Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Beras di Ritel dan Pasar Masih Mahal, Ini Penjelasan Bapanas

JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang pasar mengeluhkan harga beras masih tinggi. Padahal, pemerintah telah memasok beras stabilisasi pasokan harga pasar (SPHP) ke pasar dan toko ritel selama sepekan.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo mengatakan, untuk menjaga stabilitas harga beras, saat ini yang harus dilakukan pemerintah adalah menjaga harga gabah/beras di tingkat petani.

Selain itu, distribusi beras sejumlah ritel dan Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) terus dilakukan.

"Kita harus jaga juga harga petani. Importasi yang dilakukan dari akhir 2022 sampai dengan hari ini dan ke depan sangat terukur. Distribusi ke PIBC dan Retail terus dikerjakan," kata Arief saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/2/2024).

Arief mengatakan, pihaknya juga mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Sebab, kata dia, harga beras di pasar mengikuti harga gabah di tingkat petani maupun penggilingan.

Ia mencontohkan, apabila saat ini harga gabah Rp 8.000 per kilogram (kg), maka harga beras menjadi Rp 16.000 per kg.

"Harga Gabah yang baik, saat yang ditunggu-tunggu Petani. Sekaligus jangan lupa akan meningkatkan harga di hilir yang dirasakan kita semua saat ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Arief mengatakan, saat ini Bapanas terus memenuhi kebutuhan pasar atas beras agar paralel harga tetap terjaga. Ia juga menekankan impor beras yang dilakukan secara terukur.

"Pertama kita penuhi (kebutuhan pasar), paralel harga tetap dijaga. Sehingga Beras SPHP disiapkan 250.000 ton per bulan ditambah 200.000 ton beras komersial kita dorong ke pasar," ucap dia.


Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) meminta kepada pemerintah membuka data terkait jumlah beras yang disalurkan untuk bantuan sosial (bansos) beras pangan.

Hal ini menyusul masih tingginya harga beras medium dan premium di pasar.

Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mengatakan, harga beras di pasar saat ini masih tinggi. Padahal, pemerintah telah memasok beras stabilisasi pasokan harga pasar (SPHP) ke pasar dan toko ritel selama sepekan.

"Bisa kita cek di pasar-pasar, baik di ritel, ada beras tersebut juga masih di atas HET (harga eceran tertinggi)," kata dia kepada Kompas.com, Minggu (18/2/2024).

Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bappanas) harga beras medium dan premium memang masih tercatat naik.

Pada Senin (19/2/2024) hari ini, beras medium tercatat naik 10,79 persen ke Rp 15.500 per kilogram (kg) dan beras premium naik 6,12 persen ke Rp 17.000 per kg.

Melihat perkembangan tersebut, Reynaldi menyoroti pelaksanaan penyaluran bansos beras yang dilakukan pemerintah. Ia menegaskan, dirinya mendukung upaya pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat tergolong miskin.

Namun, proses distribusi bansos tersebut harus dilakukan dengan benar. Oleh karenanya, ia meminta kepada pemerintah untuk membuka data stok beras yang telah disalurkan untuk bansos dan untuk stabilisasi harga pasar.

"Sebenarnya berapa banyak beras yang digelontorkan untuk bansos, dan ada berapa banyak yang sudah didistribusi ke pasar dan ritel," kata dia.


"Sehingga kita cek hari ini kenapa harga masih tinggi, itu faktor-faktornya ada kendala dan sebagainya," sambungnya. 

Menurut Reynaldi, salah satu pemicu utama kenaikan harga beras ialah terganggunya rantai distribusi. Dengan demikian, perlu adanya pembenahan dalam rantai distribusi komoditas pangan tersebut.

Reynaldi menekankan, permasalahan harga beras harus segera diselesaikan, mengingat permintaan terhadap komoditas itu akan semakin meningkat jelang bulan Ramadhan.

https://money.kompas.com/read/2024/02/19/084937326/harga-beras-di-ritel-dan-pasar-masih-mahal-ini-penjelasan-bapanas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke