Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OPEC Lanjutkan Tingkat Produksi

Kompas.com - 16/03/2009, 06:33 WIB
 
 

VIENNA, KOMPAS.com - Menteri-menteri perminyakan OPEC dalam pertemuan di Vienna, Austria, Minggu (15/3), sepakat untuk melanjutkan keputusan pengurangan tingkat produksi bulan September lalu sampai bulan Mei mendatang. OPEC akan bertemu lagi di Vienna pada 28 Mei guna menilai kembali situasi pasar minyak dunia.

”Akan terus berlanjut sampai Mei,” ujar Menteri Perminyakan Irak Hussein al-Shahristani seusai pertemuan. Menteri Energi Qatar Abdullah bin Hamad Al Attiyah menambahkan, menteri dari 12 negara OPEC akan bertemu lagi pada 28 Mei membahas situasi pasar dan memutuskan langkah pengurangan produksi selanjutnya.

Produksi resmi OPEC saat ini mencapai 24,84 juta barrel per hari, setelah mereka sepakat mengurangi produksi dengan 4,2 juta barrel per hari bulan September guna mendorong harga minyak yang terus melemah. OPEC sudah mengurangi produksi sebanyak tiga kali sejak September akibat harga minyak yang terus melemah sejalan dengan melemahnya perekonomian dunia.

Pertemuan OPEC kali ini dalam upaya mendorong harga minyak naik lagi dengan berupaya memperketat pelaksanaan tingkat produksi yang ada atau kembali mengurangi produksi. Namun, negara-negara konsumsi minyak mendesak OPEC untuk tidak membuat harga minyak meningkat lagi.

Namun, tidak tertutup kemungkinan, menteri OPEC juga membahas langkah baru pengurangan produksi minyak untuk mendorong harga. Pilihan ini diambil apabila persediaan minyak di tangan konsumen meningkat dan harga terus merosot.

Keputusan memperpanjang level produksi minyak OPEC ini karena mayoritas menteri OPEC lebih menghendaki penerapan pelaksanaan pengurangan 4,2 juta barrel per hari.

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi, saat tiba di Vienna, Sabtu, mengemukakan, pihaknya lebih mendukung penerapan disiplin dalam produksi. ”Disiplin jelas sangat baik,” ujar Naimi kepada wartawan. ”Saat ini baru 80 persen,” tambahnya soal disiplin produksi anggota OPEC.

Dikatakan, pengurangan produksi untuk mengurangi kelebihan pasokan, tetapi permintaan minyak mentah tetap lemah karena kondisi ekonomi dunia yang melemah. ”Anda harus paham karena ekonomi dunia lagi tak sehat, permintaan minyak diperkirakan semakin turun,” ujarnya.

Pengamat perminyakan independen mengatakan, produksi minyak mentah Arab Saudi sudah turun di bawah targetnya. Dan, kebijakan OPEC memotong produksi sejak September telah mendorong harga minyak dari 32,40 dollar AS per barrel bulan Desember lalu menjadi 46 dollar AS per barrel pada hari Jumat.

OPEC sejauh ini cukup puas karena harga minyak dunia kembali pulih, tetapi harga masih di bawah 100 dollar AS per barrel pada tahun lalu. Harga minyak mencatat rekor 147 dollar AS per barrel pada Juli 2008. Namun, OPEC mengurangi produksi karena tidak ingin harga minyak anjlok mencapai 10 dollar AS per barrel seperti pada akhir tahun 1990-an.

Akan tetapi, harga minyak yang kembali menguat ini bakal semakin memukul perekonomian dunia yang sedang sekarat akibat krisis keuangan. Permintaan minyak dunia diperkirakan kembali mengalami penurunan dengan sekitar satu juta barrel per hari pada tahun 2009 dibandingkan dengan permintaan pada tahun 2008 akibat perekonomian dunia yang semakin melemah. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2009 akan negatif. (AFP/ppg)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com