Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga yang Punya Rekening Bank Rendah

Kompas.com - 18/01/2011, 08:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Masyarakat Indonesia yang memliki tabungan di bank masih terbilang rendah. Setidaknya hal itu terungkap dari Consumer Survey Credit Suisse yang dilansir Senin (17/1/2011).

Dalam survei tersebut, dari 1.559 responden di sepuluh kota di Indonesia, hanya 37 persen responden yang mengaku memiliki rekening di bank. Meskipun demikian, Head of Research Credit Suisse Indonesia Arief Wana mengungkapkan, angka pertumbuhan rekening tabungan di Indonesia sebetulnya meningkat hingga 15-20 persen selama kurun sepuluh tahun terakhir.

"Namun, tetap saja kurang dari 40 persen masyarakat Indonesia yang memiliki rekening di bank. Salah satu alasannya, banyak orang yang tidak punya cukup uang untuk disimpan di bank,” ujar Arief.

Berkaca pada kondisi tersebut, Arief menilai sektor perbankan masih memiliki ruang yang lebar untuk berkembang. Hal ini seiring dengan potensi tumbuhnya pendapatan masyarakat sebagaimana keyakinan konsumen yang meningkat.

Menurut Arief, jumlah rekening bank di Indonesia akan bertambah secara konsisten dalam 5-10 tahun mendatang. Namun, Arief belum dapat menyebut berapa potensi pertumbuhan yang bisa terjadi.

Selain di Indonesia, Credit Suisse juga melakukan survei di China, India, Brazil, dan Arab Saudi. Merujuk survei tersebut, terdapat perbedaan struktural yang substansial pada budaya menabung di seluruh negara berkembang yang menjadi lokasi survei.

China dan India menunjukkan budaya menabung yang kuat. Sementara di Brazil, masyarakat cenderung lebih memilih belanja dibandingkan menabung. (Astri Karina Bangun/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com