Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lima Perilaku Baru Konsumen Indonesia

Pertama, Zero Boundaries: mereka lebih memilih untuk bisa mempunyai pengalaman belanja seamless dan terintegrasi antara toko fisik dan toko digital.

Kedua, Zero Mid-range: mereka mempunyai kebiasaan belanja baru di mana mereka berhemat untuk item tertentu sekaligus juga mencari yang lebih premium di item lainnnya.

Mereka mencari subsitusi brand untuk item lebih murah dan bersedia membayar pengalaman lebih untuk item premium.

Ketiga, Zero Loyalty: konsumen cenderung tidak loyal terhadap brand. Mereka mencari pembanding dan apa nilai lebih yang bisa mereka dapat dari brand sejenis, baik berupa harga lebih murah, promosi lebih baik dan juga biaya pengiriman lebih efisien.

Keempat, Net Zero: konsumen mulai peduli terhadap kesehatan, asal muasal produk (source of origins), keterbukaan terhadap informasi produk, dan produk yang sustainable.

Fenomena ini sudah terjadi di India, China, Jepang, Korea, bahkan sampai Australia. Namun, karakteristik keempat yang masih berbeda di setiap negara karena cara pandang konsumen yang berbeda.

Bagaimana dengan di Indonesia? Fenomena apa yang sudah terjadi dan seberapa besar pengaruhnya terhadap brand?

Apakah konsumen kita sudah mulai berubah cara belanjanya? Apakah mereka masih loyal terhadap brand yang biasa mereka pakai?

Berikut ini lima gambaran perilaku konsumen baru Indonesia:

1. Belanja online bukan lagi menjadi kebiasaan baru

Cara belanja selama pandemi terus terbawa sampai sekarang. Belanja online sudah menjadi hal biasa dan sekarang sudah menjadi hygiene factor, bukan lagi kebiasaan baru.

E-commerce sudah menjadi browser layaknya Google. Kita mencari alternatif barang dari beragam toko, kita juga mencari alternatif harga dari toko berbeda untuk barang yang sama.

Kita membandingkan ongkir, harga, merek dari berbagai platform e-commerce. Semua informasi semakin transparan, tidak ada yang disembunyikan.

Ada juga pemilik toko yang mempunyai beberapa toko di platform yang sama untuk mensiasati kebiasaan browsing online konsumen.

Dari sisi brand, official store di e-commerce sudah menjadi keharusan. Konsumen mencari penawaran terbaik dan bisa terpercaya di platform online.

Brand besar dan kecil berlomba memberikan kanal baru untuk belanja konsumen di luar toko fisik. Kemudahan teknologi semakin membuat hal ini menjadi feasible, doable, dan less risk.

Iklan digital on-platform dan off-platform banyak dimanfaatkan untuk menjaring konsumen yang membuat mereka semakin dimanjakan dengan beragam penawaran, kemudahan berbelanja dan biaya pengiriman lebih murah.

Konsumen semakin terbiasa dengan hal ini dan sudah menjadi rutinitas saat mereka belanja.

2. Belanja offline ajang rekreasi

Kebangkitan dan keberadaan toko fisik sudah berjalan normal, hampir semua berkompetisi untuk membuat konsumen belanja. Para peritel menjadikan toko fisik dan online sebagai solusi belanja baru.

Tingkat persaingan menjadi semakin tinggi, bukan saja dengan sesama peritel di toko fisik, tapi juga dengan pemain lain di platform online.

Opsi bagi konsumen untuk belanja semakin banyak. Tidak ada yang tahu apakah konsumen yang sama yang datang ke toko akan melakukan belanja di toko fisik, di toko online atau malah belanja di toko sebelah.

Konsumen kembali mendatangi toko fisik untuk cuci mata sekaligus berekreasi bersama teman dan keluarga.

Pengunjung pusat perbelanjaan semakin ramai, apalagi di akhir minggu dan menjelang hari raya. Pastinya tempat yang selalu ramai dan pengunjung benar-benar melakukan pembelian adalah di tempat makan, sedangkan di toko ritel pembelian belum tentu terjadi.

Penjualan secara umum pasti meningkat dibandingkan masa "new normal", tapi belum sesuai target penjualan yang sudah ditetapkan. Mengapa?

Konsumen Indonesia sekarang sudah lebih pintar, mereka melakukan webrooming dan showrooming, mereka melakukan riset sebelum membeli.

Di toko fisik mereka melihat, memegang dan mencoba barang. Namun, untuk membeli, mereka membandingkan mana yang lebih menguntungkan: antara di toko online atau toko fisik atau di toko sebelah.

Riset ini juga mereka lakukan dengan melakukan browsing sebelum datang ke toko atau bahkan saat di dalam toko. Keputusan akhir konsumen untuk membeli tergantung dari nilai lebih apa yang bisa didapatkan oleh mereka, baik di toko online maupun di toko fisik.

3. Konsumen Indonesia menjadi pembeli pintar

Fenomena di atas menunjukan konsumen Indonesia sudah menjadi konsumen pintar. Mereka sudah menjadi konsumen yang telah beradaptasi dengan teknologi, konsumen yang mencari nilai lebih, dan konsumen yang mencari kemudahan.

Pertanyaan dan pernyataan bermunculan di benak konsumen, seperti apa untungnya buat saya? Kenapa saya harus belanja di sini?

Saya sudah punya langganan online terpercaya, toko langganan saya bisa kasih saya layanan lebih dengan antarjemput.

Produk di tempat lain lebih bagus dan harganya mirip, saya nemu merek lokal dengan kualitas yang bagus dan tahan lama, dan berbagai pemikiran lainnya yang membuat mereka menjadi konsumen pintar.

Mereka sudah mengerti bagaimana membelanjakan uangnya dengan lebih efektif sesuai keperluan dan kebutuhan, mereka lebih mengerti nilai sebuah brand, mereka mencari hal lain di luar harga.

Mereka sadar dengan memanfaatkan teknologi, mereka bisa mendapatkan yang terbaik, mereka memilih dan memisahkan apa yang mereka perlu.

Kebutuhan umum di rumah yang biasa mereka pakai lebih sering dibeli secara online karena sudah tahu kualitas produknya. Mereka tidak perlu menyiapkan waktu khusus hanya untuk mencari barang yang sama.

Kebutuhan lain yang lebih khusus seperti pakaian, elektronik, sepatu; mereka merasa perlu untuk melihat dan membeli langsung secara offline.

4. Konsumen Indonesia lebih menghargai merek

Konsumen Indonesia lebih mengerti nilai lebih yang bisa dapatkan jika membeli barang yang brand-nya lebih jelas.

Ada nilai kepercayaan dan juga kebanggaan jika bisa membeli sesuatu yang jelas brand-nya, bukan hanya brand luar, tapi juga brand lokal.

Konsumen kita sudah bisa melihat perbedaan kualitas di luar harga, mereka berani membayar lebih untuk kualitas dan ketahanan barang yang lebih lama, bukan sekadar murah.

Mereka berbelanja untuk kepuasaan, mereka sudah belajar bahwa kualitas bisa memberikan penghematan dibandingkan mereka membeli barang murah beberapa kali karena cepat rusak.

Faktor emosional juga memberikan pengaruh, di mana mereka memakai “branded” produk yang menunjukan bahwa mereka mampu membelinya.

Dalam hal ini kita berbicara tentang “branded” produk yang sesuai dengan kemampuan belanja masing-masing konsumen.

Mereka sudah lebih pintar untuk mencari produk-produk yang terjangkau, up-to-date, on-trend dan memberikan kebanggaan.

Mereka tunjukan lewat selfie yang mereka lakukan, upload foto makanan di media sosial, dan tentunya diperlihatkan saat mereka bersama teman dan keluarga untuk mendapatkan perhatian.

5. Konsumen Indonesia belanja “quality time”

Jika diperhatikan lebih lanjut, sekarang ini konsumen Indonesia lebih suka menghabiskan waktu bersama dengan keluarga dan teman.

Quality time ini menjadi faktor emosional dan menjadi kebutuhan yang dianggap penting belajar dari masa pandemi, di mana mereka kehilangan hal ini.

Kebersamaan dengan keluarga dan teman untuk sekadar cuci mata ke mal, jalan-jalan ke tempat rekreasi, bercengkrama di kafe, atau sekedar ngobrol di tempat kopi.

Faktor emosional ini memberikan pengaruh besar, mereka mengatur rencana, mengalokasi dana, dan tetap belanja dalam bentuk yang berbeda.

Selain untuk berinteraksi di area sekitar, mereka juga merencanakan perjalanan luar kota dan luar negeri.

Pemikirannya sederhana, selagi masih ada waktu, mereka ingin menghabiskannya dengan orang-orang yang mereka sayangi.

Belum lagi teknologi sangat membantu dengan segala kemudahannya untuk merencanakan perjalanan dan media sosial juga memberikan banyak referensi tempat yang sedang trending.

Work hard, spend smart. Ini menjadi potret baru perilaku konsumen Indonesia. Jika mereka sudah menjadi konsumen pintar, bagaimana dengan brand Anda?

Sudahkah menjadi brand pintar yang mengerti lebih dalam perilaku konsumen Anda, apa yang konsumen cari, apa yang bisa brand tawarkan untuk memberikan nilai lebih kepada konsumen? Saatnya perlu melakukan peninjauan ulang brand Anda.

https://money.kompas.com/read/2024/04/15/090000326/lima-perilaku-baru-konsumen-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke