Semarang, Kompas -
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jateng Sudjarwanto Dwiatmoko, Rabu (1/12) di Semarang, mengatakan, data itu merupakan data teridentifikasi dan masih harus diverifikasi lagi yang ditargetkan selesai pada Desember ini. ”Kerugian juga belum dapat ditaksir,” katanya.
Kerusakan paling banyak terjadi di Magelang, yaitu 28 koperasi dan 36.116 UKM. Sebanyak 24.000 UKM di antaranya berada di sektor pertanian. Di Klaten, kerusakan terjadi pada
Sementara di Boyolali, kerusakan terjadi pada 30 koperasi, 300 UKM pertanian, dan 126 UKM sektor lainnya. UKM tersebar di Kecamatan Selo, Cepogo, dan Musuk. Mereka bergerak di bidang barang bekas, kerajinan logam, serta makanan olahan.
Sektor usaha kecil mengeluhkan terkikisnya modal usaha karena tergerus untuk membiayai hidup selama masa erupsi Merapi. Joko Setio Aji (38), perajin tembaga skala kecil di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, menyebutkan, selama dua pekan ia tidak beroperasi karena modalnya berkurang. Walau tak beroperasi, ia tetap harus membayar upah enam karyawannya Rp 15.000 per orang, atau separuh dari upah jika mereka bekerja.
Selain itu, dia terbebani biaya operasional yang lebih tinggi karena pesanan yang seharusnya dikerjakan dalam waktu tiga pekan akhirnya harus dilembur dalam sepekan. Akibatnya, ia terpaksa harus meminjam uang ke koperasi Rp 3 juta untuk kembali mengerjakan kerajinan yang sudah dipesan.
”Saya tidak berharap apa-apa dari pemerintah. Selama ini juga tidak ada apa-apa dari pemerintah. Kalau harus menunggu, terlalu lama,” ujar Joko Setio.
Sudjarwanto mengatakan, setelah verifikasi selesai, pemerintah baru dapat memulai program pemulihan ekonomi. Sejauh ini pemerintah baru merencanakan rehabilitasi infrastruktur pendukung ekonomi yang rusak. Dinas Koperasi dan UMKM Jateng telah mengusulkan beberapa program kepada pemerintah pusat, seperti keringanan serta penangguhan atau pemutihan pinjaman kepada koperasi dan UMKM.