Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimang Laba dari Boneka Nan Lucu

Kompas.com - 16/04/2009, 08:21 WIB

KOMPAS.com — Kalau menyebut boneka, pasti Anda membayangkan mainan anak-anak berbentuk figur manusia yang cantik dan menggemaskan. Namun, banyak pula orang yang tetap suka mengoleksi boneka hingga dewasa dan tua. Selain sebagai benda koleksi, banyak pula yang menggunakan boneka sebagai bagian dari dekorasi ruangan.

Dengan pasar yang begitu besar, tak heran bisnis boneka terus berkembang. Irina Suharto telah menikmati sukses dari bisnis boneka ini. "Boneka saya hand made, bukan pakai mesin," ungkap Irina. Selain itu, ada ciri khas yang unik, yaitu boneka yang mencerminkan etnik tertentu, yang tecermin pada aneka ragam baju yang dikenakan si boneka.

Misalnya, ada boneka yang dibalut baju tradisional Meksiko, Belanda, dan Jepang. Tentu saja ada boneka yang mengenakan pakaian daerah Indonesia. Dengan keunikan itu, tak heran kalau boneka buatan Irina mempunyai daya tarik sendiri di pasar boneka. Lantaran peminat lumayan banyak, dia sampai harus merekrut delapan pekerja untuk memenuhi permintaan pasar.

Meski bisa menjadi teman bermain si kecil, boneka etnik kreasi Irina lebih banyak dipakai orang untuk dekorasi, misal dipajang di ruang tamu.

Irina menggeluti bisnis ini sejak pertengahan 2005. Ide bisnis ini muncul dari kegemaran Irina membuat boneka di sela-sela kesibukannya. "Sejak 1996 saya hobi mengutak-atik boneka dan belajar bikin boneka sendiri," ajar Irina.

Marginnya lebih dari 100 persen

Hobi Irina pun berubah menjadi ladang bisnis tatkala seorang teman mengajak Irina ikut pameran dan memajang boneka bikinannya. Ajang pameran pertama yang diikuti Irina adalah pameran di Brunei Darussalam. "Waktu itu saya bawa 100 boneka yang pernah saya buat," pasar Irina.

Tak disangka, lewat pameran tersebut produk Irina mulai dikenal luas dan diminati banyak orang. Maka, dengan modal koleksi boneka yang telah ia buat sebelumnya, Irina mulai berbisnis.

Seiring meningkatnya permintaan, dia merekrut empat pekerja dan kemudian menambah lagi hingga delapan pekerja. "Saya memproduksi boneka berdasarkan pesanan pembeli," katanya.

Kini, total produksi Irina sekitar 100-400 boneka per bulan tergantung permintaan pasar. Boneka tersebut dijual mulai dari Rp 45.000 untuk ukuran 12 cm sampai Rp 350.000 untuk ukuran 45 cm.

Kini Irina menerima pesanan boneka etnik dari sejumlah negara, di antaranya Brunei Darussalam, India, Jepang, Turki, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Mereka mengenal produk Irina lewat pameran-pameran yang secara rutin ia ikuti. Irina juga memajang produknya di outlet yang ia miliki di Jakarta. Sebagian besar  pembeli Irina adalah kolektor.

Menurut Irina, peluang pasar boneka etnik cukup besar, bahkan ia belun bisa memenuhi semua permintaan. "Karena saya mau total menjaga kualitas," katanya.

Irina mengaku, omzet rata-rata per bulan Rp 15 juta. Tapi tingkat keuntungan alias marginnya besar, bisa lebih dari 100 persen.

Bagi yang mau menjajal bisnis ini, menurut Irina, cukup menyediakan modal Rp 3 juta dan Anda bisa menghasilkan 100 boneka. Dalam usaha ini memang bukan uang yang utama. Uang hanyalah modal pendamping. Modal utamanya adalah imajinasi untuk membuat desain baju dan karakter boneka. "Selama ini saya mendapat ide dari buku-buku dongeng yang banyak desain baju lucu," kata Irina. (Dessy Rosalina/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com