Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BI Diproyeksi Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya

Kondisi perekonomian nasional RI yang semakin membaik menjadi alasan utama BI tidak menyesuaikan suku bunga acuan. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat - Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI) menyatakan, membaiknya kondisi perekonomian ditunjukan oleh data teranyar inflasi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), hingga Purchasing Managerss Index (PMI) Indonesia.

Tingkat inflasi tercatat kian melandai dan sudah kembali ke dalam rentang target BI. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, tingkat inflasi Juni sebesar 3,52 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4 persen.

Sementara itu, tingkat IKK Indonesia sebenarnya mengalami penurunan, menjadi 127,2 pada Juni lalu. Meskipun menyusut, IKK masih berada dalam wilayah optimis, seiring dengan aktivitas perekonomian yang telah pulih dari pandemi Covid-19.

Di sisi lain, PMI manufaktur Indonesia kembali mengalami peningkatan. Tercatat PMI manufaktur berada pada zona ekspansif, dengan skor sebesar 52,5.

"Kondisi perekonomian domestik tetap solid dengan ekspektasi konsumen yang positif serta kegiatan produksi yang ekspansif," tulis LPEM UI, dalam risetnya, dikutip Selasa.

Dari sisi eksternal, LPEM UI menyatakan, keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), untuk mempertahankan tingkat suku bunga pada pertemuan Juni lalu membuat selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan obligasi AS terjaga. Hasilnya, aliran dana asing masuk ke pasar uang nasonal, dan menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.

Dengan melihat sentimen-sentimen tersebut, BI diyakini mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate di level 5,75 persen. Keputusan ini diperlkukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Kami melihat bahwa BI harus mempertahankan suku bunga kebijakannya pada 5,75 persen untuk menjaga stabilitas rupiah sembari mencermati keputusan The Fed pada pertemuan FOMC mendatang," tulis LPEM UI.

Sebagai informasi, dalam berbagai kesempatan para pejabat BI memberikan sinyal, penyesuaian suku bunga acuan belum akan dilakukan meskipun inflasi terus melandai. BI masih berkomitmen untuk memastikan inflasi terkendali pada rentang 2-4 persen.

Ketidakpastian pasar keuangan global menjadi alasan lain BI belum menggerakan suku bunga acuan. Ketidakpastian global disebut kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan ekonomi yang melambat seiring kebijakan suku bunga moneter di negara maju yang lebih tinggi.

https://money.kompas.com/read/2023/07/25/084100226/bi-diproyeksi-kembali-tahan-suku-bunga-acuan-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke