JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Selasa (4/8), memperkirakan, pada tahun 2010 akan ada perbaikan di Dengan demikian, kekeringan likuiditas yang dialami perbankan dan pasar modal, sejak terjadi krisis keuangan global pada akhir 2008, tidak lagi menjadi fokus utama program pemulihan ekonomi pemerintah.
Pelaku usaha, kata Sri Mulyani, pada 2010 sudah bisa mengandalkan bank dan pasar modal sebagai sumber pembiayaan. "Dengan kondisi perbankan dan pasar modal yang bullish (cenderung meningkat) dan likuid (mudah menarik dana) diharapkan tidak terjadi lagi kekeringan likuiditas, seperti pada 2008 dan 2009, saat perbankan mengantisipasi risiko krisis sistemik,” ujar Menkeu.
Sebelumnya, Sri Mulyani menjelaskan, untuk program pemulihan ekonomi tahun 2010 pemerintah fokus pada upaya revitalisasi empat jenis industri, yakni industri pupuk, semen, gula, dan industri strategis.
Dengan begitu, hanya empat industri tersebut yang akan mendapatkan dukungan langsung pemerintah, yaitu dalam bentuk peremajaan alat produksi.
Menurut Dirjen Industri Logam, Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Anshari Bukhari, pada tahun 2010 Departemen Perindustrian akan melanjutkan program restrukturisasi mesin tekstil dan produk tekstil (TPT), industri alas kaki, dan industri gula.
Untuk revitalisasi industri pabrik gula, kata Anshari, Departemen Perindustrian sudah menerima pengajuan aplikasi permohonan bantuan dari 11 pabrik gula.
Anggaran untuk peremajaan mesin pabrik gula mencapai Rp 50 miliar. Dana tersebut untuk membantu subsidi bunga pembelian mesin. Bantuan ini akan mendorong penambahan investasi 10 kali lipat menjadi Rp 500 miliar.
Adapun bagi industri tekstil, program ditujukan untuk bantuan restrukturisasi mesin. Program ini dimulai sejak 2007 dengan anggaran Rp 200 miliar. Dana tersebut untuk subsidi pembelian mesin dan penambahan investasi.
”Restrukturisasi ini dilakukan untuk mendorong daya saing mengingat mesin-mesin tekstil kita umumnya sudah tua, boros energi, dan kurang produktif sehingga kalah bersaing dengan negara lain,” kata Anshari. (OIN/OSA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.