Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Muda, Generasi Phi, dan Sandwich

Meski data ini berorientasi pada besaran konsumsi, namun jika memeriksa rasio gini DIY juga tidak menggembirakan.

Masih berdasarkan data BPS tahun 2022, rasio gini DIY berada pada angka 0,459. Angka ini merupakan rasio gini terbesar jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia.

Padahal, tingkat partisipasi angkatan kerja DIY sebesar 72,06 persen (Sakernas BPS, 2022). Selain itu, skor indeks pembangunan pemuda DIY (dengan 6 indikator, yakni: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi) merupakan skor tertinggi se-Indonesia dengan angka 69,67.

Bahkan angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan skor nasional yang berada di angka 53,33.

Indeks tersebut menunjukkan DIY sebenarnya dianugerahi pemuda (kelompok masyarakat yang berada pada usia produktif) dengan kualitas yang cukup mumpuni.

Namun, dengan modal kualifikasi pemuda dan postur angkatan kerja tersebut, DIY masih mengalami kendala yang tidak sederhana.

Kasus DIY harus menjadi momen bagi semua pemangku kepentingan, baik tingkat nasional ataupun daerah lainnya untuk memeriksa kembali kapasitas diri dan dinamika yang dihadapi generasi muda Indonesia.

Dua hal yang perlu menjadi perhatian, yakni: di mana posisi generasi muda dalam masyarakat dan pembangunan Indonesia?

Selain itu, apa faktor yang menjadi penghambat pemuda Indonesia mengembangkan potensi optimal mereka?

Surplus Generasi Phi

Muhammad Faisal, peneliti kepemudaan Indonesia, dalam Generasi Kembali ke Akar: Upaya Generasi Muda Meneruskan Imajinasi Indonesia (2021), menulis bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berpusat pada pemuda (youth centered society).

Selain itu, merujuk beberapa pengkaji generasi seperti William Strauss & Neil Howe dan Karl Mannheim, pembentukan karakter atau corak suatu generasi sangat dipengaruhi peristiwa kritis (critical moment) yang terkait pada konteks masa dan tempat.

Melalui karyanya tersebut, Faisal menawarkan alternatif baru bagi Indonesia dalam klasifikasi generasi yang ada pada masyarakat Indonesia.

Berbeda dengan tipikal generasi masyarakat AS versi Strauss dan Howe (1992), menurut Faisal hingga saat ini telah muncul empat kelompok generasi pada masyarakat Indonesia: Alpha, Beta, Theta, dan Phi.

Generasi Alpha adalah mereka yang mengalami generasi remaja-dewasa muda di masa awal pergerakan nasional hingga perjuangan kemerdekaan.

Generasi Beta merupakan generasi muda pertama yang merasakan alam kemerdekaan.

Generasi Theta adalah generasi yang hidup bersamaan dengan masa Orde Baru, yang dibentuk dengan pendidikan berorientasi developmentalisme.

Sedangkan generasi terakhir dinamai Generasi Phi atau Pengubah Indonesia. Generasi ini lahir, bersekolah, dan mengalami pergaulan masa muda di masa reformasi dan setelahnya.

Masa di mana kultur politik Inonesia lebih terbuka kemudian diikuti fenomena ledakan perkembangan teknologi informasi pada level global.

Generasi Phi adalah generasi muda saat ini yang merintis jalan menuju Bonus Demografi tahun 2030. Generasi Phi (bukan milenial) harus kembali pada akar keindonesiaannya.

Kembali ke akar bukan hanya dalam konteks atribut dan identitas diri, tetapi juga kembali ke akar guna memahami potensi Indonesia yang belum dimaksimalkan secara optimal serta memetakan tantangan zaman bagi konteks masyarakat Indonesia.

Jika sesuai dengan proyeksi pada tahun 2030 nanti, Generasi Phi yang akan mengisi ruang-ruang produktivitas dan kepemimpinan di Indonesia.

Kepada merekalah harapan keberhasilan Bonus Demografi Indonesia tersemat. Generasi Phi yang berada di usia produktif akan menempati posisi dominan dalam postur demografis Indonesia.

Momentum ini diharapkan oleh berbagai pihak, baik domestik maupun global akan menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia.

Namun apakah sesederhana itu jalan Generasi Phi?

Kreatif, kolaboratif, optimistik

Jika generasi-generasi muda di masa lalu kerap dihadapkan dengan instabilitas, Generasi Phi sebenarnya cukup beruntung karena tumbuh kembang dalam kondisi yang relatif stabil, baik segi politik maupun ekonomi.

Perkembangan teknologi Informasi yang terjadi di dunia, cukup dapat diimbangi dengan kebebasan berpendapat dan berpartisipasi dalam politik yang dijamin konstitusi.

Meski begitu, Generasi Phi harus realistis dengan pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan, yang sifatnya dapat berasal dari struktural-eksternal ataupun kultural-internal.

Misalnya dalam bidang pendidikan, terlihat jelas ketertinggalan Indonesia untuk menyiapkan generasi muda.

Merujuk pada laporan Program Asesmen Pelajar Internasional (PISA) terakhir tahun 2021, pelajar Indonesia hanya menempati urutan ke-62 dari 70 negara dengan skor 371 dari rata-rata skor 487.

Ditambah lagi, BPS melaporkan bahwa angka putus sekolah di Indonesia pada tahun 2022 meningkatkan di semua jenjang.

Putus sekolah tertinggi pada jenjang sekolah menengah atas (SMA), yakni sebesar 1,38 persen. Itu artinya terdapat 13 orang per 1000 penduduk yang gagal menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun.

Kekhawatiran ini juga diiringi dengan persoalan lain pada generasi muda, seperti angka pernikahan dini dan kehamilan di usia muda.

Merujuk pada data Badan Peradilan Agama (Badilag), pada tahun 2022 tercatat 50.704 dispensasi perkawinan yang tersebar di 29 pengadilan tinggi agama (PTA) seluruh Indonesia.

Jika tidak ditangani dengan tepat, fenomena ini dapat berdampak pada potensi peningkatan kehamilan usia muda, melonjaknya angka tengkes (stunting), gizi buruk, menurunnya lama bersekolah di masa depan.

Permasalahan lain yang cukup memengaruhi generasi muda adalah sandwich generation. Sandwich generation adalah kondisi di mana sebuah generasi tidak hanya menanggung beban hidup satu generasi di bawahnya, melainkan juga generasi di atasnya yang berusia lebih tua.

Istilah sandwich (roti lapis) dipilih untuk menggambarkan kedua roti yang menjepit bagian isi dari roti lapis.

Sebagai gambaran kondisi sandwich generation di Indonesia, pada tahun 2022 rasio ketergantungan adalah 44,67 persen.

Artinya ada 100 penduduk usia produktif yang menanggung 44 orang usia tidak produktif. Angka itu diprediksi masih akan meningkat di masa depan.

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2020, BPS memproyeksi rasio ketergantungan pada 2025 akan mencapai angka 47,2 persen dan pada 2035 sebesar 47,3 persen.

Untuk menyiasati dinamika di atas, Generasi Phi perlu membekali diri dengan produktivitas dan literasi keuangan yang baik saat menapaki masa-masa produktif.

Selaras dengan semangat kembali pada akar keindonesiaannya, Generasi Phi identik dengan tiga karakteristik dominan: kreatif, kolaboratif, dan optimistik. Karakter ini serupa dengan Generasi Alpha di awal pergerakan nasional.

Siklus ini diprediksi dapat tercipta karena mengacu pada alasan kedua generasi tersebut menghadapi prakondisi critical moment serupa: pandemi dan fase baru industrialisasi. (Faisal, 2021).

Tiga karakteristik di atas harus menjadi modal bagi Generasi Phi dalam mengembangkan kompetensi diri dan berjejaring.

Karena dua hal tersebut, kompetensi diri dan jaringan, akan menjadi modal mereka agar optimistis menatap masa depan: saat menempuh pendidikan, memulai karir profesionalnya atau mewujudkan mimpi wirausaha skala global.

Generasi Phi memang bertalian sekaligus dengan optimisme dan kerentanan. Generasi Phi wajib proporsional membagi waktu dan skala priroritas, kapan saat fighting dan kapan waktu healing.

https://money.kompas.com/read/2023/03/10/064009226/anak-muda-generasi-phi-dan-sandwich

Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke