Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2009, 09:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Perusahaan pengolah susu, PT Nestle Indonesia, kembali menurunkan harga pembelian susu dalam negeri. Hal ini dinilai mengingkari kesepakatan yang telah dibuat antara industri pengolahan susu dan Gabungan Koperasi Susu Indonesia.

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Wilayah Jawa Timur Sulistyanto di Pasuruan, Jatim, Selasa (14/4), mengungkapkan, kebijakan Nestle menurunkan harga beli susu akan membuat harga di tingkat peternak sapi perah turun.

Saat ini harga beli susu Nestle ke GKSI sebesar Rp 3.485 per kilogram. Namun, per 21 April Nestle menurunkan harga pembelian Rp 300 per kg sehingga menjadi Rp 3.185 per kg.

Harga pembelian itu belum termasuk biaya transportasi dan penanganan (handling). Dengan memperhitungkan biaya transportasi dan handling, harga susu di tingkat peternak dipastikan di bawah Rp 2.900 per kg atau di bawah titik impas susu segar yang mencapai Rp 2.900 per kg.

Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana menyatakan, penurunan harga beli susu Nestle adalah pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat industri pengolah susu (IPS) dengan GKSI.

Nestle adalah satu dari lima perusahaan pengolah susu besar di Indonesia yang tergabung dalam IPS. Anggota IPS lainnya adalah PT Ultra Jaya, PT Frisian Flag, PT Sari Husada, dan PT Indomilk-Indolakto.

Teguh menegaskan, keputusan Nestle menurunkan harga beli susu dikhawatirkan akan berdampak pada iklim usaha peternakan sapi perah dan industri susu di Indonesia.

Nestle setiap hari menyerap 500.000-540.000 liter susu segar, atau sekitar 80 persen susu yang dihasilkan peternak di seluruh Jatim. Sekitar 50 persen produk susu segar nasional dihasilkan Jatim.

Menurut Head of Public Relation PT Nestle Indonesia Brata T Hardjosubroto, keputusan Nestle menurunkan harga beli susu produk dalam negeri untuk mempertahankan volume penjualan. Selain itu, demi kelangsungan usaha Nestle dan menjaga kemampuan perusahaan untuk terus menyerap produk susu segar dalam negeri

Menurut Brata, dengan harga yang berlaku kini, peternak sapi perah menikmati harga susu segar 50 persen lebih tinggi dibanding tiga tahun lalu. Alasan lain, saat ini harga susu dunia sedang jatuh.

Namun, laporan Agricultural and Applied Economics, UW Madison, menyatakan, harga susu bubuk skim di pasar Eropa sejak 7 Maret 2009 terus naik. Pada 21 Maret, harga susu bubuk skim 2.090 dollar AS per ton dan pada 4 April naik menjadi 2.140 dollar AS per ton.

Dua kali dalam lima bulan

Dengan menurunkan harga beli susu kali ini, dalam tempo kurang dari lima bulan Nestle telah menurunkan harga beli susu dua kali, yakni pada 11 Desember 2008 dan yang akan berlaku efektif 21 April 2009.

Keputusan Nestle menurunkan harga beli susu segar dalam negeri dilakukan justru setelah ada kesepakatan antara IPS dan GKSI pada 16 dan 25 Februari 2009.

Isi kesepakatan itu, antara lain, tidak akan ada lagi penurunan harga beli susu dari peternak, sampai ada kesepakatan lebih lanjut terkait kontrak kerja sama jual-beli susu antara IPS dan GKSI.

Meski kedua belah pihak telah sepakat menandatangani kontrak jual beli susu dalam negeri, hingga Selasa (14/4) kontrak itu belum terealisasikan. Malah yang terjadi, Nestle menurunkan harga beli susu.

Ketua Koperasi (susu) Suka Makmur di Grati, Pasuruan, Gaga Prayuda menyatakan, turunnya harga beli susu akan memberatkan peternak karena saat ini harga pakan ternak terus naik. Harga bekatul, ampas tahu, rumput, dan ampas tapioka terus naik sehingga menambah biaya produksi susu segar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com