Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Kaya Indonesia Memilih Deposito

Kompas.com - 30/07/2010, 20:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Deposito masih menjadi lahan favorit para nasabah premium (affluent) di Indonesia untuk menyimpan dananya. Hal ini terlihat dari hasil survei The Hongkong and Shanghai Banking Corp (HSBC) terhadap 385 responden dengan kekayaan di atas Rp 500 juta di Jakarta dan Surabaya.

Survei bertajuk HSBC Affluent Asian Tracker yang diselenggarakan di tujuh negara ini menunjukkan, 95 persen responden di Indonesia berinvestasi di deposito rupiah. Sisanya, memilih instrumen finansial lain, seperti obligasi dan saham. Dibandingkan dengan China, seluruh responden di negara itu memiliki deposito dalam mata uang lokal (yuan). Namun, mereka juga mendiversifikasi investasinya ke saham 71 persen responden, reksadana 55 persen responden, dan deposito valas 21 persen responden.

AVP Investment Sales HSBC Indonesia, Alfred Rinaldi, mengatakan sejatinya 63 persen responden tertarik meningkatkan investasinya di instrumen lainnya. "Jadi, bukan tidak mau berinvestasi, tapi kurang pengetahuan mengenai investasi," ujarnya, Kamis (29/7/2010).

Inkawan D Jusi, Senior Head of Wealth Management PT Bank Mandiri Tbk, menilai, besarnya porsi investasi nasabah premium Indonesia di deposito terjadi karena deposito dinilai sebagai instrumen yang paling aman. Selain itu, deposito menjadi media investasi yang pertama dikenal masyarakat menengah ke atas.

Saat ini, Bank Mandiri memiliki sekitar 48.000 nasabah wealth management. Dari angka tersebut, hanya 5-8 persen yang berinvestasi di luar deposito. "Meski investasi lain hanya 5-8 persen, nilai nominalnya mencapai Rp 20 triliun. Ini hampir 20 persen dari total dana kelolaan wealth management Mandiri yang sekitar Rp 90 triliun," ungkapnya.

Inkawan bilang, nasabah yang menginvestasikan dana Rp 500 juta-Rp 5 miliar biasanya memiliki tujuan investasi jangka menengah. Misalnya, dana pendidikan, menikah, dan sebagainya. Sementara itu, investasi di atas Rp 5 miliar biasanya untuk keperluan bisnis.

Survei HSBC juga menunjukkan, Indonesia menempati urutan ketiga segmen premium termuda dengan rata-rata usia 39 tahun. "Kami hanya kalah dari China dan India," tutur Alfred.

Melihat pasar yang besar ini, Head of Wealth Management HSBC Indonesia Bharat Khosla mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling diminati investor. "Indonesia dianggap sebagai wealthy boy untuk investasi," ujar Khosla. Meski persaingan di bisnis pengelola kekayaan ini ketat, setiap bank memiliki kekuatan masing-masing.

Rudy Hamdani, Direktur Konsumer PT Bank OCBC NISP Tbk, sependapat. Ia menilai, pasar wealth management memang masih besar. Saat ini, nasabah wealth management Bank OCBC NISP sudah di atas 5.000 nasabah. "Saya optimis, wealth management masih bisa tumbuh 10 persen tahun ini," katanya. (Andri Indradie, Steffi Indrajana/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com