Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisa Bikin Stres, Ini 9 Ciri-ciri Lingkungan Kerja Toxic

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak sedikit karyawan tidak menyadari bahwa dirinya berada di lingkungan kerja toxic. Lingkungan kerja yang toxic tidak hanya menimbulkan stres, tetapi juga berdampak besar pada produktivitas dan kemajuan karier.

Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih transparan dan inklusif. Pun perbincangan seputar lingkungan kerja toxic kini lebih terbuka dan dapat diakses oleh semua orang.

Artinya, pimpinan perusahaan dan karyawan kini lebih sadar akan seperti apa lingkungan kerja yang toxic dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.

Nah, apa itu lingkungan kerja toxic?

Dikutip dari The Muse, Rabu (19/6/2024), lingkungan kerja yang toxic adalah lingkungan tempat perilaku negatif, seperti manipulasi, perundungan, membentak, dan sebagainya, merupakan bagian yang melekat dalam budaya perusahaan.

Lingkungan kerja toxic menyebabkan kurangnya produktivitas, kurangnya kepercayaan, tingkat stres yang tinggi, pertikaian, dan diskriminasi menjadi norma.

"Lingkungan ini membuat Anda merasa tidak aman secara psikologis," kata pelatih karier Eli Bohemond.

Anda mungkin merasa akan dihukum, dipermalukan, atau ditolak karena berani angkat bicara, baik untuk berbagi ide, menyampaikan kekhawatiran atau keberatan, atau tampil sebagai diri sendiri di tempat kerja.

Bohemond memperingatkan, seiring berjalannya waktu, lingkungan kerja yang toxic dapat menyebabkan kecemasan atau depresi.

Seorang karyawan mungkin menangis sebelum bekerja karena merasa terjebak, mereka tidak ingin menghadapi stres dan penolakan lagi, namun benar-benar membutuhkan pekerjaan itu.

Atau, seseorang bekerja keras untuk melampaui ekspektasi meskipun merasa kurang dihargai, yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan.

“Saya menduga sebagian besar dari kita pernah memiliki atasan yang toxic pada satu waktu atau yang lain,” kata pelatih eksekutif dan kepemimpinan Lisa Quinn.

“Tetapi menurut pengalaman saya, lingkungan kerja yang toxic lebih dari sekadar perilaku satu atau dua individu. Ini bersifat sistemik,” imbuh Quinn.

Terkadang sulit untuk mengetahui apakah Anda berada di lingkungan kerja yang toxic atau tidak. Beberapa klien Quinn kesulitan mengidentifikasi lingkungan kerja toxic karena berasumsi bahwa lingkungan seperti itu normal dan, seiring waktu, bahkan mungkin belajar untuk menavigasi lingkungan tersebut dengan baik.

Atau Anda mungkin merasa masalahnya ada pada diri sendiri, karena semua orang sepertinya menoleransi masalah tersebut.

Mendefinisikan lingkungan kerja yang toxic bisa jadi rumit karena ada banyak ciri yang menyebabkannya demikian, dan karena lingkungan yang sama dapat memberikan dampak yang berbeda pada orang-orang berdasarkan riwayat pekerjaan, pemicu, gaya kerja, dan faktor-faktor lainnya.

Meskipun demikian, ada beberapa karakteristik umum lingkungan kerja yang toxic. Berikut ciri-ciri lingkungan kerja toxic yang perlu diketahui.

1. Tidak ada batasan dalam pekerjaan

Lingkungan kerja toxic sering kali menormalisasi dan mengagung-agungkan kurangnya batasan yang sehat, kata Bohemond, yang mendorong Anda untuk memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya.

Manajer atau atasan mungkin memaksakan diri hingga kelelahan dan mengharapkan timnya melakukan hal yang sama, baik mereka bekerja di kantor atau secara virtual.

Mungkin mereka mengharapkan karyawan untuk bekerja sampai larut malam seperti yang mereka lakukan di kantor, misalnya, atau membalas pesan dan e-mail sepanjang waktu di akhir pekan.

Bohemond menyarankan para pencari kerja untuk memperhatikan sifat ini selama proses perekrutan, karena sifat ini sering kali terlihat sejak dini.

“Jika manajer perekrutan memberi Anda tugas pada hari Jumat sore dan menginginkannya selesai pada Senin pagi, atau mengharapkan Anda membalas e-mail dengan penyelesaian cepat di pagi hari atau larut malam, itu adalah tanda bahaya,” ungkap dia.

2. Tidak percaya satu sama lain

Dalam lingkungan kerja yang toxic, kurangnya kepercayaan antar rekan kerja terlihat jelas. Bohemond memberi contoh sebuah perusahaan yang ruang atau meja atasannya berhadapan dengan meja karyawan, sehingga memungkinkan mereka memantau aktivitas karyawan.

Atau bisa juga lingkungan kerja di mana manajer terus-menerus mengirim pesan kepada bawahan langsungnya untuk memeriksa apa yang mereka lakukan.

Micromanagement seperti ini adalah contoh lingkungan kerja toxic yang mengindikasikan kurangnya kepercayaan atasan kepada anggota timnya.

3. Tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan

Dalam lingkungan kerja di mana tidak boleh ada celah untuk kesalahan, orang mulai melakukan apa pun untuk menghindarinya berada di pihak yang disalahkan dan mendahului rekan kerja mereka.

Misalnya, tidak berbagi informasi terkait pekerjaan dengan rekan satu tim atau menyaalahkan rekan kerja ketika terjadi masalah.

Budaya seperti ini bisa sangat menyulitkan kelompok minoritas, yang sudah harus menghadapi harapan akan keunggulan dan kesempurnaan.

4. Penghinaan

"Penghinaan, yang merupakan pilar utama dalam definisi psikolog John Gottman tentang hubungan toxic, juga muncul di lingkungan kerja yang toxic," kata Quinn.

5. Hubungan interpersonal tidak sehat

"Anda sering kali dapat mengukur kesehatan emosional di tempat kerja dengan melihat bagaimana orang-orang di dalamnya berinteraksi satu sama lain," terang Bohemond.

Apakah mereka tersenyum dan mengobrol bersama sambil menyeduh kopi pagi, atau kebanyakan orang hanya cemberut dan mengetik? Apakah mereka membagikan meme dan lelucon di grup, atau hanya mengirim pesan blak-blakan yang diwarnai dengan penghinaan?

“Anda dapat menangkap energi di tempat kerja melalui suasana umum dan bahasa tubuh individu,” katanya.

Perilaku lain yang harus diwaspadai dalam konteks ini adalah sikap diam, yang juga berasal dari kerangka tantangan komunikasi Gottman.

6. Tidak ada dukungan terhadap perkembangan karier karyawan

Banyak orang di tempat kerja yang toxic harus "mencari tahu” sendiri karena tidak ada bimbingan atau dukungan untuk membantu mereka berkembang, kata Bohemond.

Hal ini berdampak buruk khususnya pada karyawan tingkat pemula, yang dibiarkan sendiri di tempat kerja, sehingga menyebabkan demotivasi dan kekecewaan, serta karyawan dari komunitas yang terpinggirkan, yang cenderung hanya mendapat sedikit dukungan untuk mewujudkan potensi mereka menuju peluang pertumbuhan, tutur Simon.

7. Gaslighting

Seperti perilaku toxic lainnya, gaslighting dapat menimbulkan dampak buruk ganda bagi inklusivitas dan kesetaraan di tempat kerja.

Dikutip dari laman Siloam Hospitals, gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang dibuat oleh seseorang agar korban meragukan dan menyalahkan diri sendiri. Perilaku gaslighting perlu dilawan karena bisa berdampak serius pada kondisi kesehatan fisik dan mental korbannya.


Selain memicu seseorang mempertanyakan diri sendiri, gaslighting juga bisa membuat seseorang kehilangan semangat karena kurangnya dukungan.

8. Sering mengalami gejala fisik stres kerja

Dalam lingkungan kerja yang toxic, tekanan mental mungkin mulai memengaruhi Anda secara fisik.

“Anda mungkin merasa tubuh dan otak Anda dalam keadaan siaga tinggi, dan Anda benar, karena otak kita terus-menerus memindai ancaman, dan sejauh menyangkut otak, Anda berada dalam bahaya,” papar Quinn.

Kondisi ini dalam jangka waktu lama dapat memengaruhi kesehatan fisik Anda dalam jangka panjang, dan Anda mungkin mulai mengalami beberapa gejala stres, kecemasan, atau depresi yang lebih umum, termasuk masalah pencernaan, masalah tidur, kelelahan, nyeri, dan serangan panik.

9. Karyawan menjadi tidak terlibat dalam pekerjaan

Dalam lingkungan kerja yang toxic, karyawan mulai menutup diri secara mental dan melepaskan diri dari pekerjaan, tim, dan perusahaan secara keseluruhan.

Bohemond telah melihat hal ini diterjemahkan ke dalam lingkungan virtual, di mana orang-orang mungkin mematikan kamera mereka selama rapat dan berkomunikasi hanya dengan komentar singkat.

Seiring berjalannya waktu, banyak orang mulai meninggalkan tempat kerja yang toxic.

“Pergantian karyawan jelas merupakan pertanda baik bahwa Anda sedang mendeteksi adanya kondisi toxic, terutama jika Anda melihat departemen atau unit tertentu kesulitan mempertahankan karyawan selama 12 bulan,” ucap Bohemond.

https://money.kompas.com/read/2024/06/19/100000726/bisa-bikin-stres-ini-9-ciri-ciri-lingkungan-kerja-toxic

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke