Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina: Pembatasan BBM Harus Tahun Ini

Kompas.com - 03/09/2010, 09:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Pertamina (Persero) mengharapkan rencana pembatasan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dapat diterapkan tahun ini. Pasalnya, konsumsi BBM bersubsidi makin meningkat; sementara kuota untuk BBM bersubsidi tersebut justru makin tipis.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Djaelani Sutomo, mengatakan, stok BBM bersubsidi sebesar 36,5 juta kiloliter (kl) tahun ini akan habis sebelum akhir tahun. "Kan masih ada waktu sekitar 4 bulan dari sekarang. Kalau 2 bulan saja bisa dihemat, kan lumayan. Kami berharap (pembatasan) bisa direalisasikan tahun ini,” kata Djaelani.

Djaelani memperkirakan jatah BBM jenis premium yang ditetapkan sesuai dengan APBN-P 2010 sebesar 21,45 juta kl diperkirakan habis pada awal Desember. Artinya, akan ada kekurangan pasokan premium sekitar 1,78 juta kl pada tahun ini.

Sedangkan untuk jatah BBM, subsidi jenis solar sebesar 11,19 juta kl akan habis pada pertengahan November. “Konsumsi solar bersubsisi memang terbilang tinggi karena nelayan lebih banyak menggunakannya. Kami memperkirakan konsumsi solar bersubsidi sampai akhir tahun ini naik hingga 2 juta kl menjadi 13 juta kl, sementara kuotanya hanya 11 juta kl,” kata Djaelani.

Akhir bulan Agustus lalu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengaku, program pembatasan BBM bersubsidi tersebut akan dilakukan tak lama lagi.

Agus mengaku sudah membahas program ini dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, BPH Migas, serta Pertamina. Namun, Agus tidak memberikan tanggal pasti pembatasan konsumsi BBM bersubsidi itu dilakukan. Sebelumnya, Kementerian ESDM mengatakan program itu akan dilakukan pada kuartal keempat tahun ini.

Hingga saat ini, konsumsi BBM bersubsidi mulai mencemaskan pemerintah. Per Agustus lalu, konsumsi BBM bersubsidi sudah mencapai 60 persen dari patokan APBNP 2010.

Bila konsumsi itu melebihi patokan APBNP 2010, pemerintah terpaksa meminta anggaran tambahan kepada DPR. Badan Kebijaksanaan Fiskal memperkirakan, setiap 1 juta kiloliter penambahan volume BBM bersubsidi akan membutuhkan tambahan subsidi sebesar Rp 1,9 triliun. Namun, Agus berharap penambahan anggaran itu tidak terjadi.

Sekadar kilas balik, pemerintah berencana membatasi penggunaan BBM bersubsidi bagi mobil keluaran tahun 2005 ke atas. Pemilik mobil keluaran anyar itu dianggap memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi sehingga tidak perlu mendapat subsidi lagi.

Patokan tahun keluaran 2005 ini berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas). Pemerintah hanya akan menggunakan basis tahun untuk pembatasan pembelian BBM bersubsidi, sedangkan untuk ukuran CC tidak akan dibatasi. Dengan pembatasan ini, pemerintah bisa menghemat sekitar Rp 2,3 triliun. (Fitri Nur Arifenie/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com