Dengan adanya kenaikan HAP gabah itu diharapkan juga Harga Eceren Tertinggi (HET) untuk beras juga naik.
“Kalau (sekarang) Rp 7.000 lebih terus sekarang disuruh turun jadi Rp 5.000, saya kira tidak mungkin. Saya pesimis. Mungkin idealnya sekitar Rp 6.000, petani mungkin masih menikmati untung dan HET (Harga Eceran Tertinggi) beras ya tinggal kita sesuaikan,” kata Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso kepada media di Jakarta, Rabu (1/11/2023).
Kemudian untuk HET beras yang kini dibanderol Rp 10.900 per kg juga disarankan untuk naik menjadi sekitar Rp 11.500-Rp1 2.000 per kg.
Sedangkan untuk beras premium masih bisa dipertahankan untuk tetap berada di angka Rp13.900 per kg.
“Harus dikoreksi juga, HET medium itu terlalu jauh dengan premium. Seperti sekarang, tidak ada yang mau memenuhi premium. Jadi orang yang menghasilkan premium jualnya pasti di atas HET,” ucapnya.
Menurut Sutarto revisi HAP itu dilakukan lantaran biaya produksi untuk menanam beras saja sudah tinggi seperti biaya untuk pupuk yang mahal dan bibit.
"Kalau menurut saya memang perlu (revisi) dengan faktor lainnya yaitu pupuk dan bibit ini sangat penting. Yang kedua, tentunya kalau dari aspek memotong mata rantai kan ini perlu dilakukan supaya efisien," ungkap dia.
Sementara itu, untuk gabah kering giling (GKG) di penggilingan ditetapkan di harga Rp 6.200 dan GKG di gudang Perum Bulog Rp 6.300.
https://money.kompas.com/read/2023/11/02/064500026/perpadi-usulkan-harga-acuan-pembelian-gabah-naik-di-atas-rp-6.000