Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rosa Rosa" Versi Irwan Hidayat

Kompas.com - 13/10/2010, 07:49 WIB

Tolak Angin. Formulasi pertama kali oleh nenek saya tahun 1930. Tahun 1951 baru dibuat kemasan. Nama Tolak Angin juga dari nenek. Dalam 15 tahun terakhir ini, kami menguji kembali apakah bisa mengobati masuk angin. Biar ada bukti ilmiahnya, rasional. Juga dilakukan uji keampuhan. Saya sendiri minum, juga karyawan. Terbukti, selama 212 bulan tidak terjadi kerusakan organ tubuh. Kami juga jujur harus diminum berapa kali sehari. Juga tak boleh untuk penderita seperti gangguan ginjal.

Peran R&D bagaimana?

Saya tugas di bagian ini sudah 40 tahun. R&D ini penting karena jamu ini setengah obat dan setengah makanan. Jadi, kalau tidak dengan R&D setidaknya referensi, maka produknya harus baik. Kalau tidak begitu, bagaimana bisa orang percaya. Kami juga punya sejumlah konsultan. Dari 3.500 karyawan yang ada, sekitar 187 orang bekerja di laboratorium. Bekerja 24 jam untuk melakukan riset dan pengembangan dari produk yang harus diperbaiki dari waktu ke waktu.

Persaingan di industri jamu?

Soal persaingan di dalam negeri, saya rasa tidak banyak. Ada persaingan, tetapi tidak ada masalah. Menghadapi produk impor itu yang susah. Bagi pabrik jamu saat ini, bagaimana meningkatkan kepercayaan konsumen akan jamu sebagai sebuah obat dibandingkan dengan obat- obatan kimia yang diimpor, apalagi dengan globalisasi, dengan ACFTA (perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China). Tetapi, kompetisi ini yang harus ditanggapi dengan kerja keras, membangun kepercayaan, jujur, dan tekun. Industri jamu itu harus rasional, jujur, agar bisa bersaing secara baik.

Bagaimana soal ekspor?

Kami banyak mengekspor, terutama produk Tolak Angin karena produk ini yang bisa menerobos. Kami ingin bisa ekspor ke seluruh dunia. Saat ini produk Tolak Angin sudah ada di semua perwakilan di Indonesia di seluruh dunia. Tetapi, cita-cita saya masuk ke China, membuat jamu di sana. Saya rasa produk Tolak Angin bisa diterima di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com