Saat ini, salah satu platform yang digandrungi masyarakat untuk berbelanja secara online adalah TikTok Shop. Survei Populix menemukan, 45 persen masyarakat Indonesia senang berbelanja melalui platform TikTok Shop.
Pakar pemasaran sekaligus marketing coach Yosef Aji Baskoro mengatakan, agar bisnis dapat semakin sukses di TikTok Shop, perlu pendekatan data-driven decision making yang terukur dan efektif.
Pengambilan keputusan berbasis data tersebut penting diketahui agar pelaku bisnis tidak harus mengandalkan insting.
"Pentingnya pendekatan ini semakin terlihat karena TikTok mengelompokkan algoritmanya menjadi dua model utama yakni stay model dan deal mode," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (4/1/2024).
Ia menambahkan, TikTok bukan sekadar paltform hiburan, tetapi juga dapat menjadi lahan mencapai kesuksesasn finansial.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengelompokkan algoritma stay model dan deal mode:
1. Stay Model
Model algoritma ini dapat disebut juga interaksi untuk membuat orang menontong konten sampai habis. Dalam model ini, audiens memiliki ketertarikan pada konten yang memotivasi mereka untuk menonton hingga habis dan memberikan respons positif, seperti like, comment, share, dan save.
Interaksi ini akan memberikan data yang berharga sebagai berikut:
Engagements mencerminkan ketertarikan audiens, dan views didukung oleh berbagai faktor seperti likes, comments, shares, saves, dan average watch time.
Semakin konten menarik dan relevan, jumlah likes, comments, shares, dan saves juga meningkat.
Data ini mencerminkan seberapa sering audiens mencari TikTok pelaku usaha. Peningkatan pencarian dapat dilakukan dengan mengatur username, foto profil, dan elemen lainnya agar akun mudah diingat oleh audiens.
Rata-rata waktu menonton konten sebaiknya tidak lebih dari 8 detik. Jika lebih tinggi, menandakan konten Anda menarik dan diminati audiens.
Penggunaan hook video yang menarik, seperti "Tonton sampai habis," dapat meningkatkan rata-rata waktu menonton konsumen.
Data ini memungkinkan pelaku bisnis melihat jenis kelamin dan rentang umur audiens atau pengikut (followers). Dengan informasi ini, konten dapat disesuaikan untuk menjadi relevan dengan karakteristik audiens, yang dapat meningkatkan views dan engagements.
2. Deal Model
Model algoritma ini bertujuan untuk membuat orang langsung membeli. Deal Model pada TikTok melibatkan audiens yang tidak hanya tertarik dengan konten, tetapi juga terdorong untuk melakukan pembelian setelah melihat promosi dalam konten tersebut.
Berikut ini adalah informasi mengenai beberapa data yang disediakan oleh ads manager di TikTok, agar dapat diakses dan dianalisis.
CTR menjadi parameter penting untuk menilai sejauh mana iklan dapat menarik perhatian dan mendorong orang untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.
Konten yang sesuai untuk mencapai hal ini termasuk testimonial, demonstrasi produk, kisah sukses, pengalaman pribadi, dan edukasi.
Pelaku bisnis yang menyediakan deskripsi produk yang menarik, gambar produk yang menarik, review positif, jumlah produk terjual, dan promo atau penawaran khusus dapat mendukung pencapaian ini.
Meskipun waktu pembayaran konsumen bervariasi, Pelaku bisnis dapat menciptakan urgensi dengan memberikan diskon atau promo dengan batas waktu tertentu.
Selain itu, penjual juga dapat mendorong konsumen untuk segera melakukan pembayaran, terutama saat live di TikTok.
Demikian adalah penjelasan mengenai pengelompokkan algoritma stay model dan deal mode di TikTok Shop.
https://money.kompas.com/read/2024/01/04/152522226/dua-model-algoritma-di-tiktok-shop-penjual-wajib-tahu