Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berjejaring dan Berkomunitas, Kiat Sukses Sipetek dan Super Roti agar UMKM Go Global

KOMPAS.com – Membangun jejaring dan komunitas menjadi salah satu langkah penting bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk naik kelas dan membuka kesempatan ekspor.

Tak hanya itu, lewat jejaring dan komunitas, pelaku UMKM juga dapat saling berbagi tip dan trik guna mengakselerasi pertumbuhan usaha yang dibangun.

Manfaat jejaring dan komunitas pun dialami oleh sejumlah pelaku UMKM yang tergabung dalam Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).

Hal tersebut terungkap dalam acara "Bincang Wirausaha Nasional, Komunitas dan Jejaring: Dapatkah Mendukung Akselerasi Pasar Wirausaha di Kancah Global?" di Auditorium Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), Jakarta, Selasa (30/4/2024).

Staf Khusus Presiden Republik Indonesia (RI) Bidang Inovasi, Pendidikan, dan Daerah Terluar, Billy Mambrasar, mengatakan bahwa sinergitas UMKM adalah penyelamat ekonomi yang membuat Indonesia bisa tetap bertumbuh di tengah krisis keuangan global.

“Kita punya pasar, supply, dan demand. Pekerjaan rumahnya ialah banyak pasar dan potensi ekspor internasional yang belum terisi oleh UMKM. Oleh karena itu, kegiatan pendampingan UMKM, sharing session, berbagi tip dan trik, dan upaya membuka akses permodalan serta pasar harus terus ditingkatkan agar mereka naik kelas dan menjadi eksportir,” ujar Billy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (10/5/2024).

Sebagai informasi, SETC adalah program pendampingan dan pelatihan UMKM yang diinisiasi oleh PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) di bawah payung Sampoerna Untuk Indonesia.

Program yang telah hadir sejak 2007 itu aktif memberikan pelatihan terpadu kewirausahaan, mulai dari soft skill hingga hard skill, guna meningkatkan kapasitas dan memajukan UMKM.

SETC telah memberikan pelatihan kepada lebih 72.000 peserta dari seluruh Indonesia hingga akhir 2023.

Selain pelatihan, SETC juga memfasilitasi riset terapan, pendampingan dan jejaring pasar, konsultasi usaha, serta jejaring UMKM.

SETC memiliki sarana pendukung berupa fasilitas pelatihan yang berdiri di lahan seluas 27 hektare (ha) di Pasuruan, Jawa Timur (Jatim).

Kekuatan komunitas dalam pengembangan UMKM

Pada kesempatan sama, Chief Executive Officer (CEO) Sipetek Aang Permana menyebutkan bahwa upaya membuka akses pasar merupakan dukungan yang sangat dibutuhkan oleh UMKM.

Namun, salah satu tantangan yang kerap dihadapi UMKM adalah kesulitan dalam menjual atau memasarkan produknya.

Meski telah mengenyam pelatihan dan kelas, UMKM sering kali masih kesulitan dalam mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari.

"Kalau bergabung di komunitas, UMKM bisa berkolaborasi, bisa langsung belajar dari sesama. Masalah jualan, nanti bisa belajar dari mereka yang sudah berhasil," jelas Aang.

Sebagai informasi, Sipetek adalah jenama produk olahan ikan dan lauk makan praktis yang memanfaatkan potensi komoditas lokal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Sipetek lahir dari keinginan Aang agar eksistensinya bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat di desa, khususnya di Cianjur, Jawa Barat (Jabar). Sipetek kini memiliki total 20.000 reseller di seluruh Indonesia.

Saat merintis usaha Sipetek pada 2014, Aang mengaku tidak punya banyak pengetahuan terkait menjalankan UMKM.

Ia mengaku, titik awal pertumbuhan usaha Sipetek adalah saat berkenalan dengan SETC dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek) pada 2016.

"Saya dapat pelatihan dan yang paling penting ialah jejaring sesama UMKM melalui SETC. Masalah yang saya hadapi bisa saya temukan juga di UMKM lain," katanya.

Aang menambahkan, bertolak dari kepedulian dan kesadaran untuk tumbuh bersama, Sipetek kemudian bekerja sama dengan mitra UMKM di sekitar lokasi produksi.

Saat ini, Sipetek telah berkolaborasi dengan 40 mitra UMKM untuk memproduksi dan memasarkan produk.

Kerja sama itu lahir karena Sipetek ingin mengoptimalkan penjualan secara daring (online), khususnya selama pandemi Covid-19. Seperti diketahui, banyak UMKM gulung tikar selama periode tersebut.

Upaya tersebut pun membuahkan hasil positif. Penjualan Sipetek justru meningkat pesat di tengah krisis pandemi.

Alih-alih berinvestasi menambah fasilitas produksi di tengah pertumbuhan Sipetek, Aang lebih memilih memberdayakan UMKM yang bangkrut sebagai mitra.

Hal tersebut ia lakukan lantaran masih banyak pelaku UMKM, khususnya para ibu-ibu, kesulitan untuk belajar dan mempraktikkan penjualan secara daring.

“Saya pernah kasih pelatihan 2 jam, tapi ada yang tidak bisa buat akun Facebook. Mereka bilang bagaimana kalau Sipetek yang jualan, saya buat produk saja. Saya sampaikan silakan buat produk yang enak, nanti Sipetek bantu pasarkan,” terang Aang.

Pengalaman serupa juga diutarakan CEO Super Roti Ismiyati. Menurutnya, komunitas dan jejaring sangat penting untuk bisa saling belajar guna saling membantu, termasuk untuk meningkatkan kualitas produk.

"Saya ini dasarnya dari komunitas dan di sini UMKM saling bergandeng tangan untuk membesarkan, bukan saling menjegal," ujar Ismiyati.

Sebagai informasi, Super Roti adalah salah satu UMKM asal Semarang, Jawa Tengah (Jateng) yang menjadi binaan SETC sejak 2015. UMKM yang berdiri sejak 2011 ini berfokus pada produksi roti berbahan dasar bekatul.

Ismiyati mendirikan Super Roti karena ingin punya usaha yang sejalan dengan hobi membuat roti.

Lewat kreativitas, ketekunan dan kegigihan, Super Roti berhasil menjadi juara B2B Birthday Bread Competition 2023 di Paris, Prancis.

Menurut Ismiyati, pencapaian tersebut tak lepas berkat peran SETC. Saat ini, produk Super Roti telah diekspor ke Singapura, Belanda dan Belgia.

Ismiyati berharap, negara tujuan ekspor Super Roti dapat terus bertambah di masa depan. Mimpi tersebut bakal ia wujudkan dengan mempelajari kebutuhan pasar di negara tujuan ekspor secara konsisten.

"Saya merasakan dukungan dari SETC. Oleh karena itu, ketika ke Paris, saya membawa produk teman-teman SETC lainnya, seperti Cokelatin dan madu dari Imago Raw Honey untuk saya perkenalkan di sana," terangnya.

Selain bergabung dengan komunitas, tambah Ismiyati, memahami standar regulasi di negara tujuan ekspor juga penting dilakukan.

Maka dari itu, ia pun meminta agar para pelaku UMKM tidak perlu buru-buru untuk bisa melakukan ekspor.

UMKM harus bisa melakukan sejumlah upaya penguatan usaha terlebih dahulu, seperti menambah kapasitas produksi, memiliki katalog dalam bahasa Inggris, memahami biaya produksi, melakukan promosi, dan mempelajari selisih kurs.

"Ketika saya mencoba ekspor ke Malaysia, ternyata orang di sana butuh camilan yang kecil-kecil sebagai teman ngopi. Jadi, konsepnya bukan oleh-oleh, tetapi yang bisa dimakan setiap hari. Saya percaya tidak ada produk yang tidak laku, hanya ada produk yang salah pasar,” kata Ismiyati.

Riset pasar jadi kunci utama

Perwakilan Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment and Development (ID SEED) Ira Damayanti mengungkapkan, produk UMKM Indonesia memiliki kesempatan lebih besar untuk memasuki pasar global jika memahami istilah "know your product, know your market".

Pasalnya, tidak semua produk bisa diekspor dan setiap negara punya kebutuhan dan regulasi yang berbeda.

"Produk yang masuk ke pasar Asia, belum tentu cocok untuk pasar Amerika Serikat (AS) dan belum tentu cocok untuk pasar Eropa. Kita harus riset pasar dulu berdasarkan produk yang dipunya," ungkapnya.

Ira menambahkan, warga diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara biasanya lebih mengetahui selera masyarakat negara tempat berdomisili.

Oleh karena itu, komunitas diaspora bisa membantu mempromosikan produk UMKM Tanah Air kepada kenalan di negaranya masing-masing.

Agar bisa ekspor, pelaku UMKM minimal harus memenuhi regulasi 5K dan 2S, yakni kualitas, kuantitas, kapasitas produksi, kontinuitas bahan baku, kemasan, standardisasi, dan sertifikasi.

“Kalau 5K dan 2S bisa dipenuhi, baru kita percaya diri. Kemasan di sini dan di Belanda beda, di AS juga beda. Jadi, kita enggak bisa asal ekspor karena regulasi dan labeling tiap negara berbeda-beda,” ucap Ira.

Jika produk UMKM lebih cocok untuk pasar dalam negeri, Ira meminta para pelaku UMKM untuk tidak berkecil hati.

Pasalnya, pasar domestik juga sangat besar. Sementara, ekspor memiliki banyak syarat yang harus dipenuhi pelaku UMKM.

"Kalau produk Anda cuan-nya lebih banyak di dalam negeri, mari kita banjiri pasar daripada produk luar (negeri) yang masuk. Produk standar global iya, tapi ketika ekspor kita harus rajin riset pasar," jelasnya.

https://money.kompas.com/read/2024/05/13/085800526/berjejaring-dan-berkomunitas-kiat-sukses-sipetek-dan-super-roti-agar-umkm-go

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke