Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gubernur BI Beberkan Pemicu Rupiah Tertekan hingga Tembus Rp 16.400 Per Dollar AS

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS disebabkan oleh faktor yang berasal dari sentimen global dan domestik.

Dari sisi global, ketidakpastian pasar keuangan masih tinggi, dipicu oleh perbedaan arah kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) dengan bank sentral Eropa, European Central Bank.

Pada pertemuan Juni, ECB memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis points (bps).

Sementara itu, The Fed masih mempertahankan tingkat suku bunga acuannya, dan diprediksi baru menurunkannya pada pengujung 2024.

Ketidakpastian tersebut memicu investor untuk mengalihkan ke aset investasi yang lebih aman, seperti surat utang AS, sehingga menyebabkan aliran modal asing masuk ke pasar keuangan negara berkembang tertahan.

"Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan FFR (Fed Fund Rate)," kata Perry, dalam konferensi pers, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/6/2024).

Dari sisi domestik, depresiasi rupiah disebabkan oleh tingginya permintaan valuta asing (valas) dalam bentuk dollar AS oleh korporasi, utamanya untuk repatriasi atau pengembalian dana dividen.

Selain itu, rupiah juga tertekan oleh sentimen negatif dari persepsi investor terhadap sustaibilitas kebijakan fiskal pemerintah ke depan.

Sebagai informasi, pada pekan lalu sempat beredar informasi, Presiden terpilih Prabowo Subianto berencana mengerek rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) untuk memenuhi kebutuhan belanja program yang dijanjikan.

"Persepsi belum tentu bener loh. Jangan diyakini kalau persepsi. Persepsi akan sustainibilitas fiskal ke depan," ujar Perry.

"Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah melemah 5,92 persen dari level akhir Desember 2023," sambungnya.

Meskipun demikian, pelemahan rupiah disebut masih lebih baik dibanding mata uang asing lain, seperti won Korea (-6,78 persen), baht Thailand (-6,92 persen), peso Meksiko (-7,89 persen), real Brazil (-10,63 persen), dan yen Jepang (-10,78 persen).

Ke depan, Perry meyakini, rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah, serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

Perry menekankan, BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.

"Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2024/06/20/160600226/gubernur-bi-beberkan-pemicu-rupiah-tertekan-hingga-tembus-rp-16.400-per-dollar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke