Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Investasi "Single Stock Futures" dan Perbedaannya dengan Saham

Lalu apa itu Single Stock Futures? bagaimana cara investasinya? dan apa keuntungannya?

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, SSF adalah perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham, yang mana nantinya saham akan menjadi underlying dari produk SSF.

“Peluncuran produk SSF ini akan melengkapi produk derivatif yang dimiliki BEI selama ini. Produk SSF ini memiliki karakteristik yang berbeda dan merupakan kontrak dua belah pihak untuk membeli suatu saham,” kata Jeffrey dalam edukasi wartawan pasar modal, Jumat (15/3/2024).

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra mengatakan, peluncuran SSF diharapkan bisa menjadi jawaban alterntif investasi bagi para investor di Indonesia.

“Ini suatu investasi yang bisa mamanfaatkan keuntungan saat market bearish. Investor ritel bisa mendapat keuntungan saat market bearish, dan tidak perlu melakukan cut loss, averaging down atau menunggu sampai kembali lagi (normal). Beda dengan saham yang memiliki cost of fund atau kerugian saat market bearsih,” ujar Firza dalam edukasi wartawan pasar modal, Jumat (15/3/2024).

Dia mencontohkan untuk saham BBCA yang saat ini di harga Rp 10.000-an, atau TLKM yang di harga Rp 4.000-an, bisa dimanfaatkan investor dengan membeli SSF yang harganya hanya 4 persen dari harga saham tersebut.

“Invstor ritel yang sudah advance dan mengetahui teknikal dan fundamental bisa memanfaatkan SSF karena modalnya jauh lebih kecil yaitu 4 persen saja atau 25 kali jauh lebih murah dibandingkan dengan membeli saham BBCA dan TLKM,” ungka dia.

Pembelian dan penjualan SSF

Di sisi lain, mekanisnme pembelian SSF juga sama dengan saham. SSF adalah salah satu instrumen investasi yang high risk high return, tapi diawasi oleh OJK dan BEI.

Keuntungannya dan realisasinya juga lebih cepat yakni dalam 1 hari dalam bentuk tunai. Fee transaksi juga lebih murah dibandingkan dengan transaksi saham.

“Fee transaksi berdasarkan jumlah kontrak, dan bukan dari jumlah value,” tegas dia.

Firza mengatakan ketika market sedang naik atau turun, investor tidak perlu kawatir karena tetap bisa mendapatkan potensi cuan. Ketika market naik, investor bisa beli harga rendah dan jual saat harga tinggi.

“Misal, kita beli TLKM futures atau BBCA futures dengan harga rendah, ketika harga naik bisa dijual, dan untungnya lebih banyak dibanding beli saham karena modal lebih kecil,” kata Firza.

Sementara itu, ketika market turun investor tidak harus khawatir lagi, karena investor yang mempunyai portofolio bisa melakukan lindung nilai ketika market turun, dan bisa langsung jual atau short position jadi bisa mendapat keuntungan saat pasar turun.

“Ini bisa mengkompensasi kerugian dari portofolionya (jika ada),” tambah dia.

Perbedaan SSF dan saham

Menurut Firza, bedanya saham dan SSF terletak dari modalnya. Investasi saham adalah kepemilikan, sementara SSF merupakan kontrak, sehingga bukan kepemilikan atas saham.

“Otomatis dengan nama itu jauh berbeda. Seperti, kita beli rumah dan ngontrak rumah pasti lebih murah ngontrak, itu yang bisa kita samakan dengan instrumen SSF. Misalkan kita membeli saham TLKM dengan harga Rp 4.000 per saham, maka kita membutuhkan Rp 400.000 untuk membeli 1 lot saham atau 100 lembar saham,” ungkapnya.

“Kalau kita membeli SSF, kita hanya butuh 4 persen saja dari Rp 400.000, kurang lebih Rp 16.000, jadi sangat mudah,” tambahnya.

Produk SSF juga memiliki auto rejection yang juga tidak ada perbedaan dengan saham, dan mengikuti fraksi saham yaitu 20-35 persen. Pun demikian dengan realisasi keuntungan sebelum dijual sahamnya.

SSF memiliki kontrak dan memastikan pergerakan harga futures tidak terlalu jauh dari harga saham. KPEI akan menerapkan mark to market atau disesuaikan dengan harga pasar setiap harinya.

“Inilah yang akan memberikan kepastian investor dalam mendapat harga futures yang mengikui pergerakan harga underlying,” lanjut Firza.

SSF memiliki 3 macam kontrak yakni 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan. Tergantung seri yang akan dipilih oleh investor. Sementara itu, untuk saham selama tercatat di bursa dan selama belum di jual maka otomatis tidak ada jatuh tempo dari saham tersebut.

“Untuk penyelesaian saham pemindahan bukuan adalah T+2, tapi untuk SSF dapat diselesaikan tunai dan ini lebih cepat atau T+1, biaya transaksi juga hanya Rp 250 per kontrak, sementara saham 0,03 persen dari nilai transaksi,” ungkapnya.

Sementara untuk profil risk return dari SSF memiliki risiko dan return yang tinggi dibandingkan saham dan ETF. Dia bilang, risikonya sama seperti transaksi saham tapi karena ada leverage menjadikan risiko dan return lebh menarik dan lebih tinggi dibanding saham dan ETF.

“SSF ini diharapkan bisa melengkapi investor yang memiliki profil risk dan return yang berbeda, yang risk appetite dan return appetite yang lebih tinggi ada instrumennya,” kata Firza.

https://money.kompas.com/read/2024/03/17/210000326/mengenal-investasi-single-stock-futures-dan-perbedaannya-dengan-saham

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke