JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor furnitur mencapai 2,8 miliar dollar AS atau setara Rp 43,8 triliun (kurs Rp 15.647) selama periode 2021 sampai 2023 atau tiga tahun terakhir.
"Kinerja UMKM di sektor furnitur pada 2021 sampai 2023 mencapai 2,8 miliar dollar AS dengan jumlah serapan tenaga kerja langsung sebanyak 805.000," kata Teten dalam dalam acara Conference on Promoting Sustainable Furniture Ecosystem Leading to Net Zero Emission di Vivere, Serpong, Tangerang, Selasa (27/2/2024).
Meski demikian, Teten mengatakan, untuk kinerja sektor kerajinan tangan masih belum mampu mengungguli kinerja subsektor kuliner atau fesyen.
Ia mengatakan, salah satu dukungan yang diberikan KemenKopUKM untuk mendukung wirausaha berkelanjutan di sektor furnitur dan kerajinan yaitu dengan membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) komoditas rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
"RPB ini bertugas mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi (Fitrit, Poles) dan Furnitur," ujarnya.
Teten mengatakan, RPB juga dibangun di Labuan Bajo, NTT untuk memproduksi bambu laminasi sebagai bahan pengganti kayu.
Bersama Pemerintah Daerah NTT, KemenKopUKM telah membudidayakan bambu di lahan seluas 100.00 hektare.
"Bersama Pemda kita akan kembangkan menjadi sekitar 100.000 hektare lahan (untuk budidaya bambu). Ini potensi yang sangat besar untuk mengembangkan dan memproduksi timber untuk furnitur," tuturnya.
Di samping itu, Teten mengatakan, potensi ekonomi dari produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan sangat tinggi. Namun, masih ada berbagai kendala yang menghadang.
Sementara itu, untuk permasalahan pemasaran, pemerintah secara aktif memfasilitasi dan mendukung pameran Industri Furniture IFFINA oleh ASMINDO, KRIYANUSA oleh Dekranas, IFEX oleh HIMKI, dan SAEXPO 2023.
Kemudian dilakukan inisiasi pengembangan Indonesia Trading House (ITH) di China dan Singapura untuk mengembangkan pasar internasional.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperkuat pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pendapatan daerah dan devisa negara," ucap dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat mengatakan, permintaan pasar terhadap furnitur ramah lingkungan diperkirakan mencapai 51,02 miliar dollar AS (Rp 798,3 triliun, kurs Rp 15.647) atau 8,6 persen secara global.
Estimasi ini disampaikan Dedy dalam acara Conference on Promoting Sustainable Furniture Ecosystem Leading to Net Zero Emission di Vivere, Serpong, Tangerang, Selasa (27/2/2024).
Dedy mengatakan, pertumbuhan permintaan tersebut bisa direspons secara bersama-sama sebagai peluang bagi pelaku usaha di industri mebel dan kerajinan.
"Kita respons secara dengan membuat pusat-pusat riset dan produksi furnitur ramah lingkungan di kawasan-kawasan industri," ujarnya.
Dedy juga mengatakan, meski ekonomi global belum pulih, industri ini menyumbangkan nilai ekspor yang signifikan, serta mendukung kegiatan industri pariwisata dan hospitality di dalam negeri dengan nilai hampir mencapai Rp 16 triliun.
Namun, kata dia, nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia melemah sebesar 28 persen pada periode Januari sampai September 2023 dibandingkan tahun 2022, yaitu dari 2,5 miliar dollar AS menjadi hanya 1,8 miliar dolllar AS.
"Dengan penurunan pada sektor mebel sebesar 30,63 persen dan sektor kerajinan 20,59 persen. Untuk sektor mebel, kontribusi terbesar didominasi oleh produk furnitur kayu 57,31 persen, diikuti oleh furnitur rotan 5,75 persen dan furnitur metal 3,47 persen," ucap dia.
https://money.kompas.com/read/2024/02/27/233300126/kinerja-umkm-furnitur-capai-rp-43-8-triliun-dalam-3-tahun-terakhir