Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Kompas.com - 28/04/2024, 10:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Panen raya padi dalam negeri tengah berlangsung hingga saat ini April 2024, sehingga ketersediaan beras nasional dipastikan melimpah.

Menurut data BPS amatan Maret 2024, bahwa panen Maret 1,10 juta hektar menghasilkan 3,38 juta ton beras dan bulan April 1,78 juta hektar menghasilkan 5,53 juta ton beras dan Mei 1,12 juta hektar menghasilkan 3,19 juta ton beras

Menyikapi kondisi ini, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor mempertanyakan alasan Perum Bulog yang tidak optimal menyerap gabah petani.

Dia bilang, pada masa panen raya awal 2024 saat ini, Bulog justru kalah bersaing dengan pedagang beras dalam membeli gabah petani, dan nampak mengandalkan impor dalam pengadaan cadangan beras.

“Ini kan lagi panen raya padi dan jagung, kenapa Bulog tidak bisa serap gabah dan jagung petani. Harga di petani jatuh tinggal Rp 4.000 per kilogram. Padahal Bulog sangat diharapkan menyerap optimal pada masa panen raya ini agar harga gabah tidak anjlok,” kata Yadi dalam siaran pers, Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Antisipasi Penurunan Harga, KTNA Harap Bulog Serap Gabah Petani di Masa Panen Raya

Menurut Yadi, tidak ada alasan bagi Bulog untuk tidak menyerap gabah petani sebab pedagang mampu melakukannya tanpa ada kendala.

Apalagi alasannya kemampuannya dalam menyerap gabah petani itu sangat tidak logis, yakni potensi rebutan gabah karena periode panen yang pendek, sehingga terjadi antrean yang panjang untuk bisa masuk ke proses pengeringan Bulog maupun ke penggilingan mitra Bulog.

“Mestinya ada lagi kadar air, rendemen, pecah, kuning dan lainnya dijadikan alasan tidak serap, mengapa? karena itu kena banjir, jumlahnya tidak banyak,” jelas dia.

“Karena buktinya pedagang sanggup serap. Coba bandingkan modalnya, pedagang modalnya tidak besar paling Rp 50 juta sampai Rp 100 juta, sedangkan Bulog modal miliaran dan punya gudang banyak pula,” tegasnya.

Baca juga: Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China


Oleh karena itu, Yadi menyayangkan sikap Bulog tersebut. Maka dari itu, ia meminta Perum Bulog agar membeli ke petani pada saat panen raya untuk disimpan dijadikan stok. Sebaiknya Bulog menyerap gabah, bukan beras karena petani memiliki hasil panen gabah, bukan beras.

“Ini panen raya momentum tepat untuk serap gabah petani, bisa pola komersial bisa pola PSO, apalagi sudah ada kebijakan fleksibilitas harga gabah petani Rp 6.000 perkilogram,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com