Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lasiyo, "Profesor" Pestisida Nabati

Kompas.com - 18/09/2009, 08:53 WIB

Lasiyo mengatakan, meski efeknya lebih lambat, pestisida nabati lebih aman karena hanya membunuh hama sasaran. Kalau petani memakai semprotan kimia, semua jenis hama mati dalam sekejap. Tak hanya itu, produk pertanian yang dihasilkan juga tak aman untuk dikonsumsi.

Memengaruhi

Tak mudah bagi pria tamatan SMP tersebut untuk memengaruhi para petani lain. Namun, berkat kegigihannya selama ini setidaknya sudah sekitar 40.000 petani dengan luas lahan 4.800 hektar yang menggunakan pestisida nabati. Para petani itu tersebar di Kecamatan Pleret, Sewon, Imogiri, Pundong, dan Bambanglipuro.  ”Sebagian besar (petani) sudah memproduksi pestisida sendiri setelah melihat hasil uji coba saya. Awalnya mereka sempat ragu, tetapi saya berusaha meyakinkan hingga mereka bisa percaya,” ujarnya.

Selain pestisida hayati, Lasiyo juga mengembangkan mikroorganisme pengurai kompos. Fungsinya untuk mempercepat pembuatan kompos. Pengurai kompos itu dibuat dari air kelapa yang dicampur air pususan (air bilasan beras), gula jawa, dan iso (usus) atau terasi sebagai perangsang mikroba. Campuran itu lalu direndam selama 2 minggu.

Menurut dia, kompos seharusnya menjadi pilihan petani untuk mengatasi lahan kritis karena asupan pupuk kimia yang terlalu banyak. Kesuburan tanah tersebut hanya bisa dikembalikan dengan pupuk organik.  ”Petani juga tidak perlu repot apabila pupuk pabrik langka,” tutur pria yang pernah menyabet penghargaan dari Menteri Pertanian itu.

Di pekarangan rumahnya, Lasiyo juga mengembangkan sayuran organik dalam polybag. Ia tak mau lahannya sia-sia begitu saja. Makanya, setiap ruang yang tersedia terisi banyak polybag tanaman sayuran, seperti cabai, tomat, dan terong.

Ketertarikan Lasiyo kepada dunia pertanian tak berhenti sampai di sini. Ia juga mengembangkan jamur tiram karena dinilainya memiliki prospek pasar lumayan bagus. Saat ini banyak jenis masakan yang diolah dari jamur tiram, seperti sate jamur dan tongseng jamur. Ia berniat mengembangkan bisnis jamur dalam skala lebih besar karena masyarakat mulai menyukainya untuk lauk sehari-hari.

Meski sudah menyabet berbagai penghargaan, semua itu tak membuat pria asli Bantul ini sombong. Ia tetap rendah hati. Keramahan Lasiyo membuat banyak kalangan merasa tak canggung mendatangi rumahnya. Bukan hanya dari instansi pemerintahan, melainkan juga mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada yang ingin menimba ilmu darinya.

Berbagai pengalaman lapangan selama ini membuat Lasiyo menjadi ”profesor” meski dia hanya lulusan SMP. Ia pun berhasil menyabet juara I Lomba Cerdas Tani yang diselenggarakan Yayasan Unilever Indonesia pada tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com