunci dari kelancaran 360 degree feedback adalah penggunaan solusi digital yang memudahkan feedback untuk diberikan secara transparan, reguler, dan menyeluruh," ungkapnya.

Selanjutnya tips yang keempat adalah melakukan penghargaan terhadap pencapaian.

Arvy menjelaskan, salah satu pemicu quiet quitting adalah rendahnya apresiasi perusahaan terhadap pencapaian karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan apresiasi, dan cara yang paling nyata adalah dengan memberikan bonus berdasarkan performa.

Lalu, solusi digital dapat digunakan agar bonus tersebut secara otomatis terkirim bersama gaji agar karyawan langsung merasa senang karena mendapatkan penghasilan lebih.

Tips terakhir adalah membuat program pengembangan karier. Pengembangan karier menjadi ‘jalan ninja’ bagi karyawan bukan saja untuk menaikkan gaji, namun juga membuktikan kemampuan diri.

Apalagi, menurut dia, perusahaan jaman now mempunyai karyawan dengan peran dan posisi yang sangat beragam, mulai dari social media specialist hingga front end engineer, yang menuntut perusahaan untuk bisa merancang program pengembangan karier yang sesuai dengan keunikan masing-masing peran.

"Di sini, solusi digital memudahkan dihadirkannya program pengembangan karier yang personalized, atau disesuaikan dengan karakteristik peran, minat, dan target karier setiap karyawan," katanya.

Arvy menambahkan bahwa pemanfaatan solusi digital semakin relevan mengingat bahwa karyawan didominasi oleh kelompok millennial dan Gen-Z yang sudah terbiasa menggunakan teknologi saat bekerja.

“Penggunaan solusi digital juga semakin penting di era pasca pandemi karena timbulnya peperangan talenta antar perusahaan. Berbagai perusahaan secara bersamaan ingin menggaet dan mempertahankan karyawan dengan kemampuan dan pengetahuan tinggi karena karyawan-karyawan tersebutlah yang akan menjalankan ide inovatif yang membantu perusahaan untuk memenangi pasar,” kata Arvy.

https://money.kompas.com/read/2022/11/03/084000226/5-tips-yang-bisa-dilakukan-perusahaan-untuk-menghindari-quiet-quitting

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke