Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal "January Effect" dan Saham-saham yang Berpotensi Naik di Awal 2024

Lebih lanjut, January Effect dapat diartikan sebagai fenomena yang terjadi pada perdagangan saham, dimana adanya trend kenaikan pada harga saham di bulan Januari.

Istilah January Effect pertama kali ditemukan oleh seorang bankir asal AS bernama Sidney Wachtel pada 1942. Ia merangkum secara historis bahwa sejak 1925, harga saham-saham di bursa saham AS mengalami kenaikan pada awal tahun atau tepatnya bulan Januari, lebih tepatya sebelum pertengahan dan akhir bulan.

Mengutip Capital Sensitivity Analysis Index (CSA Index), mayoritas investor mengindikasikan pelaku pasar masih optimis akan kinerja IHSG di Januari 2024 bergerak positif. January Effect menjadi momentum yang dinantikan akan terjadi di awal tahun dan menjadi penyemangat IHSG untuk bergerak positif.

Penguatan rupiah dan adanya potensi penurunan suku bunga pada 2024 menjadi hal yang paling banyak disebut pelaku pasar sebagai alasan IHSG menguat.

Namun konsensus untuk penutupan IHSG di Januari 2024 adalah sebesar 7.300 yang mengindikasikan kenaikan tipis dari penutupan IHSG dibandingkan 29 Desember 2023 pada level 7.272.

“Mereka berharap situasi akan membaik seiring dengan selesainya pemilu 2024 dan beragam kebijakan yang akan memberikan relaksasi khususnya terkait dengan moneter. January Effect diharapkan hadir di tahun ini dan membawa gairah untuk pasar,” ujar David, dikutip Kompas.com, Selasa (2/1/2024).

CSA Index mencatat, para pelaku pasar memang tidak terlalu optimistis dengan awal tahun 2024 dikarenakan masih menunggu sentimen lanjutan. Adanya pemilihan umum yang akan terlaksana di tanggal 14 Februari 2024 memberikan sentimen tersendiri, di mana pelaku pasar menantikan hasil dari pemilu tersebut sebelum menentukan langkah investasi selanjutnya.

Selain itu, adanya penantian dari pelaku pasar mengenai arah dan rencana ekspansi maupun CAPEX dari emiten untuk 2024. Potensi meningkatnya tensi geopolitik juga menjadi perhatian pelaku pasar. Di sisi lain, sebanyak 93 persen pelaku pasar juga optimistis IHSG akan mengalami tren bullish di tahun 2024.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan optimisme pelaku pasar akan pergerakan IHSG di bulan Januari. Sentimen positif yang paling mempengaruhi adalah adanya potensi berakhirnya era suku bunga yang tinggi, di mana The Fed berencana untuk menurunkan suku bunga di tahun 2024.

Diharapkan dengan turunnya Fed Rate, maka suku bunga di Indonesia juga dapat diturunkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, adanya harapan efek belanja yang terjadi selama event poilitik juga dapat mendorong IHSG untuk menguat.

Founder WH Project William Hartanto mengatakan, "January Effect" sudah mulai terlihat, namun di balik tren ini, nilai transaksi IHSG kian menciut. Jadi bisa dibilang saat ini penguatan IHSG adalah efek bobot saham-saham tertentu saja yang menarik pergerakannya.

Berbicara bobot beberapa saham yang terpapar sentimen "January Effect" di antaranya adalah saham-saham big caps, seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, TLKM, ASII, termasuk saham-saham Prajogo Pangestu yang masih dalam tren menguat (BREN dan TPIA).

“Artinya, pilihan kini mengerucut karena penguatan IHSG terfokus pada saham-saham tertentu saja. Anda bisa saja melakukan teknik trend following pada saham-saham yang sudah bergerak menguat saat ini, atau mulai mengoleksi yang 'tertinggal' namun perlu menunggu,” ujar William.

“Karena window dressing bulan Januari atau yang dikenal dengan nama January Effect ini mulai terjadi, namun tidak mewakili pergerakan semua saham,” tambah dia.

https://money.kompas.com/read/2024/01/03/083000926/mengenal-january-effect-dan-saham-saham-yang-berpotensi-naik-di-awal-2024

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke