Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Vale Indonesia Hadapi Tren Penurunan Harga Nikel

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menerapkan strategi sebagai upaya memitigasi penurunan harga nikel belakangan ini.

Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, pihaknya sudah memperkirakan adanya tren penurunan harga nikel di masa mendatang. Namun, penurunan harga nikel juga diikuti dengan penurunan biaya produksi, sehingga dampak yang ditimbulkan pada kinerja perusahaan tidak terlalu dalam.

“Walaupun harga nikel turun, tapi trend biaya produksi juga pada saat yang bersamaan turun,” kata Bernardus dalam Public Expose Live, Rabu (29/11/2023).

Bernardus menambahkan, penyebab turunnya harga nikal karena keseimbangan fundamental atau fundamental balance dari permintaan dan penawaran (demand dan supply) yang terdapat tendensi dan kecenderungan oversupply atau kelebihan pasokan di semua kelas.

Dia mengatakan, Vale Indonesia akan menyiapkan strategi dalam menyiasati harga nikal yang lebih rendah. Saat ini harga nikel berada pada kisaran 16.000 sampai 17.000 dollar AS per ton.

Hal itu juga diimbangi dengan biaya produksi Vale Indonesia yang mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir.

“Biaya produksi kami dalam tiga bulan terakhir sudah hampir di bawah 10.000 dollar AS per ton. Kami juga saat ini merupakan salah satu perusahaan nikel dengan biaya produksi terendah,” ujar Bernardus.

“Strategi kami untuk menghadapi harga nikel yang turun, adalah dengan melakukan efisiensi biaya produksi, sehingga margin kita bisa tetap terjaga,” tambahnya.

Bernardus mengungkapkan, saat ini harga nikel di level 16.000 per ton dengan komposisi biaya produksi 78 persen.

Dia mengatakan, biaya produksi saat ini di bawah 10.000 dollar AS per ton, sehingga masih profit atau meraup laba.

“Harga jual kami, 78 persennya itu batas biaya produksi kami. Kalau sudah melewati itu, kami enggak profit,” lanjut dia.

Bernardus juga mengungkapkan, break event untuk harga nikel adalah pada level 12.000 hingga 13.000 dollar AS per ton.

Saat ini meskipun terjadi penurunan harga nikel, namun masih berada di level 16.000 dollar AS per ton, jadi perusahaan masih mendapatkan keuntungan.

“Walaupun harga nikel turun, tapi saat ini masih di level 16.000 dollar AS per ton, jadi secara margin, Vale masih aman. Saya tidak memperkirakan harga nikel bisa jatuh ke 13.00 dollar AS per ton, saat ini dengan mempertimbangkan faktor yang ada, kami berupaya untuk mendorong produksi kami agar tetap terjaga dan profitable,” tegasnya.

Bernardus mengatakan, pihaknya juga mengeksekusi inisiatif terkait dengan energy cost, dari mulai penggunaan bahan bakar dan batu yang dipotimalkan. Dia berharap inisiatif tersebut dapat mengurangi emisi yang dihasilkan.

“Kami juga mencari resourching energi alternatif. Dengan inisiatif ini kami berharap produksi energi kami dengan cost 30 sampai 35 persen dari biaya produksi bisa kami jaga dalam level yang efisien sehingga margin yang ada bisa lebih baik ke depannya,” lanjut dia.

https://money.kompas.com/read/2023/12/01/181900126/strategi-vale-indonesia-hadapi-tren-penurunan-harga-nikel-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke