Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

2024, Tahunnya Obligasi?

Apakah ini berarti 2024 akan menjadi tahunnya untuk obligasi?

Secara teori, penurunan suku bunga akan membuat harga obligasi naik. Atas dasar itulah, muncul pandangan bahwa 2024 bisa saja menjadi tahun yang bagus untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap.

Secara teknis, obligasi dengan umur lebih panjang akan lebih diuntungkan. Obligasi korporasi umumnya hanya 3-5 tahun, sedangkan obligasi pemerintah bisa 20-30 tahun, maka efek kenaikan harga ini akan lebih banyak dirasakan oleh obligasi negara dan reksa dana yang komposisi obligasi negara lebih besar.

Secara teori demikian, bagaimana realitanya?

Prediksi suku bunga akan turun dan lebih menguntungkan bagi obligasi dibandingkan saham sebenarnya sudah dari 2023.

Kenyataannya suku bunga BI Rate naik pada 2023, meskipun inflasi mengalami penurunan dan sudah mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah.

Harga obligasi dan kinerja reksa dana pendapatan tetap sempat naik dari awal hingga pertengahan tahun karena optimisme itu, tapi kemudian pernyataan “higher for longer” oleh Bank Sentral AS pada September menghapus semuanya.

Tidak hanya obligasi, saham juga ikut-ikutan anjlok. Sentimen buruk dari pernyataan “higher for longer” sempat bertahan hingga Oktober, namun ketika rilis data inflasi AS yang terus menunjukkan penurunan membuat pejabat bank sentral AS “melunak”.

Tanpa diduga, pada November dan Desember 2023, harga obligasi kembali rally.

Meski cuma dua bulan terakhir, rally yang terjadi sangat cepat sehingga kinerja hingga akhir tahun sudah positif kembali.

Tergantung seberapa besar komposisi obligasi pemerintah - korporasi, reksa dana pendapatan tetap yang dikelola Panin AM naik antara 4,5 persen - 7,7 persen tahun 2023.

Kenaikan yang lebih tinggi terjadi pada reksa dana pendapatan tetap yang lebih dominan di obligasi negara.

Berkaca pada 2023, ternyata inflasi rendah Indonesia dan suku bunga BI Rate bukan satu-satunya penggerak harga obligasi. Inflasi dan kebijakan suku bunga AS juga ikut berpengaruh.

Untuk 2024, menurut saya, juga sama. Meski inflasi Indonesia rendah dan BI Rate bisa diturunkan, jika di tengah jalan ada perubahan kebijakan atau pernyataan yang bernada hawkish dari AS (seperti menunda penurunan bunga, memperketat syarat kredit), bisa saja ada koreksi tajam lagi.

Terkadang penurunan harga juga bisa disebabkan technical correction, karena sudah naik terlalu cepat dan tinggi.

Sebagai informasi, kenaikan yang wajar dalam setahun untuk reksa dana pendapatan tetap berkisar antara 4-6 persen, jika sudah jauh di atas, terkadang bisa terjadi koreksi.

Secara matematis, BI Rate yang saat ini 6 persen berpeluang turun ke 3,5 - 4 persen dengan asumsi inflasi di level 3 persenan.

Dari 6 persen ke 3,5-4 persen ada jarak 2-2,5 persen. Jika dalam satu Rapat Dewan Gubernur turun 0,25 persen, maka perlu 8-9 kali rapat. Rasa-rasanya tidak cukup dalam setahun, tapi bisa dua tahun.

Artinya penurunan suku bunga tidak hanya pada 2024 saja, tapi bisa lanjut ke 2025 jika dicicil empat kali per tahun.

Kondisi ini akan positif untuk obligasi dan reksa dana pendapatan tetap. Namun sekali lagi di tengah-tengah perjalanan tetap bisa terjadi koreksi sebagaimana pengalaman selama ini.

Bagi investor konservatif bisa 50-70 persen di reksa dana pendapatan tetap, untuk yang agresif bisa 10-30 persen juga. Kalau moderat, bisa di tengah-tengah.

Selama bisa hold minimal 2-3 tahun, timing masuk tidak terlalu penting, kapan saja bisa karena turun juga tidak dalam-dalam amat.

Semoga hari Anda menyenangkan.

https://money.kompas.com/read/2024/01/03/132027926/2024-tahunnya-obligasi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke